1 |
2025-09-08 |
Sampai waktu perempuan yang akan melahirkan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 8 September 2025. Sampai waktu perempuan yang akan melahirkan (Mikha 5:1-4a). 5:1 (4-14) Sekarang, engkau harus mendirikan tembok bagimu pagar pengepungan telah mereka dirikan melawan kita dengan tongkat mereka memukul pipi orang yang memerintah Israel. 5:2 (5-1) Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. 5:3 (5-2) Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel. 5:4 (5-3) Maka ia akan bertindak dan akan menggembalakan mereka dalam kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya mereka akan tinggal tetap, sebab sekarang ia menjadi besar sampai ke ujung bumi. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini Mikha 5:1–4 dalam hubungannya dengan pesta kelahiran Santa Perawan Maria: Pertama, Betlehem yang kecil dan Maria yang rendah hati. Dalam ayat 1 dikatakan: Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda... Betlehem hanyalah sebuah kota kecil dan tidak diperhitungkan dalam jajaran kota-kota penting di Yehuda. Namun dari sanalah akan lahir Sang Mesias. Allah memilih yang hina dan rendah untuk mempermalukan yang sombon dan yang mulia di mata dunia. Demikian pula, Maria, seorang gadis muda dari Nazaret yang tak terkenal, dipilih untuk menjadi Bunda Sang Mesias. Kelahiran Maria adalah awal dari pemenuhan janji Mikha bahwa dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel (ayat 2) yang lahir dari yang terkecil, dia yang rendah hati dan bersedia untuk menjadi alat keselamatan Tuhan. Kedua, sampai waktu perempuan yang akan melahirkan. Dalam ayat 3 dikatakan: Ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan... Ayat ini sangat profetik: Mikha menunjuk pada suatu titik waktu ilahi ketika seorang perempuan akan melahirkan, dan saat itulah Allah mulai bertindak secara nyata untuk pemulihan Israel. Dalam terang kelahiran Santa Perawan Maria, kita melihat bagaimana Allah bekerja dalam sejarah secara bertahap dan penuh kesabaran. Dalam tetrang iman, Maria adalah perempuan yang disebut dalam nubuat ini. Kelahirannya adalah tanda bahwa waktu pemenuhan janji Allah sudah dekat. Ini adalah titik balik dalam sejarah keselamatan: dunia yang lama sedang bersiap untuk menerima Terang yang baru, dan kelahiran Maria menjadi lonceng pertama dari fajar keselamatan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
2 |
2025-09-09 |
Berakar di dalam Kristus |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 9 September 2025. Berakar di dalam Kristus (Kolose 2:6-15). 2:6 Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. 2:7 Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur. 2:8 Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus. 2:9 Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan, 2:10 dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa. 2:11 Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, 2:12 karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati. 2:13 Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, 2:14 dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: 2:15 Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kolose 2:6–15: Pertama, berakar di dalam Kristus. Dalam ayat 6-7 dikatakan: “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia, berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia...” Paulus dalam kedua ayat ini menegaskan bahwa iman sejati bukan sekadar pengetahuan atau kebiasaan, tetapi suatu hidup yang berakar, dibangun, dan bertumbuh dalam Kristus. Akar memberi kekuatan dan kestabilan. Tanpa akar yang kuat di dalam Kristus, seseorang mudah ditarik oleh “filsafat kosong” yaitu ajaran dunia yang tampak bijaksana, tetapi tidak menyelamatkan. Kedua. Di dalam Kristus kamu telah disunat. Dalam ayat 11-12 dikatakan: “Dalam Dia kamu telah disunat… yaitu penanggalan akan tubuh yang berdosa... kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan...” Disunat dalam Kristus adalah pemotongan total terhadap hidup lama, bukan sebuah simbol eksternal, melainkan karya Allah yang menyentuh inti terdalam manusia. Melalui pembaptisan, orang percaya dikuburkan bersama Kristus. Artinya hidup lama kita selesai. Namun orang percaya juga dibangkitkan bersama Dia, orang percaya menerima hidup baru yang tidak lagi tunduk pada dosa, rasa bersalah, bahkan pada kuasa dunia dan iblis. Di sini terjadi transformasi radikal kematian terhadap dosa, dan kelahiran baru dalam kuasa kebangkitan Kristus. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
3 |
2025-09-10 |
Hidup tersembunyi dalam Kristus |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 10 September 2025. Hidup tersembunyi dalam Kristus (Kolose 3:1-11). 3:1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. 3:2 Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. 3:3 Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. 3:4 Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. 3:5 Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, 3:6 semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). 3:7 Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. 3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. 3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, 3:10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya 3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kolose 3:1-11: Pertama, hidup tersembunyi dalam Kristus. Dalam ayat 3 dikakatan: Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Ayat ini mengajak pembaca, khusus orang percaya untuk menyadari bahwa kehidupan sejati orang percaya tidak lagi ditentukan oleh apa yang tampak secara lahiriah atau duniawi, tetapi oleh realitas rohani yang tersembunyi, yaitu hidup yang dibentuk, dilindungi, dan dipersatukan dengan Kristus Tuhan. Dengan demikian, ayat ini menjelaskan bahwa identitas orang percaya tidak lagi ditentukan oleh latar belakang, status sosial, atau kegagalan masa lalu. Orang percaya telah mati terhadap dunia, dan sekarang hidup dalam dimensi baru, dimensi kekal, yang tidak selalu dikenali atau dihargai oleh dunia. Inilah sebabnya mengapa orang percaya tidak dapat hidup mengejar validasi dari dunia, sebab hidup sejati orang percaya tersembunyi dari pandangan dunia, namun nyata di hadapan Allah. Kedua, menanggalkan manusia lama: transformasi dari akar. Dalam ayat 5-10 diserukan: Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi... buanglah semuanya ini... karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya dan mengenakan manusia baru... Seruan untuk mematikan dan membuang sifat-sifat duniawi bukan sekadar ajakan moral untuk menjadi orang baik, tetapi merupakan bagian dari proses transformasi radikal, yaitu meninggalkan yang lama dan mengenakan identitas baru di dalam Kristus. Ini adalah panggilan untuk merekonstruksi batin, dan tidak sekadar perubahan perilaku luar. Menjadi “manusia baru” bukanlah hasil kerja keras orang percaya itu sendiri, melainkan dalam kerja sama dengan karya pembaharuan terus-menerus oleh Roh Kudus, yang dilakukan menuju pengenalan akan Allah dan hidup dalam gambar-Nya. Karya bersama Roh Kudus ini merupakan proses harian yang menuntut komitmen, pertobatan, dan kepatuhan kepada pembentukan Allah. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
4 |
2025-09-11 |
Hidup sebagai ibadah dan ibadah sebagai gaya hidup |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 11 September 2025. Hidup sebagai ibadah dan ibadah sebagai gaya hidup (Kolose 3:12-17). 3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. 3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. 3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. 3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kolose 3:12–17: Pertama, kasih sebagai pengikat. Dalam ayat 14 dikatakan: Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Ayat ini menyoroti bahwa kasih bukan karakter rohani tambahan, melainkan pengikat utama yang menyatukan dan menyempurnakan semuanya. Seperti kancing terakhir yang membuat pakaian tertutup rapi, kasih adalah elemen terakhir namun paling penting dalam busana rohani orang percaya. Tanpa kasih, semua karakter seperti belas kasihan, kelemahlembutan, dan kesabaran menjadi tidak utuh dan menjadi performa moral semata, bukan manifestasi Kristus. Kasih menyatukan karena kasih melampaui keadilan dan membangun kesatuan yang tidak dapat diwujudkan oleh kekuatan manusia. Kedua, hidup sebagai ibadah dan ibadah sebagai gaya hidup. Dalam ayat 16-17 dikatakan: Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu.....dan segala sesuatu yang kamu lakukan... lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur... Kedua ayat ini mengundang orang percaya untul melihat kehidupannya sebagai ibadah yang berkelanjutan, di mana firman Kristus bukan hanya dipelajari, tetapi diam (berakar, tinggal, dan menguasai) dalam keseharian. Hasilnya adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pengajaran, nyanyian rohani, dan yang paling penting: ucapan syukur dalam segala sesuatu, termasuk hal biasa dan rutinitas kecil. Kekatolikan bukanlah soal ibadat hari Minggu, tetapi soal bagaimana orang percaya bicara, berpikir, dan bertindak setiap hari dalam situasi apa pun. Saat Firman tinggal di dalam diri orang percaya, maka hidup luar orang percaya menjadi pancaran Kristus. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
5 |
2025-09-12 |
Iman yang mentransformasi |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 12 September 2025. Nama Tersuci Maria. Iman yang mentransformasi (1Timoteus 1:1-2,12-14). 1:1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus menurut perintah Allah, Juruselamat kita, dan Kristus Yesus, dasar pengharapan kita, 1:2 kepada Timotius, anakku yang sah di dalam iman: kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Kristus Yesus, Tuhan kita, menyertai engkau. 1:12 Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku-- 1:13 aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. 1:14 Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1 Timotius 1:1–2 dan 1:12–14: Pertama, kasih karunia Allah dicurahkan berdasarkan rencana-Nya. Dalam ayat 12-13, Paulus berkata: “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku--aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya.” Dalam kedua ayat ini Paulus dengan penuh kerendahan hati bersyukur dan menyatakan bahwa dahulu dirinya adalah seorang penghujat, penganiaya, dan seorang yang ganas, yang secara moral dan spiritual tidak layak menerima kepercayaan pelayanan dari Allah. Akan tetapi karena belas kasihan Tuhan, ia dikasihi dan diberi tugas besar sebagai rasul. Bagi Paulus, pengalaman ini menunjukkan bahwa kasih karunia Allah yang diterimanya merupakan inisiatif ilahi yang melampaui dosa dan masa lalu. Kedua, iman yang mentransformasi. Dalam ayat 14 Paulus berkata: “Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.” Paulus mengalami transformasi total: dari orang yang melawan Kristus menjadi pelayan yang diandalkan Kristus. Perubahan itu terjadi karena iman dan kasih yang Paulus temukan dalam Kristus. Di sini, Paulus menyoroti bahwa iman bukan sekadar percaya, tetapi kuasa yang mentransformasi yaitu mengangkat orang dari kehancuran rohani menuju peran dalam rencana keselamatan Allah. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
6 |
2025-09-13 |
Menjadi saksi keselamatan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 13 September 2025. Peringatan wajib Yohanes Krisostomus. Menjadi saksi keselamatan (1Tim. 1:15-17). 1:15 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. 1:16 Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. 1:17 Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1 Timotius 1:15–17: Pertama, dosa terbesar dapat menjadi panggung bagi anugerah terbesar. Dalam ayat 15 Paulus mengakui dengan rendah hati: “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.” Paulus tidak menyembunyikan masa lalunya yang kelam. Paulus mengakuinya dengan rendah hati dan menyebut dirinya sebagai “yang paling berdosa.” Paulus tidak berhenti pada penyesalan ini. Paulus merefleksikannya lebih lanjut dan menemukan bahwa justru dalam keberdosaannya itulah kasih dan kesabaran Kristus paling nyata (ayat 16). Tuhan tidak hanya mengampuni Paulus, tetapi juga menjadikannya contoh hidup dari transformasi oleh kasih karunia (ayat 16). Kedua, keselamatan pribadi adalah kesaksian publik. Dalam ayat 16 Paulus berkata: “Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.” Di sini Paulus menyadari bahwa keselamatannya bukan hanya untuk dirinya sendiri. Paulus dipakai Tuhan untuk menampakkan kasih Kristus agar dapat dilihat oleh orang lain, sehingga mereka juga percaya dan mendapat hidup yang kekal. Di sini dinyatakan bahwa setiap pertobatan pribadi mengandung misi ilahi, yaitu menjadi saksi bagi orang lain. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
7 |
2025-09-14 |
Di tengah jalan |
Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 14 September 2025. Minggu biasa ke-24. Di tengah jalan (Bilangan 21:4-9). 21:4 Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. 21:5 Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak. 21:6 Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. 21:7 Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami. Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. 21:8 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup. 21:9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan I hari ini, Bilangan 21:4–9: Pertama, di tengah jalan. Dalam ayat 14 dikatakan: “...maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan.” Dalam perjalanan panjang menuju tanah perjanjian, bangsa Israel menghadapi kelelahan jiwa yang mendalam. Mereka kehilangan kesabaran, karena keadaan yang ekstrem dan hati mereka telah kehilangan arah dan pengharapan. Dalam keletihan itu, mereka mulai menyalahkan Tuhan dan Musa, meskipun sebelumnya mereka telah menyaksikan mukjizat demi mukjizat yang dilakukan Tuhan. Menarik untuk direnungkan di sini, frase “di tengah jalan”. Perjalanan bangsa Israel menuju tanah terjanji merupakan perjalanan rohani. Dalam hidup rohani, sering terjadi bahwa “di tengah jalan” merupakan tempat paling berbahaya bukan di awal saat penuh semangat, atau di akhir saat harapan mulai tampak. Di tengah jalan, godaan untuk bersungut-sungut dan menyerah bisa terasa paling berat. Godaan untuk bertekun dalam iman atau menyerah dan mengakhiri perjalanan. Kedua, ular tembaga. Dalam ayat 18 dikatakan: “...maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” Tuhan tidak langsung menghilangkan ular-ular tedung itu. Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga, yang mereupakan simbol dari apa yang menyebabkan kematian, dan menaruhnya di tiang. Kesembuhan datang ketika orang yang dipagut ular tedung memandang ular tembaga. Kesembuhan datang saat orang dengan jujur memandangn realitas luka dan dosa dalam terang kasih kerahiman Allah. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
8 |
2025-09-15 |
Ketaatan dalam luka |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 15 September 2025. Peringatan wajib santa perawan Maria Berdukacita. Ketaatan dalam luka (Ibrani 5:7-9). 5:7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. 5:8 Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, 5:9 dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari hari ini, Ibrani 5:7–9, dalam hubungannya dengan peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita: Pertama, tangisan Kristus dan air mata Santa Perawan Maria. Dalam ayat 7 penulis kitab Ibrani menulis: Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan... Teks ini berbicara tentang Yesus Kristus, yang dalam penderitaan-Nya tidak hanya menangis sebagai manusia, tetapi juga mempersembahkan air mata-Nya sebagai doa yang penuh kuasa. Dalam terang peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita, kita menyadari bahwa tangisan Kristus dan air mata santa perawan Maria, ibu-Nya tidak terpisah, melainkan menyatu dalam satu simfoni penderitaan yang membawa keselamatan. Maria, yang berdiri di kaki salib, tidak hanya menyaksikan penderitaan Putranya, tetapi juga mempersembahkan penderitaan hatinya sendiri sebagai bagian dari misteri keselamatan. Seperti Yesus mempersembahkan doa-Nya kepada Bapa dengan ratap tangis, Maria pun mempersembahkan dukacitanya dalam kesunyian iman yang teguh. Di sini kita diajak untuk melihat bahwa dalam penderitaan, air mata kita bisa menjadi doa yang kudus, jika dipersatukan dengan penderitaan Kristus dan Maria. Kedua, ketaatan dalam penderitaan. Dalam ayat 8, penulis kitab Ibrani menulis: ...sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya. Kalimat ini menyentuh misteri terdalam dari peritiwa Inkarnasi, yaitu Allah sendiri memilih belajar ketaatan melalui penderitaan, suatu hal yang nampaknya paradoksal. Tetapi justru di sinilah letak keselamatan kita. Demikian pula Maria, meskipun “penuh rahmat,” Maria tidak luput dari perjalanan ketaatan yang penuh luka: dari nubuat Simeon sampai di kaki salib Golgota. Di sini kita diajak untuk merenungkan kenyataan ini: jika Kristus belajar taat melalui penderitaan, dan Maria menjadi Bunda segala duka karena ketaatannya dalam luka, mungkinkah kita menghindari salib dalam mengikut Kristus yang tersalib? Kesempurnaan tidak berarti ketiadaan luka, melainkan kesediaan untuk mencintai dalam luka. Dalam penderitaan yang ditaati dengan kasih, kita dipersatukan dengan Kristus yang menjadi “pokok keselamatan abadi.” Maria adalah gambaran nyata dari manusia yang mencapai kesempurnaan melalui “ya” yang tetap, bahkan dalam kegelapan salib. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
9 |
2025-09-16 |
Rumah: tempat latihan kepemimpinan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 16 September 2025. Peringatan wajib St. Kornelius dan St. Siprianus. Rumah: ttempat latihan kepemimpinan (1Timoteus 3:1-13). 3:1 Benarlah perkataan ini: Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah. 3:2 Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 3:3 bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, 3:4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. 3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? 3:6 Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. 3:7 Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. 3:8 Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, 3:9 melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. 3:10 Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. 3:11 Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. 3:12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. 3:13 Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1 Timotius 3:1–13: Pertama, kepemimpinan sebagai panggilan menjadi cermin Allah. Dalam ayat 1, Paulus menulis: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” Paulus menyebut jabatan penilik itu “indah” bukan karena kuasa atau kehormatan yang menyertainya, melainkan karena pemimpin Gereja adalah tanda hidup Kristus di tengah umat-Nya. Menjadi penilik atau diaken berarti memikul salib pelayanan yang sunyi, bukan naik ke panggung kekuasaan. Dalam dunia yang memuja pencitraan dan ambisi, godaan untuk menjadikan kepemimpinan sebagai alat kekuasaan sangat besar. Karena itu Paulus menekankan syarat-syarat moral yang jelas: bukan pemarah, bukan hamba uang, bukan penggemar anggur, melainkan pendamai dan cakap mengajar. Karena pemimpin bukan hanya dilihat oleh umat, tetapi mewakili Kristus yang tak terlihat. Kedua, rumah sebagai tempat latihan kepemimpinan. Dalam ayat 5 Paulus menulis: “Jika seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimana ia dapat mengurus Jemaat Allah?” Ayat ini membongkar ilusi umum bahwa pelayanan adalah soal keterampilan publik. Menurut Paulus, integritas pemimpin diuji pertama-tama di dalam keluarganya. Kepemimpinan Gereja bukan dilatih di mimbar, tapi di meja makan bukan saat khotbah, tapi saat mendidik anak bukan hanya saat dilihat umat, tapi saat tak seorang pun menonton.di sini setiap orang percaya diingatkan bahwa tidak ada panggilan besar dalam Gereja yang tidak berakar pada kesetiaan dalam kehidupan kecil. Tuhan tidak mencari pemimpin yang sempurna, tapi yang jujur, sabar, dan setia dalam hal-hal tersembunyi. Hidup rohani bukanlah sesuatu yang terpisah dari kehidupan sehari-hari. Justru di sanalah, dalam pergumulan menjadi ayah/ibu, suami/istri, setiap orang percaya sedang dibentuk menjadi pelayan Kristus yang sejati. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
10 |
2025-09-17 |
Misteri ibadah |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 17 September 2025. Misteri ibadah (1 Timotius 3:14-16). 3:14 Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau. 3:15 Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran. 3:16 Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1 Timotius 3:14–16: Pertama, jemaat sebagai tiang penopang kebenaran. Dalam ayat 15 dikatakan: “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” Dalam ayat ini, Paulus menyebut jemaat sebagai keluarga Allah, jemaat dari Allah yang hidup, dan tiang penopang dan dasar kebenaran. Apa yang dikatakan Paulus ini tidak hanya gambaran struktural sebuah organisasi, melainkan suatu panggilan eksistensial: gereja bukan hanya tempat ibadah, tetapi kehidupan itu sendiri yang menopang dan menghidupi kebenaran Allah. Gereja bukan hanya institusi sosial atau tempat tradisi dijalankan. Gereja adalah tubuh yang seharusnya menghidupi dan menopang kebenaran Allah di tengah dunia yang sering kehilangan arah. Kehidupan setiap anggota gereja adalah kesaksian tentang Allah yang hidup, yang dinyatakan tidak hanya dengan perkataan, tapi dengan tindakan nyata yang menegakkan kebenaran dalam kasih. Kedua, misteri ibadah: inkarnasi sebagai pusat kesadaran iman. Dalam ayat 16 dikatakan: “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan. Ayat ini menyatakan bahwa agunglah rahasia ibadah kita. Pada bagian selanjutnya Paulus menyampaikan sebuah pengakuan iman awal yang menyoroti perjalanan Yesus: inkarnasi, pembenaran, pewahyuan kepada malaikat, pemberitaan, iman di dunia, hingga kenaikan dalam kemuliaan. Dengan cara ini Paulus ingin menjelaskan bahwa ibadah bukan pelarian dari dunia, tetapi pengenalan akan Dia yang telah masuk ke dalam dunia. Ibadah sejati adalah tanggapan penuh ketakjuban terhadap misteri inkarnasi: Allah rela menjadi manusia, agar manusia dapat hidup dalam kebenaran-Nya. Rahasia ini seharusnya membakar hati setiap orang percaya untuk tidak hanya beribadat di ruang liturgis, tapi untuk menghidupi ibadah dalam setiap aspek kehidupannya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |