1 |
2025-03-02 |
Bicara secara bijak merupakan kekuatan |
Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 02 Maret 2025. Bicara secara bijak merupakan kekuatan (Sirakh 27:4-7). “Kalau ayakan digoyang-goyangkan maka sampahlah yang tinggal, demikianpun keburukan manusia tinggal dalam bicaranya. Perapian menguji periuk belanga penjunan, dan ujian manusia terletak dalaiti bicaranya. Nilai ladang ditampakkan oleh buah pohon yang tumbuh di situ, demikian pula bicara orang menyatakan isi hatinya. Jangan memuji seseorang sebelum ia bicara, sebab justru itulah batu ujian manusia.” |
Sirakh 27:4-7 sesungguhnya menjelaskan tentang pentingnya berbicara. Pertama, bicara merupakan cerminan isi hati. Setiap perkataan yang diucapkan atau yang keluar dari mulut seseorang merupakan cerminan hatinya. Apakah hatinya bersih atau buruk. Bila hatinya buruk, keburukan itu akan terungkap melalui kata-katanya, baik sengaja maupun tidak sengaja. Sirakh mengungkapkan bahwa “Kalau ayakan digoyang-goyangkan maka sampahlah yang tinggal, demikianpun keburukan manusia tinggal dalam bicaranya” (ayat 4). Kedua, bicara sebagai ujian bagi manusia. “Perapian menguji periuk belanga penjunan, dan ujian manusia terletak dalam bicaranya” (ayat 5). Kata-kata yang diucapkan seseorang dapat mengungkapan kekuatan atau kelemahan karakternya. Ujian sejati bagi manusia nampak dalam cara memilih kata, ungkapan atau diksi, baik saat senang dan terutama pada saat mengalami kesulitan. Ketiga, pengujian karakter dalam ucapan. Karakter seseorang sering lebih jelas terlihat dalam ucapan-ucapannya. Seperti halnya ladang yang menghasilkan buah tertentu, demikian pula perkataan atau ucapan akan mengungkapkan kualitas sejati seseorang. Setiap orang, tanpa disadari, menguji dirinya sendiri melalui kata-kata yang diucapkannya. Keempat, pentingnya menjaga lisan. Ucapan, kata-kata atau lisan merupakan hal yang paling penting di dalam kehiduapan manusia. Lisan dapat mempersatukan, membuat orang bahagia dan dapat juga membunuh seseorang. Karena itu orang harus menjaga lisannya atau ucapannya, perkataannya. Lisan merupakan kunci dalam menciptakan keharmonisan hubungan dengans sesama. Orang bijaksana akan berhati-hati memilih kata yang diucapkannya. Kelima, hati-hati dalam memuji. “Jangan memuji seseorang sebelum ia bicara, sebab justru itulah batu ujian manusia” ayat 7). Kata-kata yang diucapkan seseorang merupakan batu ujian untuk mengenal kualitas diri, karakter orang tersebut. Sirakh mengajak para pendengarnya untuk tidak tertipu oleh penampilan fisik seseorang. Keenam, bicara secara bijak merupakan kekuatan. Sepantasnya setiap orang harus menyadari bahwa bicara, lisan atau ucapan merupakan ujian terhadap karakter dan kualitas dirinya. Kesadaran ini memampukan seseorang untuk memilih kata yang penuh makna, bermanfaat dan membangun kebaikan bersama. Kemampuan ini merupakan kekuatan untuk menciptkan kedamaian dalam komunikasi. Melalui ucapan yang bijak, seseorang mempresentasikan kedewasaan dan kualitas dirinya kepada orang lain. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
2 |
2025-03-03 |
Tuhan membuka jalan kembali |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 03 Maret 2025. Tuhan membuka jalan kembali (Sirakh 17:24-29). “Namun untuk orang yang menyesalpun Tuhan membuka jalan kembali, dan orang yang kehilangan ketabahan hati dilipur oleh-Nya. Berpalinglah kepada Tuhan dan lepaskanlah dosa, berdoalah di hadapan-Nya dan berhentilah menghina. Kembalilah kepada Yang Mahatinggi dan berpalinglah dari yang durjana, dan hendaklah sangat benci kepada kekejian. Siapa gerangan di dunia orang mati memuji Yang Mahatinggi, sebagai pengganti orang yang hidup dan yang mempersembahkan pujian? Dari orang mati lenyaplah pujian seperti dari yang tiada sama sekali, sedangkan barangsiapa yang hidup dan sehat memuji Tuhan. Alangkah besarnya belas kasihan Tuhan serta pengampunan-Nya bagi semua yang berpaling kepada-Nya!” |
Beberapa pokok pikiran dari Sirakh 17:24-29 yang dapat direnungkan hari ini: Pertama, pertobatan dan pengampunan. Pada ayat 24 digambarkan bagaimana Tuhan memberi kesempatan kepada orang yang menyesal. “Untuk orang yang menyesalpun Tuhan membuka jalan kembali, dan orang yang kehilangan ketabahan hati dilipur oleh-Nya.” Frase “Tuhan membuka jalan kembali” memiliki makna “Tuhan membuka pintu pengampunan” bagi orang yang menyesal dan bertobat. Pertobatan merupakan jalan pulang atau kembali kepada kebenaran yaitu kembali kepada Tuhan sendiri dengan meninggalkan kebiasaan buruk atau kejahatan. Perjalanan kembali sering merupakan perjalanan yang melelahkan, yang membuat orang kehilangan ketabahan hati. Dalam situasi kehilangan ketabahan hati, Tuhan memberikan hiburan sehingga orang yang menyesal sanggup mewujudkan pertobatannya dalam kehidupan nyata. Hal ini terjadi karena Tuhan sangat mengasihi orang yang bertobat. “Alangkah besarnya belas kasihan Tuhan serta pengampunan-Nya bagi semua yang berpaling kepada-Nya!” (ayat 29). Kedua, berpaling dari kejahatan dan kekejian. Sebagaimana dikatakan di atas, pertobatan merupakan jalan kembali kepada Tuhan dengan meninggalkan kejahatan dan kekejian. Tindakan kembali kepada Tuhan merupakan tindakan berpaling dari kejahatan dan kekejian. Berpaling dari kejahatan dan kekejian merupakan langkah nyata dari proses pertobatan. Hal ini dilukiskan secara gamblang dalam ayat 25 dan 26: “Berpalinglah kepada Tuhan dan lepaskanlah dosa, berdoalah di hadapan-Nya dan berhentilah menghina. Kembalilah kepada Yang Mahatinggi dan berpalinglah dari yang durjana, dan hendaklah sangat benci kepada kekejian.” Kekejian merujuk kepada semua tindakan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan atau yang melawan hukum kasih. Ketiga, orang yang hidup dan sehat sanggup memberi pujian. Hal ini dilukiskan dengan amat baik dalam ayat 27-28. Hanya orang yang hidup dan sehat, yang sanggup bersyukur dan memuji Tuhan. Kehidupan merupakan anugerah Tuhan bagi manusia, yang memungkinkannya untuk bersyukur dan menghormati Tuhan dalam ibadah dan pujian serta di dalam seluruh kehidupannya. Kehidupan adalah kesempatan untuk bersyukur kepada Tuhan sumber segala kebaikan. Selagi masih hidup, mari bersyukur dan memuji Tuhan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
3 |
2025-03-04 |
Muliakan Tuhan dengan kemurahan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 04 Maret 2025. Muliakan Tuhan dengan kemurahan (Sirakh 35:1-12) “Barangsiapa memenuhi hukum Taurat mempersembahkan banyak korban, dan orang yang memperhatikan segala perintah menyampaikan korban keselamatan. Orang yang membalas kebaikan mempersembahkan korban sajian dan yang memberikan derma menyampaikan korban syukur. Yang direlai oleh Tuhan ialah menjauhi kejahatan, dan menolak kelaliman merupakan korban penghapus dosa. Jangan tampil di hadirat Tuhan dengan tangan yang kosong, sebab semuanya wajib menurut perintah. Persembahan orang jujur melemaki mezbah, dan harumnya sampai ke hadapan Yang Mahatinggi. Tuhan berkenan kepada korban orang benar, dan ingatannya tidak akan dilupakan. Muliakanlah Tuhan dengan kemurahan, dan buah bungaran di tanganmu janganlah kausedikitkan. Sertakanlah muka yang riang dengan segala pemberianmu, dan bagian sepersepuluh hendaklah kaukuduskan dengan suka hati. Berikanlah kepada Yang Mahatinggi berpadanan dengan apa yang la berikan kepadamu, dengan murah hati dan sesuai dengan hasil tanganmu. Sebab Dia itu Tuhan pembalas, dan engkau akan dibalas-Nya dengan tujuh lipat. Jangan mencoba menyuap Tuhan, sebab tidak diterima-Nya, dan janganlah percaya pada korban kelaliman! Sebab Tuhan adalah Hakim, yang tidak memihak.” |
Tiga pokok permenungan yang dapat ditemukan dalam bacaan hari ini. Pertama, keberanian memenuhi perintah Tuhan dengan hati ikhlas. Dalam ayat 1-2 dijelaskan tentang resiko memenuhi hukum Tuhan, yaitu pengorbanan. Untuk dapat berkorban dibutuhkan keberanian. Untuk memenuhi hukum Tuhan manusia harus berani mempersembahkan apa yang dimilikinya. Pemberian dalam bentuk persembahan atau derma haruslah dilakukan dengan sukacita dan dengan ketulusan hati. Tidak dengan terpaksa. Tuhan menginginkan keikhlasan, sebab pemberian merupakan ungkapan rasa syukur untuk segala kebaikan yang telah diterima dari Tuhan, bukan karena kewajiban. Kedua, korban penghapus dosa. Pada ayat 3 disebutkan “Yang direlai oleh Tuhan ialah menjauhi kejahatan, dan menolak kelaliman merupakan korban penghapus dosa”. Dalam ayat ini disampaikan bahwa korban yang paling baik dan diterima oleh Tuhan adalah sikap hidup yang menjauhi kejahatan dan menentang atau menolak kelaliman. Sikap ini dipandang sebagai korban penghapus dosa. Adalah sesuatu yang tidak mudah untuk hidup murni, jauh dari kejahatan dan bebas dari kelaliman. Untuk hidup murni dan hidup dalam kebenaran dibutuhkan pengorbanan dan penyangkalan diri terus menerus. Pengorbanan ini dimaknai sebagai korban penghapus dosa. Pengorbanan ini paling disukai Tuhan, sebab hal ini merupakan wujud pertobatan sejati, di mana manusia mempersembahkan diri sepenuhnya untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ketiga, mengharagai dan memuliakan Tuhan dengan sukacita dan kesungguhan. Dalam ayat 7-8 dikatakan: “Muliakanlah Tuhan dengan kemurahan, dan buah bungaran di tanganmu janganlah kausedikitkan. Sertakanlah muka yang riang dengan segala pemberianmu, dan bagian sepersepuluh hendaklah kaukuduskan dengan suka hati.” Dalam kedua ayat ini dijelaskan bahwa sesungguhnya Tuhan tidak menginginkan persembahan yang dilakukan hanya karena kewajiban semata, tetapi Tuhan suka orang yang memberi dengan sukacita dan dengan kemurahan hati. Pemberian yang diberikan dengan sukacita dan murah hati merupakan ungkapan syukur dan sukacita atas berkat dan rahmat yang telah diterima. Tuhan memberi berkat dengan murah hati, maka sepantasnyalah manusia bermurah hati dalam memberi persembahan, seperti yang dinyatakan dalam aya 9: “Berikanlah kepada Yang Mahatinggi berpadanan dengan apa yang la berikan kepadamu, dengan murah hati dan sesuai dengan hasil tanganmu”. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
4 |
2025-03-05 |
Koyakkanlah hatimu |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 05 Maret 2025. Hari Rabu Abu. Koyakkanlah hatimu (Yoel 2:12-18). “’Tetapi sekarang juga,’ demikianlah firman Tuhan, ‘berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.’ Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi Tuhan, Allahmu. Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu baiklah penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya baiklah para imam, pelayan-pelayan Tuhan, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan berkata: ‘Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?’ Tuhan menjadi cemburu karena tanah-Nya, dan Ia belas kasihan kepada umat-Nya.” |
Pada hari Rabu Abu ini kita mendengar bacaan yang diambil dari kitab Yoel 2:12-18. Yoel mengawali seruannya demikian: Tetapi sekarang juga, demikianlah firman Tuhan, berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu... (Yoel 2:12). Beberapa pokok pikiran dari Yoel 2:12-18, yang dapat kita renungkan pada awal masa prapaskah ini. 1. Koyakkanlah hatimu, bukan pakaianmu. Dalam ayat 12 seperti yang dikutip di atas, Yoel mengundang setiap orang parcaya yang berpuasa untuk menunjukkan kualitas pertobatannya. Berpuasa yang benar tidak hanya merupakan penampilan lahiriah tidak makan atau tidak minum, tetapi lebih dari itu yakni berpuasa untuk memperbaiki kualitas hidup. Yoel menyerukan kepada setiap pribadi untuk mengoyakkan hati dan bukan pakaian. Mengoyakkan hati berarti melakukan perubahan sejati dalam diri sendiri, sebuah penyesalan dan pertobatan yang lahir dari hati. Mengapa mengoyakkan hati? Karena hati adalah sumber dari segala tindakan, perkataan dan perbuatan manusia. Hati yang berkulitas mulia akan melahirkan tindakan, perkataan dan perbuatan yang mulia juga. Berpuasa untuk memperbaharui kualitas hati dengan penyesalan yang mendalam, dengan hati yang terkoyak/hancur berbalik kepada Tuhan. 2. Tuhan penuh kasih dan pengampun. Yoel berseru: “berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.” Walaupun manusia sering jatuh dalam dosa, namun Tuhan tetap mengundang manusia untuk berbalik. Penting untuk memperhatikan kata ‘mengundang’ di sini. Tuhan mengundang berarti Tuhan tetap memberikan kebebasan kepada manusia untuk berbalik dan bertobat atau tidak. Ketika manusia berbalik dan bertobat, Tuhan selalu dengan tangan terbuka merangkulnya dan mengampuni dosa-dosanya. Apapun dosa manusia, cinta dan kerahiman Tuhan jauh lebih besar dari semuanya. 3. Puasa dan doa adalah ungkapan pertobatan. Yoel mengajak manusia, umat Israel dan kita sekalian untuk berpuasa: “adakanlah puasa yang kudus” (ayat 15b) dan menangis “menangis di antara balai depan dan mezbah” (ayat 17b) sebagai tanda pertobatan. Dengan cara ini, Yoel ingin mengatakan kepada setiap orang yang berpuasa untuk menunjukkan kesungguhan hatinya mencari Tuhan dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Kesungguhan hati penuh penyesalan yang dinyatakan dalam menangis sambil berdoa “Sayangilah, ya Tuhan, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka? 4. Tuhan berbelas kasih dan memberikan pemuliham. Dalam ayat 18b dikatakan “Ia belas kasihan kepada umat-Nya”. Tuhan yang berbelas kasih itu menyembuhkan umat-Nya dan memulihkan mereka dari dosa dan kesalahannya. Setiap orang yang datang dengan hati remuk redam dikasihi-Nya dan diberkati-Nya. Kasih Tuhan menyembuhkan dan berkat Tuhan memulihkan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
5 |
2025-03-06 |
Berkat atau kutuk |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 06 Maret 2025. Berkat atau kutuk (Ulangan 30:15-20). “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh Tuhan, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya. Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya. Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi Tuhan, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka. |
Beberapa pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Ulangan 30:15-20. Pertama, pilihan antara kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk (Ulangan 30:15-18): 1). Pentingnya pilihan: Musa dengan tegas menyatakan bahwa Tuhan memberikan pilihan kepada umat-Nya antara kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Kehidupan manusia sesungguhnya penuh dengan pilihan yang mempengaruhi masa depannya. 2) Konsekuensi dari pilihan: Setiap pilihan yang diambil akan mendatangkan konsekuensi. Jika bangsa Israel memilih untuk mengasihi Tuhan dan hidup sesuai dengan perintah-Nya, mereka akan diberkati dan panjang umur di tanah yang dijanjikan. Namun, jika mereka berpaling dari Tuhan dan menyembah allah lain, mereka akan binasa dan tidak akan menikmati hidup yang dijanjikan. 3) Pentingnya mendengarkan dan mengikuti Tuhan: Musa mengingatkan mereka untuk mendengarkan suara Tuhan dan mengikuti jalan-Nya, karena hal itu membawa kehidupan dan berkat. Kedua, mengenal dan mengasihi Tuhan sebagai dasar kehidupan (Ulangan 30:16, 20): 1) Perintah untuk mengasihi Tuhan: Perintah pertama yang diberikan adalah untuk mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati. Kasih merupakan inti dari hubungan manusia dengan Tuhan dan menjadi dasar kehidupan yang diberkati. Mengasihi Tuhan bukan hanya soal perasaan, tetapi juga tentang ketaatan pada perintah-Nya. 2) Tuhan sumber kehidupan: Mengasihi Tuhan berarti hidup menurut jalan-Nya, yang mengarah pada kehidupan sejati dan berkelanjutan. Taat kepada Tuhan adalah pilihan yang membawa manusia kepada kehidupan yang baik dan bertumbuh dalam berkat. 3) Pentingnya permenungan: Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering dihadapkan pada berbagai godaan yang dapat membuat mereka berpaling dari Tuhan. Perintah ini mengingatkan umat Tuhan untuk selalu memfokuskan hati dan pikiran mereka pada Tuhan sebagai sumber hidup yang sejati. Ketiga, keberanian untuk memilih jalan Tuhan (Ulangan 30:19): 1) Langit dan bumi sebagai saksi: Musa mengajak langit dan bumi sebagai saksi atas pilihan yang akan dibuat oleh umat Israel, sebagai bukti keseriusan pilihan tersebut. Langit dan bumi menjadi saksi dari keputusan yang akan membawa konsekuensi besar bagi kehidupan mereka. 2) Pentingnya memilih dengan bijaksana: Pilihan yang dihadapkan kepada umat Israel bukan hanya tentang keuntungan sementara, tetapi tentang pilihan untuk hidup atau mati. Pilihan untuk mengasihi Tuhan dan berjalan dalam jalan-Nya adalah pilihan yang membawa kehidupan, bukan hanya bagi individu, tetapi juga bagi keturunannya. Keempat, kehidupan yang berkelanjutan melalui perikatan dengan Tuhan (Ulangan 30:20): 1) Janji Tuhan kepada nenek moyang: Musa mengingatkan umat Israel bahwa mereka sedang mewarisi janji Tuhan yang diberikan kepada nenek moyang mereka, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub. Janji ini terkait dengan kehidupan yang berkelanjutan di tanah yang dijanjikan Tuhan. 2) Ketaatan sebagai kunci masa depan: Umat Israel tidak hanya hidup berdasarkan keinginan mereka sendiri, tetapi mereka hidup dalam kerangka janji Tuhan yang harus dipelihara melalui ketaatan. Dalam konteks ini, ketaatan kepada Tuhan membawa mereka untuk hidup dalam berkat yang diwariskan kepada nenek moyang mereka. Kelima, pilihan dalam kehidupan kita: 1) Tuhan memberikan kebebasan untuk memilih: Dalam hidup ini, kita dihadapkan pada banyak pilihan. Pilihan itu dapat membawa kita menuju kehidupan yang diberkati atau menuju kehancuran. Kita diajak untuk memilih kehidupan dengan mengasihi Tuhan, mendengarkan suara-Nya, dan mengikuti jalan-Nya. 2) Konsekuensi pilihan sehari-hari: Pilihan kita sehari-hari, seperti bagaimana kita mengelola hubungan, pekerjaan, dan sumber daya, semuanya mencerminkan apakah kita memilih jalan kehidupan atau jalan yang mengarah pada kutukan. Pilihan kita untuk mengasihi Tuhan dalam tindakan kita akan membawa berkat, sedangkan berpaling dari Tuhan membawa akibat yang buruk. 3) Pentingnya Kesetiaan kepada Tuhan: Dalam dunia yang penuh dengan godaan dan distraksi, kita diingatkan untuk tetap setia kepada Tuhan dan tidak disesatkan oleh hal-hal lain yang tampaknya menjanjikan kebahagiaan atau kemakmuran. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
6 |
2025-03-07 |
Puasa yang berkenan kepada Tuhan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 07 Maret 2025. Puasa yang berkenan kepada Tuhan (Yesaya 58:1-9a). Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! 58:2 Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya: 58:3 Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga? Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. 58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. 58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN? 58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, 58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! 58:8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. 58:9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah. |
Dua pokok permenungan dari bacaan hari ini adalah: Pertama, Kesatuan antara ibadah dan tindakan sosial: Dalam ayat 1, Tuhan menyuru nabi Yesaya untuk mengecam umat Israel yang berdosa dengan suara nyaring bagaikan bunyi sangkakala yang amat nyaring. Yesaya menyingkapkan pelanggaran dan kemunafikan umat Allah. Hal ini harus dilakukan oleh nabi Yesaya. Sebab jikalau nabi Yesaya sebagai utusan Allah lalai menunjukkan dosa-dosa umat-Nya, maka umat itu tidak setia kepada panggilan Allah. Memang bangsa itu senantiasa mencari Tuhan dengan berpuasa namun hal itu hanyalah tindakan ibadah semata. Tuhan menginginkan umat-Nya merendahkan diri dan melakukan karya nyata, tindakan sosial. Tuhan menghendaki adanya kesatuan antara ibadah dan tindakan sosial yang nyata. Kedua, puasa yang berkenan kepada Tuhan: Dalam ayat 6 dan 7 dikatakan: “Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!” Puasa yang berkenan pada Allah ialah puasa yang disertai kasih kepada diri-Nya dan perhatian sungguh-sungguh untuk mereka yang tertindas. Tuhan menunjukkan bahwa puasa yang benar bukan hanya sekadar tindakan lahiriah seperti menahan lapar atau mengenakan pakaian yang rendah diri, perubahan hati dan perilaku, keterlibatan dalam tindakan nyata memperjuangkan keadilan sosial, membebaskan yang tertindas, memberi kepada yang membutuhkan, dan berusaha memperbaiki hubungan dengan sesama. Puasa yang benar nyata dalam sikap mengutamakan kepedulian terhadap penderitaan orang lain dan menghindari sikap egois. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
7 |
2025-03-08 |
iman sejati tercermin dalam tindakan nyata |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 08 Maret 2025. Iman sejati tercermin dalam tindakan nyata (Yesaya 58:9b-14). Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, 58:10 apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. 58:11 TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah engecewakan. 58:12 Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan yang memperbaiki tembok yang tembus, yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni. 58:13 Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku apabila engkau menyebutkan hari Sabat hari kenikmatan, dan hari kudus TUHAN hari yang mulia apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, 58:14 maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Yesaya 58:9a-14: Pertama, ketaatan terhadap hukum Tuhan dan kebaikan kepada sesama. Yesaya menegaskan bahwa ketaatan kepada hukum Tuhan dengan melakukan ibadah, “berteriak minta tolong” tetapi hal ini tidak bermakna kalau tidak dinyatakan dalam kepedulian terhadap sesama, yang diucapkan oleh Yesaya demikian: “melepaskan kuk, tidak lagi menunjuk-nunjuk dengan jari dan memfitnah…”. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa iman sejati tercermin dalam tindakan nyata terhadap sesama. Kedua, terang dan kekuatan dalam ketaatan. “Terang akan terbit dalam kegelapan dan kekuatan akan diperbaharui” demikian janji Tuhan terhadap umat-Nya yang hidup menurut kehendak Tuhan. Yesaya menunjukkan bahwa hidup dalam ketaatan terhadap hukum Tuhan dan hidup benar di hadapan Tuhan merupakan kekuatan dan jaminan kebahagiaan bagi umat Tuhan. Setiap orang yang taat dan hidup benar seperti taman yang diairi dengan baik, memberikan kehidupan dan kesegaran bagi orang lain. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
8 |
2025-03-09 |
Bersyukur dengan tulus |
Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 09 Maret 2025. Bersyukur dengan hati tulus (Ulangan 26:4-10). 26:4 Maka imam harus menerima bakul itu dari tanganmu dan meletakkannya di depan mezbah TUHAN, Allahmu. 26:5 Kemudian engkau harus menyatakan di hadapan TUHAN, Allahmu, demikian: Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan banyak jumlahnya. 26:6 Ketika orang Mesir menganiaya dan menindas kami dan menyuruh kami melakukan pekerjaan yang berat, 26:7 maka kami berseru kepada TUHAN, Allah nenek moyang kami, lalu TUHAN mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan kesukaran kami dan penindasan terhadap kami. 26:8 Lalu TUHAN membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar dan dengan tanda-tanda serta mujizat-mujizat. 26:9 Ia membawa kami ke tempat ini, dan memberikan kepada kami negeri ini, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. 26:10 Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya TUHAN. Kemudian engkau harus meletakkannya di hadapan TUHAN, Allahmu engkau harus sujud di hadapan TUHAN, Allahmu. |
Ulangan 26:4-10, yang dibacakan pada hari ini menggambarkan peristiwa bangsa Israel mempersembahkan hasil pertama dari bumi kepada Tuhan, dan memberikan pengakuan atas karya besar Tuhan dalam sejarah hidup mereka. Dua pokok permenungan yang boleh diambil dari bacaan hari ini adalah sebagai berikut: Pertama, pekerjaan Tuhan dalam sejarah hidup manusia. Bacaan hari ini mengundang bangsa Israel untuk mengingat sejarah hidup mereka dan karya besar Tuhan yang dilakukan terhadap mereka. “Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan banyak jumlahnya” (ayat 5). Mereka berasal dari Aram dengan jumlah yang kecil, berpindah ke Mesir dan Tuhan menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir, menghantar mereka ke tanah yang berlimpahkan susu dan madu. Kini mereka menjadi bangsa yang besar. Undangan ini mengingatkan setiap pribadi untuk tidak melupkan pekerjaan Tuhan di dalam hidupnya. Dengan cara yang istimewa, Tuhan telah melakukan karya besar di dalam hidup setiap pribadi. Setiap keberhasilan dan berkat yang diterima merupakan bagian dari karya besar Tuhan dalam hidup ini. Saat ini adalah kesempatan untuk mensyukuri segala yang telah Tuhan lakukan di dalam kehidupan pribadimu. Untuk itu, relevan kalau diajukan pertanyaan refleksi berikut: Apa saja peristiwa atau pengalaman dalam hidupku yang menunjukkan tangan Tuhan yang kuat dan kasih-Nya? Bagaimana saya dapat lebih mengingat karya-Nya dalam hidupku sehari-hari? Kedua, bersyukur dengan hati tulus. “Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya TUHAN” (ayat 10a). Ayat ini melukiskan sikap penuh syukur yang mendalam dan pengakuan bahwa segala yang mereka miliki adalah pemberian Tuhan. Sebuah tindakan syukur yang tulus berkat Tuhan yang mereka terima. Ayat ini sesungguhnya mengingatkan setiap pribadi bahwa memberi persembahan apa pun bentuknya semestinya merupakan ucapan syukur tulus dari hati yang dirahmati. Memberi dengan tulus menunjukkan sikap iman bahwa segala berkat yang diterima berasal dari Tuhan dan ingin diberikan kembali sebagai tanda syukur dan pengabdian kepada Tuhan. Setiap pribadi boleh bertanya: Apakah saya memberikan kepada Tuhan dengan hati penuh syukur dan ikhlas? Bagaimana saya dapat lebih menghargai berkat yang telah Tuhan berikan dengan memberi lebih banyak kepada Tuhan dan sesama? Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
9 |
2025-03-10 |
Kasihilah sesama, hindarilah pembalasan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 10 Maret 2025. Kasihilah sesama, hindarilah pembalasan (Imamat 19:1-2,11-18). 19:1 TUHAN berfirman kepada Musa: 19:2 Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus. 19:11 Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya. 19:12 Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu Akulah TUHAN. 19:13 Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya. 19:14 Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu Akulah TUHAN. 19:15 Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran. 19:16 Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia Akulah TUHAN. 19:17 Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. 19:18 Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri Akulah TUHAN. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Ulangan 19:1-2 11-18. Pertama, panggilan untuk hidup kudus dan adil. Bacaan ini dibuka dengan undangan ini: “TUHAN berfirman kepada Musa: Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (ayat 1-2). Dalam ayat ini Tuhan mengundang umat-Nya untuk hidup kudus, seperti Tuhan sendiri, yang kudus adanya. Dalam ayat 11-16 dapat dilihat apa yang dimaksudkan dengan hidup kudus dan adil. Hidup kudus bukanlah sebatas ibadah ritual, hidup kudus adalah keberadaan dan tindakan nyata dalam hubungan dengan sesama manusia setiap hari. Dalam ayat 11-16, Tuhan memberi petunjuk tentang berbagai tindakan yang harus dihindari (dilarang), seperti mencuri, berdusta, berbuat curang, atau menindas orang lain. Dengan cara demikian, Tuhan meminta umat-Nya untuk hidup jujur, adil dan rasa saling menghormati, sebagai cerminan kekudusan Allah. Kedua, mengasihi sesama dan menghindari pembalasan. “Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri Akulah TUHAN” (ayat 17-18). Dalam kedua ayat ini ditekankan pentingnya kasih kepada sesama dan larangan untuk membenci atau menuntut balas terhadap orang lain. Kedua ayat ini mengundang umat Tuhan untuk mengasihi sesama manusia seperti mengasihi dirinya sendiri, serta untuk tidak membiarkan dendam atau kebencian menguasai hatinya. Hidup penuh kasih dan pengampunan merupakan cerminan dari kebenaran dan kekudusan Tuhan. Dalam setiap konflik, umat diajak untuk mencari perdamaian dan menghindari balas dendam, dan sebaliknya mengajak untuk kasih sesama dengan tulus. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
10 |
2025-03-11 |
Firman yang menghidupkan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 11 Maret 2025. Firman yang menghidupkan (Yesaya 55:10-11). 55:10 Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, 55:11 demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya. |
Membaca Yesaya 55:10-11, setiap orang percaya diundang untuk percaya bahwa Firman Allah memiliki kekuatan untuk menghasilkan buah sesuai dengan kehendak Tuhan sendiri. Dalam ayat 10, Firman Tuhan diibaratkan dengan hujan dan salju yang turun dari langit. Hujan dan salju yang turun dari langit memiliki tujuan, yaitu untuk mengairi bumi, menyuburkan tanah, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur, dan roti bagi orang yang mau makan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan hujan dan salju turun ke bumi adalah untuk memberikan kehidupan bagi semua makhluk hidup yang ada di bumi. Kalau hujan dan salju saja memberikan kehidupan apalagi Firman Tuhan, maka Yesaya menjelaskan hal itu lebih lanjut dalam ayat 11. Dalam ayat 11, dijelaskan bahwa Firman Tuhan yang keluar dari mulut Tuhan tidak akan kembali kepada-Nya dengan sia-sia. Firman Tuhan memilki kekuatan untuk melaksanakan kehendak Tuhan. Sebab Tuhan tidak pernah gagal dan Firman-Nya tentu tidak pernah gagal untuk melakukan apa yang dikehendaki Tuhan sendiri. Firman Tuhan memiliki kekuatan untuk mengubah, memberi kehidupan, dan memberikan keberhasilan. Bacaan ini sesungguhnya mengundang setiap pribadi untuk percaya bahwa Firman Tuhan itu memberi kehidupkan. Bila ada orang yang meragukannya, perhatikanlah hujan dan salju yang turun ke bumi untuk memberikan kehidupan. Alam sendiri memberi kesaksian tentang kebenaran Firman ini. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |