Halaman Sarifirman

Bacaan Sarifirman

Kembali ke Beranda

No Tanggal Judul Isi Renungan Aksi
1 2025-06-20 Bermegah dalam kelemahan Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 20 Juni 2025. Bermegah dalam kelemahan (2 Korintus 11:21-30). 11:21 Dengan sangat malu aku harus mengakui, bahwa dalam hal semacam itu kami terlalu lemah. Tetapi jika orang-orang lain berani membanggakan sesuatu, maka akupun--aku berkata dalam kebodohan--berani juga! 11:22 Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham! 11:23 Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah lebih sering di dalam penjara didera di luar batas kerap kali dalam bahaya maut. 11:24 Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, 11:25 tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. 11:26 Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. 11:27 Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat kerap kali aku tidak tidur aku lapar dan dahaga kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, 11:28 dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat. 11:29 Jika ada orang merasa lemah, tidakkah aku turut merasa lemah? Jika ada orang tersandung, tidakkah hatiku hancur oleh dukacita? 11:30 Jika aku harus bermegah, maka aku akan bermegah atas kelemahanku. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 2 Korintus 11:21–30: Pertama, pengorbanan seorang pelayan sejati. Dalam ayat 23-27, Paulus menggambarkan pengorbanannya sebagai seorang pelayan Kristus. Paulus tidak membanggakan gelar atau keberhasilan duniawi, tetapi justru penderitaan dan pengorbanannya dalam melayani Kristus. Berbagai penderitaan fisik dialaminya Paulus dicambuk, dipenjarakan, terancam bahaya banjir dan penyamun, mengalami kelaparan. Paulus menanggungnya dalam kesetiaannya sebagai pelayan Kristus. Pengalaman Paulus sesungguhnya menjelaskan kepada setiap orang percaya bahwa menjadi pelayan Kristus yang sejati tidak berjalan di jalan mulus penuh kenyamanan. Kesetiaan seorang pelayan dibuktikan melalui penderitaan. Pengorbanan merupakan tanda cinta sejati kepada Kristus dan umat-Nya. Kedua, bermegah atas kelemahan. Dalam ayat 28-30, Paulus menjelaskan kebanggannya atas kelemahannya. Paulus memilih untuk “bermegah atas kelemahan.” Paulus menunjukkan bahwa kepeduliannya terhadap jemaat, kepekaannya terhadap penderitaan orang lain, dan keterbatasannya sebagai manusia justru memperlihatkan kekuatan kasih karunia Tuhan dalam dirinya. Kelemahan bukan untuk disembunyikan tetapi dinyatakan untuk menunjukkan kekuatan Kristus. Paulus mengambil jalan yang berbeda dengan dunia ini. Dunia menuntut kesempurnaan dan pencitraan. Paulus mengajarkan bahwa Tuhan dimuliakan bukan ketika kita terlihat hebat, tetapi ketika kita jujur dalam kelemahan dan bergantung sepenuhnya pada-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
2 2025-06-21 Jika aku lemah, maka aku kuat Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 21 Juni 2025. Pesta wajib Santo Aloisius Gonzaga. Jika aku lemah, maka aku kuat (2 Korintus 12:1-10). 12:1 Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. 12:2 Aku tahu tentang seorang Kristen empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. 12:3 Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya-- 12:4 ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. 12:5 Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. 12:6 Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. 12:7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 12:8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 12:10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 2 Korintus 12:1–10: Pertama, pengalaman rohani. Dalam ayat 1-5, Paulus menceritakan pengalaman rohaninya yang luar biasa melihat pengangkatan ke Firdaus dan mendengar kata-kata surgawi. Penglihatan itu yang merupakan pengalaman rohani istimewa bagi Paulus tidak membuat Paulus membanggakan dirinya. Dalam ayat 5, Paulus berkata: “Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.” Paulus memilih untuk menjaga kerendahan hatinya. Kedua, dalam kelemahan, kuasa Kristus menjadi nyata dan sempurna. Dalam ayat 8, Paulus memohon agar ia dibebaskan dari iblis yang menggodanya untuk menyombongkan diri. Namun dalam ayat 9 Tuhan memberi jawaban yang amat bagus: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Atas jawab itu, Paulus memilih bermegah dalam kelemahannya, karena di dalam kelemahan itulah kekuatan sejati dari Kristus bekerja sempurna. Dengan cara ini, Paulus menunjukkan kepada setiap orang percaya bahwa kelemahan bukan halangan untuk mengalami kuasa Tuhan, tetapi justru menjadi tempat di mana kasih karunia Allah dialami secara paling nyata. Dunia memuliakan kekuatan dan keunggulan, tetapi Allah memuliakan hati yang bergantung penuh kepada-Nya. Semoga setiap orang percaya dapat berseru bersama Paulus: “Jika aku lemah, maka aku kuat” (ayat 10). Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
3 2025-06-22 Tanggapan iman Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 22 Juni 2025. Pesta Tubuh dan Darah Kristus Tanggapan iman (Kejadian 14:18-20). 14:18 Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. 14:19 Lalu ia memberkati Abram, katanya: Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, 14:20 dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu. Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan pertama hari ini, Kejadian 14:18–20 dalam kaitannya dengan Pesta Tubuh dan Darah Kristus (Corpus Christi): Pertama, Melkisedek sebagai pralambang Kristus: Imam yang mempersembahkan roti dan anggur (ayat 18). Melkisedek muncul sebagai figur yang unik: raja dan imam Allah Yang Mahatinggi, yang mempersembahkan roti dan anggur. Ini merupakan gambaran awal atau pralambang dalam Perjanjian Lama tentang Kristus, Imam Agung yang mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur pada Perjamuan Terakhir. Dalam Pesta Tubuh dan Darah Kristus, kita merayakan anugerah besar ini—Kristus sendiri menjadi santapan rohani bagi kita, menghadirkan pengampunan dan persekutuan sejati dengan Allah. Peertanyaan yang perlu direnungkan hari ini adalah apakah saya datang ke perayaan Ekaristi dengan iman bahwa yang roti dan anggur yang saya terima adalah sungguh Tubuh dan Darah Kristus, Sang Raja dan Imam Agung? Kedua, tanggapan iman Abram: pemberian persembahan sebagai balasan atas berkat Allah (ayat 20). Setelah menerima berkat dari Melkisedek, Abram memberikan sepersepuluh dari semuanya, sebuah tindakan syukur dan penyerahan diri kepada Allah. Dalam konteks Ekaristi, kita pun diajak untuk memberi tanggapan yang sama: menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan yang telah memberkati kita melalui Tubuh dan Darah-Nya. Hal ini merupakan panggilan untuk hidup dalam rasa syukur, ketaatan, dan mempersembahkan diri sebagai bentuk cinta dan hormat kepada Allah. Pertanyaan untuk direnungkan: Apakah hidupku menjadi sebuah persembahan yang pantas kepada Allah yang telah terlebih dahulu mengasihiku dalam Sakramen Ekaristi? Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
4 2025-06-23 Menjadi berkat Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 23 Juni 2025. Menjadi berkat (Kejadian 12:1-9). 12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu 12:2 Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur dan engkau akan menjadi berkat. 12:3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. 12:4 Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. 12:5 Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ. 12:6 Abram berjalan melalui negeri itu sampai ke suatu tempat dekat Sikhem, yakni pohon tarbantin di More. Waktu itu orang Kanaan diam di negeri itu. 12:7 Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu. Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. 12:8 Kemudian ia pindah dari situ ke pegunungan di sebelah timur Betel. Ia memasang kemahnya dengan Betel di sebelah barat dan Ai di sebelah timur, lalu ia mendirikan di situ mezbah bagi TUHAN dan memanggil nama TUHAN. 12:9 Sesudah itu Abram berangkat dan makin jauh ia berjalan ke Tanah Negeb. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kejadian 12:1–9: Pertama, iman dan ketaatan Abram. Dalam bacaan ini dikisahkan tentang panggilan dan jawaban Abram. Tuhan memanggil Abram untuk meninggalkan tanah kelahiran, keluarga, dan segala kenyamanan hidupnya menuju tempat yang belum dikenal. Abram menaati tanpa banyak bertanya, dan imannya menjadi teladan bagi semua orang beriman. Kedua, menjadi berkat. Dalam panggilan ini, Tuhan tidak hanya menjanjikan berkat bagi Abram secara pribadi, tetapi juga bahwa Abram menjadi berkat bagi dunia: “olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (ayat 3). Ini adalah dasar panggilan misioner: bahwa iman sejati tidak berhenti pada diri sendiri, melainkan menjadi saluran berkat bagi sesama dan dunia. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
5 2025-06-24 Dipanggil sejak dalam kandungan Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 24 Juni 2025. Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis. Dipanggil sejak dalam kandungan (Yesaya 49:1-6). 49:1 Dengarkanlah aku, hai pulau-pulau, perhatikanlah, hai bangsa-bangsa yang jauh! TUHAN telah memanggil aku sejak dari kandungan telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku. 49:2 Ia telah membuat mulutku sebagai pedang yang tajam dan membuat aku berlindung dalam naungan tangan-Nya. Ia telah membuat aku menjadi anak panah yang runcing dan menyembunyikan aku dalam tabung panah-Nya. 49:3 Ia berfirman kepadaku: Engkau adalah hamba-Ku, Israel, dan olehmu Aku akan menyatakan keagungan-Ku. 49:4 Tetapi aku berkata: Aku telah bersusah-susah dengan percuma, dan telah menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna namun, hakku terjamin pada TUHAN i dan upahku pada Allahku. 49:5 Maka sekarang firman TUHAN, yang membentuk aku sejak dari kandungan untuk menjadi hamba-Nya, untuk mengembalikan Yakub kepada-Nya, dan supaya Israel dikumpulkan kepada-Nya--maka aku dipermuliakan di mata TUHAN, dan Allahku menjadi kekuatanku --,firman-Nya: 49:6 Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara. Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Yesaya 49:1–6 yang diintegrasikan dengan makna Pesta Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis: Pertama, dipanggil sejak dalam kandungan. Tuhan telah memanggil aku sejak dari kandungan, telah menyebut namaku sejak dari perut ibuku (Yes 49:1). Nabi Yesaya berbicara tentang panggilan ilahi yang telah dimulai sejak dalam kandungan, sebelum orang itu lahir ke dunia. Apa yang dikatakan nabi Yesaya ini selaras dengan kisah Yohanes Pembaptis yang sudah melonjak kegirangan dalam rahim Elisabet saat bertemu Maria (Luk 1:41). Yohanes, seperti Yesaya, dipanggil sejak masih berada di dalam kandungan dan diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias. Kedua, keletihan menuju Terang bangsa-bangsa. Aku telah bersusah-susah dengan percuma... namun, hakku terjamin pada Tuhan... Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa (Yes 49:4,6). Ayat 4 merupakan jawaban nabi Yesaya terhadap Firman Tuhan dalam ayat 3. Nabi Yesaya memang dipanggil untuk menjadi terang bangsa-bangsa walaupun pada awalnya ia harus banyak mengalami pergulatan. Yohanes Pembaptis menjalani hidup yang keras—hidup di padang gurun, mewartakan pertobatan, dan akhirnya mati sebagai martir. Namun seperti dalam nubuat Yesaya, keletihannya tidak sia-sia. Justru melalui ketekunannya, Allah menjadikannya terang, bentara yang menunjukkan Mesias kepada dunia. Pada pesta Santo Yohanes Pembaptis hari ini, kita boleh belajar bahwa hidup memiliki misi sejak awal dan kesetiaan pada panggilan perutusan, walaupun penuh tantangan, akan dipakai Allah untuk menyatakan keselamatan-Nya. Mari belajar keutamaan-keutamaan yang diwariskan oleh St. Yohanes Pembaptis: rendah hati, setia, dan berani menjadi suara yang menyiapkan jalan Tuhan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
6 2025-06-25 Iman bertumbuh berkat perjumaan dialogis dengan Allah Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 25 Juni 2025. Iman bertumbuh berkat perjumpaan dialogis dengan Allah (Kejadian 15:1-12, 17-18). 15:1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu upahmu akan sangat besar. 15:2 Abram menjawab: Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu. 15:3 Lagi kata Abram: Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku. 15:4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu. 15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya. Maka firman-Nya kepadanya: Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu. 15:6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. 15:7 Lagi firman TUHAN kepadanya: Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu. 15:8 Kata Abram: Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya? 15:9 Firman TUHAN kepadanya: Ambillah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati. 15:10 Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. 15:11 Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya. 15:12 Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan. 15:17 Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. 15:18 Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kejadian 15:1–18: Pertama, iman bertumbuh dalam proses perjumpaan dengan Allah. Dalam ayat 2-3, Abram mulai mengalami kegelisahan dan keraguan akan janji Allah untuk menjadikannya bangsa yang besar, dengan mempertanyakan janji Allah itu karena Abram belum mempunyai anak. Berhadapan dengan keraguan Abram, Allah tidak menegurnya, melainkan Allah menegaskan kembali janji-Nya dengan menunjukkan tanda-tanda penguatan iman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu” (ay. 4–5). Jawaban Abram adalah percaya: “percayalah Abram kepada TUHAN” dan sikap iman Abram ini diperhitungkan sebagai kebenaran (ayat 6). Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah tidak pernah menolak untuk berdialog secara jujur dengan hati yang bergumul. Dalam dialog dan keterbukaan itu kepada Allah, iman akan Allah bertumbuh dan dimurnikan. Kedua, kesetiaan Allah diteguhkan dengan perjanjian kudus. Allah tidak hanya memberikan janji secara lisan, tetapi mengikat diri-Nya melalui sebuah perjanjian formal (ayat 9–18). Simbol-simbol seperti potongan hewan, suluh api, dan perapian berasap adalah bentuk pengesahan perjanjian yang lazim di budaya kuno. Orang yang berjanji akan mengitari potongan-potongan daging hewan itu. Di sini, Allah yang mengadakan perjanjian karena Allahlah yang mengitari potongan-potongan daging itu dengan api. Hal ini menandakan bahwa Allah akan setia pada janji-Nya bahkan jika manusia gagal. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
7 2025-06-26 Ketidaksabaran sering menghasilkan masalah Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 26 Juni 2025. Ketidaksabaran sering menghasilkan masalah (Kejadian 16:1-12, 15-16). 16:1 Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya. 16:2 Berkatalah Sarai kepada Abram: Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak. Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai. 16:3 Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, --yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan--,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya. 16:4 Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu. 16:5 Lalu berkatalah Sarai kepada Abram: Penghinaan yang kuderita ini adalah tanggung jawabmu akulah yang memberikan hambaku ke pangkuanmu, tetapi baru saja ia tahu, bahwa ia mengandung, ia memandang rendah akan aku TUHAN kiranya yang menjadi Hakim antara aku dan engkau. 16:6 Kata Abram kepada Sarai: Hambamu itu di bawah kekuasaanmu perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik. Lalu Sarai menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkannya. 16:7 Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. 16:8 Katanya: Hagar, hamba Sarai, dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu? Jawabnya: Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku. 16:9 Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya. 16:10 Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya. 16:11 Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu. 16:12 Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan di tempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya. 16:15 Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael. 16:16 Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kejadian 16:1–16: Pertama, ketidaksabaran sering menghasilkan masalah. Dalam ayat 2 dijelaskan bagaimana Sarai, isteri Abram mengambil inisiatif menyuruh Abram menghampiri Hagar, hambanya, sebab Sarai merasa Tuhan terlambat atau tidak menggenapi janji-Nya. Hagarpun mengandung dan ketika ia mengetahui bahwa ia mengandung, Hagar merendahkan Sarai (ayat 4). Inisiatif Sarai tidak menghasilkan kedamaian dan berkat bagi kelaurga Abram, melainkan menghasilkan siakp saling merendahkan, saling menyalahkan, dan penindasan. Ketika manusia tidak sabar menunggu pemenuhan janji Tuhan, lalu mengambil jalan pintas, sering hal itu tidak memberikan solusi, tetapi melahirkan luka dan ketegangan. Ketidaksabaran bisa menghasilkan keputusan yang menyakiti diri sendiri maupun orang lain, serta menjauhkan diri dari rencana Tuhan yang sejati. Kedua, Allah peduli pada yang tertindas dan tak diperhitungkan. Dalam ayat 6, dikatakan bahwa Sarai menindas Hagar sehingga ia lari meninggalkan Sarai. Hagar adalah seorang hamba, perempuan asing, dan korban dari keputusan Sarai. Tuhan peduli dengan Hagar yang menderita. Malaikat Tuhan menampakkan diri secara pribadi kepada Hagar, menyapanya dengan nama, mendengar keluhannya, dan memberikan janji keturunan besar. Hagar bahkan menjadi satu-satunya perempuan dalam Alkitab yang menamai Allah: “Engkaulah El-Roi” (Allah yang melihat) (ayat 13, yang tidak dikutip dalam bacaan hari ini). Tuhan memperhatikan mereka yang tertindas, tersisih, dan tidak dianggap penting. Ia hadir di padang gurun kehidupan dan memberikan pengharapan baru, bahkan kepada mereka yang merasa lari dari segalanya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
8 2025-06-27 Hati yang mencari dan menyelamatkan yang tersesat Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 27 Juni 2025. Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus. Hati yang mencari dan menyelamatkan yang tersesat (Yehezkiel 34:11-16). 34:11 Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya. 34:12 Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan. 34:13 Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya Aku akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel, di alur-alur sungainya dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu. 34:14 Di padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka dan di atas gunung-gunung Israel yang tinggi di situlah tempat penggembalaannya di sana di tempat penggembalaan yang baik mereka akan berbaring dan rumput yang subur menjadi makanannya di atas gunung-gunung Israel. 34:15 Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan ALLAH. 34:16 Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Yehezkiel 34:11–16, dalam hubungannya dengan hari raya Hati Yesus yang Mahakudus: Pertama, Hati Yesus yang Mahakudus: Gembala yang memberi hidup dan penghiburan. Dalam ayat 15 dikatakan: “Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring...” Yesus, sebagai Gembala yang baik menyediakan tempat berteduh yang nyaman, makanan hijau di padang subur, dan kedamaian sejati bagi domba-domba-Nya. Hal ini menggambarkan kelembutan dan kehadiran Hati-Nya yang penuh cinta. Pesta Hati Kudus Yesus mengajak setiap orang percaya untuk masuk ke dalam keheningan kasih Allah ini, ke dalam hati Yesus yang menjadi tempat istirahat bagi jiwa yang lelah. Datanglah kepada Hati Yesus yang Mahakudus untuk memperoleh ketenangan, penghiburan, dan kekuatan. Kedua, Hati Yesus yang Mahakudus: Hati yang mencari dan menyelamatkan yang tersesat. Dalam ayat 16 dikatkan: “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang...” Dalam perikop ini, Allah menggambarkan diri-Nya sebagai Gembala yang penuh kasih, yang tidak pernah menyerah mencari dombanya yang tersesat walaupun hanya satu ekor saja. Allah memiliki hati penuh belas kasih. Hati Yesus, hati Allah yang penuh belas kasih, Hati yang Mahakudus, tidak pernah berhenti mencari umat-Nya yang terhilang, tersesat, atau terluka. Dalam pesta Hati Kudus Yesus, Gereja merayakan cinta yang tak mengenal lelah itu. Hati-Nya yang tertikam di salib menjadi tanda kasih-Nya yang total, yang ingin membawa semua kembali ke dalam pelukan-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
9 2025-06-28 Hati Maria, hati penuh sukacita Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 28 Juni 2025. Peringatan Wajib Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria. Hati Maria, hati penuh sukacita (Yesaya 61:9-11). 61:9 Keturunanmu akan terkenal di antara bangsa-bangsa, dan anak cucumu di tengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati TUHAN. 61:10 Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. 61:11 Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa. Dua pokok permenungan yang diambil dari bacaan hari ini, Yesaya 61:9–11, dalam hubungannya dengan peringatan wajib Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria: Pertama, Hati Maria, hati penuh sukacita. Dalam ayat 10 dikatakan: “Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku...” Nabi Yesaya bernubuat tentang masa depan Israel sebagai keturunan yang diberkati Tuhan. Bacaan ini ditempatkan dalam perayaan hari ini untuk menyatakan kegenapan nubuat Yesaya dalam diri Bunda Maria. Bunda Maria adalah pribadi yang bersukacita karena ia mengenakan jubah keselamatan sejak awal kehidupannya. Hati Tak Bernoda Maria bersorak-sorai karena seluruh hidupnya adalah nyanyian syukur kepada Allah. Dalam Magnificat, Maria menyatakan sukacita yang sama seperti nabi Yesaya: jiwanya memuliakan Tuhan karena karya besar yang dilakukan oleh Tuhan di dalam dirinya. Peringatan ini mengundang setiap orang percaya untuk belajar bersukacita bukan karena hal duniawi, melainkan karena kasih dan rahmat Allah yang menyelimuti hidupnya. Kedua, hati Maria: tanah subur yang menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian. Dalam ayat 11, nabi Yasaya menulis: “Seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan... demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa.” Perikop ini menggambarkan karya Tuhan yang menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di tengah dunia, seperti tanah yang subur bagi benih kehidupan. Hati Tak Bernoda Maria adalah gambaran paling murni dari tanah yang demikian. Dalam keheningan dan ketaatannya, Maria menerima Sabda Allah dan membiarkan-Nya bertumbuh dalam dirinya hingga melahirkan Sang Kebenaran itu sendiri—Yesus Kristus. Di dalam Hati Maria, kita melihat contoh sempurna bagaimana hidup dalam kesetiaan dan keterbukaan kepada Allah dapat menghasilkan buah yang mulia bagi dunia. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
10 2025-06-29 Kekuatan doa jemaat Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 29 Juni 2025. Hari raya St. Petrus dan Paulus. Kekutan doa jemaat (Kisah Para Rasul 12:1-11). 12:1 Kira-kira pada waktu itu raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. 12:2 Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. 12:3 Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus. Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi. 12:4 Setelah Petrus ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah ia menghadapkannya ke depan orang banyak. 12:5 Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah. 12:6 Pada malam sebelum Herodes hendak menghadapkannya kepada orang banyak, Petrus tidur di antara dua orang prajurit, terbelenggu dengan dua rantai. Selain itu prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu. 12:7 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya, katanya: Bangunlah segera! Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus. 12:8 Lalu kata malaikat itu kepadanya: Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu! Iapun berbuat demikian. Lalu malaikat itu berkata kepadanya: Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku! 12:9 Lalu ia mengikuti malaikat itu ke luar dan ia tidak tahu, bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi, sangkanya ia melihat suatu penglihatan. 12:10 Setelah mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat kawal kedua, sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka. Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia. 12:11 Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata: Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi. Dua pokok permenungan yang diambil dari bacaan I hari ini, Kisah Para Rasul 12:1–11: Pertama, kekuatan doa jemaat. Dalam ayat 2-3 dikisahkan bagaimana Herodes membunuh Yakobus. Tindakan itu menyenangkan hati orang Yahudi. Kemudian Herodes menahan Petrus. “Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Ketika ia melihat, bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus “ayat 2-3). Hal itu tidak membuat jemaat panik, tetapi jemaat berdoa dengan tekun kepada Allah “Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah” (ayat 5). Dalam keadaan tak berdaya secara manusiawi, orang percaya tetap percaya kepada kuasa Tuhan. Tuhan pun menjawab doa mereka dan mengutus malaekat membebaskan Petrus. Doa jemaat merupakan senjata rohani yang kuat di tengah penindasan. Kedua, Tuhan menyelamatkan Petrus dengan cara-Nya. Dalam ayat 7-10 dikisahkan bagaimana Tuhan menyelamatkan Petrus secara ajaib. Kisah pembebasan Petrus ini menunjukkan bahwa kebesaran dan kekuasaan Tuhan, Tuhan tetap memegang kendali dalam setiap situasi hidup manusia, termasuk dalam situasi yang kelihatannya penuh ancaman. Di tengah pengawalan ketat dan niat jahat Herodes, Tuhan mengutus malaikat-Nya, melepaskan rantai, membuka pintu besi, dan membawa Petrus ke luar tanpa satu penjaga pun menyadarinya. Petrus sendiri baru sadar ketika ia sudah berada di luar: “Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata: ‘Sekarang tahulah aku benar-benar bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi’” (ayat 11). Tuhan adalah Emanuel: Allah beserta kita. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail