Halaman Sarifirman

Bacaan Sarifirman

Kembali ke Beranda

No Tanggal Judul Isi Renungan Aksi
1 2025-02-20 Tuhan mengikat perjanjian dengan manusia Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 20 Februari 2025. Tuhan mengikat perejanjian dengan manusia (Kejadian 9:1-13). “Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan. Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri. Dan kamu, beranakcuculah dan bertambah banyak, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambah banyaklah di atasnya.’ Berfirmanlah Allah kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia: ‘Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.’ Dan Allah berfirman: ‘Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.” Bacaan hari ini berisikan perjanjian Tuhan dengan Nuh beserta keturunannya (umat manusia) setelah peristiwa air bah. 1) Pada ayat 1-2, Tuhan memberkati Nuh dan keturunannya “beranak cucu dan bertambah banyaklah”. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun manusia berdosa dan mengakibatkan dunia hancur karenannya, namun Tuhan dengan kasih dan kerahiman-Nya tetap memberikan kesempatan baru bagi manusia untuk hidup dan bertumbuh. Berkat Tuhan meliputi pernyataan dan kesempatan untuk memulai kembali. 2) Manusia diberi kuasa atas semua makhluk (9:2-3). Tuhan memberi manusia kuasa atas semua ciptaan-Nya. Kuasa yang diberikan ini merupakan tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga ciptaan Tuhan dengan bijaksana demi kemuliaan Tuhan dan kelestarian alam serta keselamatan generasi yang akan datang. 3) Pada ayat 5-6 Tuhan melarang manusia untuk membunuh sesamanya. Dengan tegas, Tuhan menyatakan bahwa darah manusia sangat berharga di mata-Nya. Sebab setiap orang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia memiliki nilai yang tak tergantikan dengan apa pun. Dengan demikian, sesungguhnya Tuhan mengundang manusia untuk menghargai kehidupan dan merawat keharmonisan hidup dengan sesama. 4) Pada ayat 8-11, Tuhan mengikat perjanjian dengan Nuh dan keturunanya, dengan segala makhluk hidup bahwa Tuhan tidak akan lagi memusnahkan manusia dan bumi dengan air bah. Pada titik ini, setiap pribadi diajak untuk hidup dengan penuh rasa syukur, dan penghargaan, sebab Tuhan senantiasa setia pada janji-Nya. 5) Kesetiaan tersebut Tuhan menyatakan dalam bentuk pelangi (ayat 12-13). ‘Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama-sama dengan kamu, turun-temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.’ Pelangi mengingatkan manusia akan kesetiaan Tuhan pada perjanjian-Nya dan sekaligus merupakan undangan untuk menghargai kehidupan dengan hidup dalam ketaatan dan kesetiaan pada kehendak Tuhan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
2 2025-02-21 Peran komunikasi dalam kehidupan bersama Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 21 Februari 2025. Peran komunikasi dalam kehidupan bersama (Kejadian 11:1-9). “Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana. Mereka berkata seorang kepada yang lain: ‘Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik.’ Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat. Juga kata mereka: ‘Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi.’ Lalu turunlah Tuhan untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu, dan Ia berfirman: ‘Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana. Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.’ Demikianlah mereka diserakkan Tuhan dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan Tuhan bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan Tuhan ke seluruh bumi.” Bacaan hari ini memperlihatkan bahwa komunikasi merupakan hal yang penting di dalam kehidupan umat manusia. Pada awal bacaan ini (ayat 1-4), dikisahkan bahwa manusia memiliki satu bahasa, mereka saling memahami dan memiliki keinginan/tujuan yang sama yaitu membangun sebuah pencakar langit, menara yang tinggi. Keinginan ini mencerminkan suatu cita-cita dan ambisi yang hebat. Cita-cita ini mengalihkan fokus manusia kepada pencapaian duniawi tanpa mendengarkan Allah, yang mengundang manusia untuk menjadikan bumi ini tempat damai yang nyaman bagi manusia dan bagi anak cucunya. 2) Keinginan yang kuat untuk membangun menara yang tingginya sampai di langit, mengindikasikan pada pemuliaan diri “marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi” (ayat 4) sehingga manusia tidak lagi fokus pada kemuliaan Tuhan. Hal ini membuktikan adanya kegagalan komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Manusia tidak lagi mendengarkan Tuhan, apa yang dihendaki Tuhan. Komunikasi manusia dengan Tuhan yang terputus sering membuat manusia mengutamakan dirinya dan mengabaikan kehendak Tuhan. 3) Dalam keadaan seperti ini, Tuhan melakukan intervensi sebagai sebuah solusi (ayat 5). Tuhan mengubah bahasa mereka sehingga mereka tidak saling memahami satu sama lain. Tuhan dapat melakukan apa pun untuk mengubah manusia bila tujuan manusia tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kegagalan komunikasi dapat menjadi cara Allah mengingatkan manusia untuk mendengar dan mengikuti kehendak Tuhan. 4) Pada ayat 8-9, dijelaskan tentang konsekuensi kegagalan komunikasi yaitu terjadinya perpecahan dan disperasi manusia ke seluruh penjuru dunia. Tempat itu dinamai ‘Babel’ yang bermakna kebingungan, simbol kegagalan komunikasi yang mengakibatkan perpecahan, kebingunguan, dan kehilangan arah. 5) Kisah ini memberikan inspirasi bagi manusia untuk membangun komunikasi yang baik dengan Tuhan melalui doa dan dengan sesama melalui sikap saling menghargai dan saling mendengar satu sama lain. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
3 2025-02-22 Pemimpin yang bijaksana dan penuh kasih Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 22 Februari 2025. Pesta Tahta Santo Petrus Rasul. Pemimpin yang bijaksana dan penuh kasih (1Petrus 5:1-4). “Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak. Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.” Bacaan pada pesta Tahta Santo Petrus hari ini menawarkan pokok pikiran berikut: 1) Petrus menawarkan sebuah model kepemimpinan yang bijaksana dan penuh kasih. Para penatua diajak untuk menggembalakan umat Allah atau kawanan domba Allah dengan penuh kasih dan tanggung jawab. Di dalam Gereja, kepemimpinan bukanlah hal kekuasaan, tetapi tentang pelayanan melayani dengan penuh pengabdian dan dengan sukarela. 2) Menggembalakan bukan terpaksa tetapi dengan sukarela. Petrus mengajak para penatua untuk menggembalakan kawanan domba Allah dengan sukarela, yaitu sesuai dengan kehendak Allah. Hal ini mengandung arti bahwa pelayanan yang dijalankan oleh para penatua harus lahir dari hati yang tulus dan bukan karena adanya paksaan atau tekanan dari pihak lain. Melayani sebagai sebuah tindakan pemberian diri yang tulus. 3) Penatua yang melayani dengan tulus tidak akan mencari keuntungan pribadi. Di sini, Petrus sesungguhnya menekankan motivasi pelayanan seorang pemimpin. Motivasi pelayanan pemimpin yang baik dan bijaksana adalah demi kebaikan orang yang dilayani, bukan untuk mendapat penghormatan atau mendapat keuntungan material. 4) Pemimpin demikian tentu menjadi teladan bagi kawanan domba Allah yang dipercayakan kepada pelayanannya. Petrus menyakini bahwa teladan hidup yang baik pasti akan membawa dampak yang positif bagi orang yang dilayani dan juga bagi orang lain. 5) Janji kemuliaan dari Gembala Agung. Mereka yang dengan setia dan dengan tulus hati menggembalakan kawanan domba Allah akan menerima mahkota kemuliaan dari Allah. Ini merupakan sebuah inspirasi untuk tetap melayani dengan setulus-tulusnya walaupun pada kenyataan bahwa sering orang yang melayani dengan sepenuh hati atau dengan tulus hati sering tidak dihargai oleh manusia, tetapi Tuhan menghargainya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
4 2025-02-24 Takut akan Tuhan Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 24 Februari 2025. Takut akan Tuhan (Sirakh 1:1-10). “Segala kebijaksanaan dari Tuhan asalnya, dan ada pada-Nya selama-lamanya. Pasir di laut dan tetes hujan, dan hari-hari kekekalan siapa gerangan dapat membilangnya? Tingginya langit, luasnya bumi, dan samudera raya dan kebijaksanaan, siapa dapat menduganya? Sebelum segala-galanya kebijaksanaan sudah diciptakan, dan pengertian yang arif sejak dahulu kala. Kepada siapakah pangkal kebijaksanaan telah disingkapkan, dan siapakah mengenal segala akalnya? Hanyalah Satu yang bijaksana, teramat menggetarkan, yaitu Yang bersemayam di atas singgasana-Nya. Tuhanlah yang menciptakan kebijaksanaan, yang melihat serta membilangnya, lalu mencurahkannya atas segala buatan-Nya. Pada semua makhluk ia ada sekadar pemberian Tuhan, yang juga membagikannya kepada orang yang cinta kepada-Nya. Penulis kitab Sirakh menjelaskan bahwa kibjaksanaan / hikmat merupakan anugerah Allah yang telah ada sejak awal penciptaan, bahkan sebelum segala sesuatu diciptakan. Untuk itu penulis mengajak semua pendengarnya untuk menghargai kebijaksanaan dan memiliki kerinduan untuk mencari pengertian tersebut. Sebab hikmat / kebijaksanaan merupakan sumber kebaikan dan kehidupan. Hikmat mengajarkan manusia untuk hidup dalam takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan dasar segala kebijaksanaan dan kunci untuk memahami kebenaran sejati (ayat 7-9). Dalam takut akan Tuhan manusia akan sanggup memiliki pemahaman yang benar tentang kehidupannya dan menjalankannya seturut kehendak Tuhan sendiri. Dengan demikian hikmat memberikan kekuatan agar manusia sanggup hidup dalam kebenaran. Hikamat memberi manusia keberanian untuk mengambil keputusan yang benar dan menghadapi tantangan dalam kehidupannya dengan bijaksana. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
5 2025-02-25 Kesabaran dalam ujian Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 25 Februari 2025. Kesabaran dalam ujian (Sirakh 2:1-11). “Anakku, jikalau engkau bersiap untuk mengabdi kepada Tuhan, maka bersedialah untuk pencobaan. Hendaklah hatimu tabah dan jadi teguh, dan jangan gelisah pada waktu yang malang. Berpautlah kepada Tuhan, jangan murtad dari pada-Nya, supaya engkau dijunjung tinggi pada akhir hidupmu. Segala-galanya yang menimpa dirimu terimalah saja, dan hendaklah sabar dalam segala perubahan kehinaanmu. Sebab emas diuji di dalam api, tetapi orang yang kepadanya Tuhan berkenan dalam kancah penghinaan. Percayalah pada Tuhan maka lapun menghiraukan dikau, ratakanlah jalanmu dan berharaplah kepada-Nya. Kamu yang takut akan Tuhan nantikanlah belas kasihan-Nya, jangan menyimpang, supaya kamu jangan terjatuh. Kamu yang takut akan Tuhan percayalah pada-Nya, niscaya kamu tidak akan kehilangan ganjaranmu. Kamu yang takut akan Tuhan harapkanlah yang baik, sukacita kekal dan belas kasihan. Pandanglah segala angkatan yang sudah-sudah dan perhatikanlah: Siapa gerangan percaya pada Tuhan lalu dikecewakan, siapa bertekun dalam ketakutan kepada-Nya dan telah ditinggalkan, atau siapa berseru kepada-Nya lalu tidak dihiraukan oleh-Nya? Memang Tuhan adalah penyayang dan pengasih, la mengampuni dosa dan menyelamatkan pada saat kemalangan.” Bacaan hari ini Sirakh 2:1-11 dapat dikelompokkan dalam empat pokok pikiran ini: Panggilan untuk menghadapi ujian dengan iman (ayat 1-5), kesabaran dalam penderitaan (ayat 6-7), iman yang teguh tak dapat digoyahkan (ayat 8-9) dan ganjaran bagi orang yang setia (ayat 10-11). Pertama, panggilan untuk menghadapi ujian dengan iman (ayat 1-5). Bacaan hari ini dibuka dengan pernyataan ini Anakku, jika engkau datang untuk melayani Tuhan, bersiaplah untuk ujian (ayat 1). Pernyataan ini mengingatkan pembaca bahwa setiap orang yang mau melayani Tuhan tentu akan menghadapi ujian dalam bentuk tantangan atau kesulitan. Ujian merupakan cara Tuhan mendidik orang beriman untuk tetap teguh dalam iman. Ujian adalah proses untuk memperkuat iman. Dalam ayat 2 dikatakan “Hendaklah hatimu tabah dan jadi teguh, dan jangan gelisah pada waktu yang malang”. Dengan cara ini orang beriman diajak untuk melihat ujian sebagai kesempatan memperdalam iman dan bertumbuh dalam rangkulan kasih Tuhan. Melalui ujian, Tuhan mengundang orang beriman untuk tidak mengandalkan diri sendiri, tetapi mengandalkan Tuhan. Kedua, kesabaran dalam penderitaan (ayat 6-7). Kesabaran disampaikan setelah orang beriman mengalami ujian dan pencobaan. Sabar dalam segala penderitaanmu. Sebab, emas harus dimurnikan dalam api, demikian juga orang benar dalam perendahan dirinya (ayat 6-7). Kesabaran merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki ketika orang mengalami penderitaan. Kesabaran membuktikan bahwa orang beriman sungguh percaya akan keterlibatan Tuhan yang sedang bekerja dalam kehidupannya, yang kelihatan sangat berat. Kesabaran merupakan kunci untuk bertahan dalam pencobaan dan cara belajar untuk tetap percaya pada rencana dan kehendak Tuhan. Dalam kesabaran menghadapi pencobaan, orang beriman mengalami proses penyucian, pemurnian motivasi dan pematangan diri dalam melayani Tuhan. Ketiga, iman yang teguh tak dapat digoyahkan (ayat 8-9). Dalam menghadapi pencobaan, manusia sering merasa takut, cemas, ragu dan bahkan merasa ditinggalkan Tuhan. Sirakh mengingatkan bahwa iman yang kuat menolong orang percaya dalam menghadapi kesulitan. Sebab di dalam iman, orang percaya mengandalkan Tuhan dan menyerahkan seluruh perjuangannya di dalam kesulitan ke dalam penyelenggaraan Tuhan. Keempat, ganjaran bagi orang yang setia (ayat 10-11). Dalam ayat 10-11, Sirakh berbicara tentang ganjaran bagi orang yang setia kepada Tuhan walaupaun dalam situasi yang sangat sulit baginya. “Sungguh, Tuhan itu dekat kepada mereka yang takut akan Dia, dan akan memberi mereka pahala.” Ayat ini merupakan penghiburan bagi orang beriman, sebab Tuhan tidak melupakan usaha dan perjuangan orang beriman. Setiap kesetiaan dibalas dengan berkat berlimpah dari Tuhan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
6 2025-02-26 Kebijaksanaan adalah sumber kehidupan Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 26 Februari 2025. Kebijaksanaan adalah sumber kehidupan (Sirakh 4:11-19). “Kebijaksanaan meninggikan segala anaknya, dan orang yang mencarinya dihiraukannya. Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan, dan barangsiapa pagi-pagi menghadapinya akan penuh sukacita. Siapa yang berpaut padanya mewarisi kemuliaan, dan ia diberkati Tuhan di manapun ia berlangkah. Barangsiapa melayani kebijaksanaan bergilir bakti kepada Yang Kudus, dan siapa mencintainya dicintai oleh Tuhan. Siapa mendengarkannya akan memutuskan yang adil, dan aman sentosalah kediaman orang yang mengindahkannya. Jika orang percaya pada kebijaksanaan, niscaya ia mewarisinya, dan keturunannya akan tetap memilikinya. Boleh jadi ia dituntun kebijaksanaan di jalan yang berbelok- belok dahulu, sehingga didatangi ketakutan dan getaran boleh jadi kebijaksanaan menyiksa dia dengan siasat sampai dapat percaya padanya, dan mengujinya dengan segala aturannya. Tetapi kemudian kebijaksanaan kembali kepadanya dengan kebaikan yang menggembirakan, dan menyingkapkan kepadanya pelbagai rahasia. Jika orang sampai menyimpang, maka dibuang oleh kebijaksanaan dan diserahkan kepada kebinasaan.” Membaca bacaan hari ini, Sirakh 4:11-19, kita dapat menemukan beberapa pokok pikiran berikut: kebijaksanaan adalah sumber kehidupan (ayat 11-13), kebijaksanaan itu aktif (ayat 14-15), buah kebijaksanaan (ayat 16-18) dan keutaman mendengarkan kebijaksanaan (ayat 19). Pertama, kebijaksanaan adalah sumber kehidupan. Dalam ayat 11-13 digambarkan bahwa kehijaksanaan merupakan sesuatu yang memberikan kehidupan. “Siapa yang mencintai kebijaksanaan mencintai kehidupan” (ayat 12). Kebijaksanaan tidak sekadar pengetahuan, tetapi kebijaksanaan merupakan cara hidup yang menghantar manusia untuk hidup menurut kehendak Tuhan. Siapa saja yang mencintai kebijaksanaan pasti akan mendapatkan kedamaian dan berkat melimpah. Kebijaksanaan memberikan rasa aman, menuntun langkah manusia seerta memampukan manusia untuk memiliki pemahaman yang mendalam kehidupannya dan tentang dunia ini. “Siapa yang berpaut padanya mewarisi kemuliaan, dan ia diberkati Tuhan di manapun ia berlangkah” (ayat 13). Kedua, kebijaksanaan itu aktif. Ayat 14-15 menunjukkan bahwa kebijaksanaan merupakan sesuatu yang aktif. Kebijaksanaan bersifat aktif sebab kebijaksanaan itu ‘menuntun’ dan ‘membimbing’ manusia yang berada dalam kesulitan atau kebingungan kepada jalan keluar. Di sini diperlukan keterbukaan dan kerendahan hati untuk menemukan dan menerima tuntunan kebijaksanaan. Kebijaksanaan berguna untuk mengarahkan, membantu untuk melihat dan memahami serta memutuskan yang adil. “Siapa mendengarkannya akan memutuskan yang adil, dan aman sentosalah kediaman orang yang mengindahkannya.” Ketiga, buah kebijaksanaan. Dalam ayat 16-18 dijelaskan bagaimana kebijaksanaan itu bekerja dalam hidup manusia. Kebijaksanaan bisa menuntun manusia pada jalan yang berkelok-kelok, mendatangkan ketakutan dan kegentaran, menyiksa dengan siasat sampai manusia percaya dan menguji dengan aturan. Dengan cara ini manusia dididik untuk tidak saja memiliki kecerdasan, tetapi juga memiliki belas kasih dan kebaikan hati, agar manusia mampu peduli pada kebutuhan dan penderitaan orang lain. Dididikan itu menghasilkan manusia bijaksana yang memiliki kasih, keadilan dan kebaikan. “Kebijaksanaan kembali kepadanya dengan kebaikan yang menggembirakan, dan menyingkapkan kepadanya pelbagai rahasia”. Keempat, keutamaan mendengarkan kebijaksanaan. “Jika orang sampai menyimpang, maka dibuang oleh kebijaksanaan dan diserahkan kepada kebinasaan” (ayat 19). Sirakh menunjukkan keutamaan mendengarkan dan menghargaai kebijaksanaan. Manusia diajak untuk mencari kebijaksanaan. Namun sering manusia selalu merasa cukup dengan pikirannya sendiri. Kebijaksanan sejati diperoleh melalui kerendahan hati dan kesediaan untuk mendengarkan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
7 2025-02-27 Jangan menunda kesempatan untuk bertobat Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 27 Februari 2025. Jangan menunda kesempatan untuk bertobat (Sirakh 5:1-8). “Jangan mengandalkan kekayaanmu, dan jangan berkata: ‘Ini cukup bagiku.’ Hati dan kekuatanmu jangan kauturut untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsu hatimu. Jangan berkata: ‘Siapa berkuasa atas diriku?’ Memang Tuhan akan menghukum engkau dengan keras. Jangan berkata: ‘Betul, aku sudah berdosa, tetapi apakah menimpa diriku? Sebab Tuhan panjang hati.’ Jangan menyangka pengampunan terjamin, sehingga engkau menimbun dosa demi dosa. Jangan berkata: ‘Memang belas kasihan-Nya besar, dosaku yang banyak ini pasti diampuni-Nya.’ Sebab baik belas kasihan rnaupun kemurkaan ada pada Tuhan, dan geram-Nya turun atas orang jahat. Jangan menunda-nunda berbalik kepada Tuhan, jangan kautangguhkan dari hari ke hari. Kemurkaan Tuhan, dan pada saat hukuman engkau dihancurkan. Jangan percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil, sebab tidak berguna sedikitpun pada hari sial.” Beberapa pokok pikiran dari Sirakh 5:1-8 untuk direnungkan hari ini: jangan mengandalkan kekayaan (ayat 1), hati-hati dengan hawa nafsu (ayat 2), Tuhan adalah hakim yang adil (ayat 3), jangan meremehkan kerahiman dan kasih Tuhan (ayat 4-6), jangan menunda kesempatan untuk bertobat (ayat 7), dan waspada akan harta kekayaan yang tidak diperoleh dengan cara yang adil (ayat 8). Pertama, jangan mengandalkan kekayaan. Jangan mengandalkan kekayaanmu, dan jangan berkata: ‘Ini cukup bagiku’” (ayat 3-4). Bagi sebagian orang kekayaan menjadi tujuan hidup mereka. Mereka tidak melihat kekayaan sebagai sarana pelayanan. Kenyataan ini terjadi sepanjang sejarah hidup manusia. Sirakh melihat kenyataan itu dan mengingatkan bahwa harta kekayaan bersifat sementara. Walaupun kekayaan memberikan kenyamanan, toh pada akhirya akan lenyap. Kedua, hati-hati dengan hawa nafsu. “Hati dan kekuatanmu jangan kauturut untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsu hatimu” (ayat 2). Hawa nafsu terarah pada godaan dan keinginan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Hal ini menyesatkan. Memilih menuruti hawa nafsu merupakan pilihan yang menyesatkan. Sirakh mengajak manusia untuk bijaksana dalam memilih jalan hidup. Hiduplah dalam kebijaksanaan, yaitu hidup dalam relasi yang baik, tulus, jujur dan penuh kasih dengan Tuhan dan sesama. Ketiga, Tuhan adalah hakim yang adil. “Jangan berkata: ‘Siapa berkuasa atas diriku?’ Memang Tuhan akan menghukum engkau dengan keras” (ayat 3). Manusia, siapa pun dia, tiak akan luput dari penghakiman Tuhan. Karena itu, janganlah merasa bebas dari tanggung jawab akibat dosa yang dilakukan. Menurut Sirakh, Tuhan mahakuasa akan menghukum setiap orang yang melawn hukum-Nya dan hukuman itu tak dapat dihindari. Keempat, jangan meremehkan kerahiman dan kasih Tuhan. Pada ayat 4-6 dilukiskan sikap manusia yang meremehkan kerahiman dan keasih Tuhan atas dirinya. Kasih dan kerahiman Tuhan sungguh besar. Namun hal ini seharusnya tidak menjadi alasan bagi manusia untuk terus-menerus berbuat dosa, dengan harapan bahwa Tuhan akan selalu mengampuninya. Sirakh mengingatkan setiap pribadi untuk tidak menyalahgunakan kemurahan dan kebaikan Tuhan. Walaupun Tuhan penuh kasih dan kerahiman, Tuhan adalah Tuhan yang adil, yang akan membalas setiap perbuatan dengan adil. Kelima, jangan menunda kesempatan untuk bertobat. Jangan menunda-nunda berbalik kepada Tuhan, jangan kautangguhkan dari hari ke hari. kemurkaan Tuhan, dan pada saat hukuman engkau dihancurkan (ayat 7). Menunda pertobatan merupakan sikap yang umum dilakukan manusia, karena manusia merasa masih memiliki waktu untuk bertobat. Sirakh menyadari bahwa waktunya Tuhan sesungguhnya tidak dapat dipastikan oleh manusia. Karena itu, saat Tuhan memberi kesempatan untuk bertobat, baiklah manusia segera menanggapinya dengan hati terbuka dan penuh syukur. Kembali kepada Tuhan merupakan panggilan bagi setiap pribadi yang merasa jauh dari Tuhan. Kembali kepada Tuhan berarti bertobat dan hidup dalam pertobatan. Keenam, waspada akan harta kekayaan yang tidak diperoleh dengan cara yang adil. “Jangan percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil, sebab tidak berguna sedikitpun pada hari sial” (ayat 8). Menurut Sirakh, harta kekayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak adil, tidak akan menyelamatkan. Pada situasi hidup yang paling buruk harta kekayaan tersebut akan sia-sia. Karena itu hiduplah dengan jujur dan adil dalam mencari nafkah. Tuhan melihat cara manusia mengumpulkan harta akan membalas dengan adil. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
8 2025-02-27 Jangan menunda kesempatan untuk bertobat Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 27 Februari 2025. Jangan menunda kesempatan untuk bertobat (Sirakh 5:1-8). “Jangan mengandalkan kekayaanmu, dan jangan berkata: ‘Ini cukup bagiku.’ Hati dan kekuatanmu jangan kauturut untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsu hatimu. Jangan berkata: ‘Siapa berkuasa atas diriku?’ Memang Tuhan akan menghukum engkau dengan keras. Jangan berkata: ‘Betul, aku sudah berdosa, tetapi apakah menimpa diriku? Sebab Tuhan panjang hati.’ Jangan menyangka pengampunan terjamin, sehingga engkau menimbun dosa demi dosa. Jangan berkata: ‘Memang belas kasihan-Nya besar, dosaku yang banyak ini pasti diampuni-Nya.’ Sebab baik belas kasihan rnaupun kemurkaan ada pada Tuhan, dan geram-Nya turun atas orang jahat. Jangan menunda-nunda berbalik kepada Tuhan, jangan kautangguhkan dari hari ke hari. Kemurkaan Tuhan, dan pada saat hukuman engkau dihancurkan. Jangan percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil, sebab tidak berguna sedikitpun pada hari sial.” Beberapa pokok pikiran dari Sirakh 5:1-8 untuk direnungkan hari ini: jangan mengandalkan kekayaan (ayat 1), hati-hati dengan hawa nafsu (ayat 2), Tuhan adalah hakim yang adil (ayat 3), jangan meremehkan kerahiman dan kasih Tuhan (ayat 4-6), jangan menunda kesempatan untuk bertobat (ayat 7), dan waspada akan harta kekayaan yang tidak diperoleh dengan cara yang adil (ayat 8). Pertama, jangan mengandalkan kekayaan. Jangan mengandalkan kekayaanmu, dan jangan berkata: ‘Ini cukup bagiku’” (ayat 1). Bagi sebagian orang kekayaan menjadi tujuan hidup mereka. Mereka tidak melihat kekayaan sebagai sarana pelayanan. Kenyataan ini terjadi sepanjang sejarah hidup manusia. Sirakh melihat kenyataan itu dan mengingatkan bahwa harta kekayaan bersifat sementara. Walaupun kekayaan memberikan kenyamanan, toh pada akhirya akan lenyap. Kedua, hati-hati dengan hawa nafsu. “Hati dan kekuatanmu jangan kauturut untuk berlaku sesuai dengan hawa nafsu hatimu” (ayat 2). Hawa nafsu terarah pada godaan dan keinginan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Hal ini menyesatkan. Memilih menuruti hawa nafsu merupakan pilihan yang menyesatkan. Sirakh mengajak manusia untuk bijaksana dalam memilih jalan hidup. Hiduplah dalam kebijaksanaan, yaitu hidup dalam relasi yang baik, tulus, jujur dan penuh kasih dengan Tuhan dan sesama. Ketiga, Tuhan adalah hakim yang adil. “Jangan berkata: ‘Siapa berkuasa atas diriku?’ Memang Tuhan akan menghukum engkau dengan keras” (ayat 3). Manusia, siapa pun dia, tiak akan luput dari penghakiman Tuhan. Karena itu, janganlah merasa bebas dari tanggung jawab akibat dosa yang dilakukan. Menurut Sirakh, Tuhan mahakuasa akan menghukum setiap orang yang melawn hukum-Nya dan hukuman itu tak dapat dihindari. Keempat, jangan meremehkan kerahiman dan kasih Tuhan. Pada ayat 4-6 dilukiskan sikap manusia yang meremehkan kerahiman dan keasih Tuhan atas dirinya. Kasih dan kerahiman Tuhan sungguh besar. Namun hal ini seharusnya tidak menjadi alasan bagi manusia untuk terus-menerus berbuat dosa, dengan harapan bahwa Tuhan akan selalu mengampuninya. Sirakh mengingatkan setiap pribadi untuk tidak menyalahgunakan kemurahan dan kebaikan Tuhan. Walaupun Tuhan penuh kasih dan kerahiman, Tuhan adalah Tuhan yang adil, yang akan membalas setiap perbuatan dengan adil. Kelima, jangan menunda kesempatan untuk bertobat. Jangan menunda-nunda berbalik kepada Tuhan, jangan kautangguhkan dari hari ke hari. kemurkaan Tuhan, dan pada saat hukuman engkau dihancurkan (ayat 7). Menunda pertobatan merupakan sikap yang umum dilakukan manusia, karena manusia merasa masih memiliki waktu untuk bertobat. Sirakh menyadari bahwa waktunya Tuhan sesungguhnya tidak dapat dipastikan oleh manusia. Karena itu, saat Tuhan memberi kesempatan untuk bertobat, baiklah manusia segera menanggapinya dengan hati terbuka dan penuh syukur. Kembali kepada Tuhan merupakan panggilan bagi setiap pribadi yang merasa jauh dari Tuhan. Kembali kepada Tuhan berarti bertobat dan hidup dalam pertobatan. Keenam, waspada akan harta kekayaan yang tidak diperoleh dengan cara yang adil. “Jangan percaya pada harta benda yang diperoleh dengan tidak adil, sebab tidak berguna sedikitpun pada hari sial” (ayat 8). Menurut Sirakh, harta kekayaan yang diperoleh dengan cara yang tidak adil, tidak akan menyelamatkan. Pada situasi hidup yang paling buruk harta kekayaan tersebut akan sia-sia. Karena itu hiduplah dengan jujur dan adil dalam mencari nafkah. Tuhan melihat cara manusia mengumpulkan harta akan membalas dengan adil. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
9 2025-02-28 Kualitas persahabatan sejati Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 28 Februari 2025. Kualitas persahabatan sejati (Sirakh 6:5-17). “Tenggorokan yang manis mendapat banyak sahabat, dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis lembut. Mudah-mudahan orang yang damai denganmu banyak adanya, tetapi hanya satu dari seribu saja menjadi penasehatmu. Jika engkau mau mendapat sahabat, kajilah dia dahulu, dan jangan segera percaya padanya. Sebab ada orang yang bersahabat hanya menguntungkannya, tetapi pada hari kesukaranmu tidak bertahan. Ada juga sahabat yang berubah menjadi musuh, lalu menceritakan persengketaan untuk menistakan dikau. Ada lagi sahabat yang ikut serta dalam perjamuan makan, tapi tidak bertahan pada hari kesukaranmu. Pada waktu engkau sejahtera ia sehati sejiwa denganmu dan bergaul akrab dengan seisi rumahmu. Tetapi bila engkau mundur maka ia berbalik melawan dikau serta menyembunyikan diri terhadapmu. Jauhkanlah diri dari para musuhmu, tetapi berhati-hatilah terhadap para sahabatmu. Sahabat setiawan merupakan perlindungan yang kokoh, barangsiapa menemukan orang serupa itu sungguh mendapat suatu harta. Sahabat setiawan tiada ternilai, dan harganya tiada terbayar. Sahabat setiawan adalah obat kehidupan, orang yang takut akan Tuhan memperolehnya. Orang yang takut akan Tuhan memelihara persahabatan dengan lurus hati, sebab seperti ia sendiri demikianpun sahabatnya. Beberapa pokok renungan yang dapat ditemukan dalam bacaan hari ini, Sirakh 6:5-17 adalah dasar persahabatan sejati (ayat 5-7), hati-hati dalam memilih sahabat (ayat 8-10), waspada terhadap pengkhianat (ayat 11-13), kualitas persahabatan yang baik (ayat 14-16) dan nilai persahabatan ditemukan dalam pengalaman (ayat 17). Pertama, dasar persahabatan sejati. Dalam ayat 5-7 Sirakh melukiskan persahabatan sebagai relasi yang sangat berharga, yang dibangun di atas dasar kejujuran dan kesetiaan. Menurut Sirakh, tidak ada persahabatan sejati kalau tidak ada kejujuran dan kesetiaan. Persahabatan sejati tidak dapat dibangun di atas kepalsuan dan ketidaksetiaan. Sahabat sejati adalah mereka yang dapat dipercaya dan setia mendukung dalam suka maupun duka. Karena itu pilihlah sahabat yang dapat dipercayai dan berkarakter baik. Kedua, hati-hati dalam memilih sahabat. Dalam ayat 8-10 dijelaskan bahwa tidak semua orang dapat menjadi sahabat yang baik dan setia. Karena itu, hati-hatilah dalam memilih sahabat. Sahabat yang buruk dapat membawa pangaruh negatif dan merugikan kehidupan. Sahabat demikian tidak dapat diandalkan. Pilihlah sahabat yang memiliki kualitas diri yang baik, yang dapat dipercaya dan dapat membawa dampak positif di dalam kehidupan persahabatan. Ketiga, waspada terhadap pengkhianat. Ayat 11-13 melukiskan pengkhianatan dalam persahabatan akibat relasi yang buruk. Ada banyak alasan seorang sahabat melakukan pengkhianatan, mungkin saja mereka menyembunyikan niat buruk ketika menjalin persahabatan yang kelihatannya baik. Pengkhianatan dalam persahabatan dapat sangat melukai. Sirakh menyarankan untuk selalu waspada terhadap sahabat yang hanya mau mencari keuntungan bagi dirinya sendiri atau mereka yang tidak memiliki kesetiaan sejati. Keempat, kualitas persahabatan yang baik. Dalam ayat 14-16 dilukiskan tentang kualitas persahabatan yang baik dan tulus. Menurut Sirakh, persahabatan yang berkualitas baik dan tulus berisikan kasih tanpa pamrih, kasih yang tidak mementingkan diri. Persahabatan sejati menuntut pemberian diri tanpa pamrih, mendukung tanpa mengharapkan balasan, dan selalu hadir untuk menguatkan di saat-saat sulit. Ketulusan kasih dalam persahabatan menjadikan persahabatan itu langgeng dan membuahkan berkat. Sahabat yang tulus dan penuh kasih selalu hadir pada saat dibutuhkan dan tidak pernah menghilang di saat kesulitan. Kelima, nilai persahabatan ditemukan dalam pengalaman. Pada ayat 17, Sirakh menandaskan bahwa kualitas persahabatan sejati diukur dalam waktu dan pengalaman bersama. Dalam ujian waktu dan pengalaman akan berbagai situasi kehidupan kualitas persahabatan sejati ditemukan. Aritnya, persahabatan sejati tidak dapat dinilai dengan melihat penampilan luar atau hanya berdasarkan keuntungan jangka pendek atau sesaat. Sahabat sejati akan selalu hadir dalam setiap kesulitan dan mengulurkan tangan dengan ketulusan cinta tanpa pamrih. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
10 2025-03-01 Manusia berpikir dengan hati Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 01 Maret 2025. Manusia berpikir dengan hati (Sirakh 17:1-15). “Manusia diciptakan Tuhan dari tanah, dan ke sana akan dikembalikan juga. Ia menetapkan waktu tertentu bagi mereka dan sejumlah hari, sambil memberi mereka kekuasaan atas segala sesuatu di atas bumi. Kepadanya dikenakan kekuatan yang serupa dengan kekuatan Tuhan sendiri dan menurut gambar Allah dijadikan-Nya. Di dalam segala makhluk yang hidup Tuhan menaruh ketakutan kepada manusia, agar manusia merajai binatang dan unggas. Lidah, mata dan telinga dibentuk-Nya, dan manusia diberi-Nya hati untuk berpikir. Tuhan memenuhi manusia dengan pengetahuan yang arif, dan menunjukkan kepadanya apa yang baik dan apa yang jahat. la menanamkan mata-Nya sendiri di dalam hati manusia untuk menyatakan kepadanya keagungan pekerjaan Tuhan. Maka manusia mesti memuji nama Tuhan yang kudus untuk mewartakan pekerjaan-Nya yang agung. Tuhan telah mengaruniai manusia pengetahuan lagi dengan memberi mereka hukum kehidupan menjadi milik pusaka. Perjanjian kekal diikat-Nya dengem mereka, dan segala hukum-Nya dipermaklumkan-Nya kepadanya. Mata mereka telah melihat kemuliaan Tuhan yang agung, dan suara-Nya yang dahsyat telah didengar telinga mereka. la berkata kepada mereka: Jauhilah setiap kelaliman, dan masing-masing diberi-Nya perintah mengenai sesamanya. Langkah laku manusia selalu terbentang di hadapan Tuhan, dan tak tersembunyi bagi mata-Nya. Beberapa pokok renungan dari bacaan hari ini, Sirakh 17:1-15): Penciptaan dan kebaikan Tuhan (ayat 1-3), kedudukan manusia di hadapan Tuhan (ayat 4-6), penyelamatan dan kasih Tuhan (ayat 7-10), pengajaran dan hukum Tuhan (ayat 11-13), dan penyelidikan dan perilaku (ayat 14-15). Pertama, penciptaan dan kebaikan Tuhan. Dalam ayat 1-3 dilukiskan kisah penciptaan Tuhan atas segala sesuatu, termasuk manusia. Penciptaan manusia dilakukan Tuhan dengan penuh kebijaksanaan. Manusia dianugerahi hati yang mampu membedakan baik dan buruk serta kemampuan untuk mengenal kehendak Tuhan. Manusia diberi kesempatan untuk hidup dan berelasi baik dengan Tuhan. Manusia dianugerahi segala sesuatu yang dibutuhkannya untuk hidup seturut kehendak Tuhan. Kedua, kedudukan manusia di hadapan Tuhan (ayat 4-6). Manusia diberi kedudukan mulia, karena diciptakan seturut rupa dan gambar Tuhan. Binatang dan ungags takut kepad manusia. Manusia diberi lidah, mata, telinga dan hati untuk berpikir. Dengan hati manusia berpikir. Hal ini berarti manusia dianugerahi kemampuan berpikir logis dan kemampuan moral natural, yaitu kemampuan untuk membedakan yang baik dan buruk secara natural. Ketiga, penyelamatan dan kasih Tuhan. Dalam ayat 7-10 dilukiskan kasih Tuhan yang istimewa kepada manusia. Manusia dipenuhi dengan pengetahuan yang arif. Walaupun demikian manusia jatuh dan meninggalkan Tuhan. Maka Tuhan “menanamkan mata-Nya sendiri di dalam hati manusia untuk menyatakan kepadanya keagungan pekerjaan Tuhan”. Dengan cara ini Tuhan mengundang manusia kepada pertobatan dan hidup untuk memuji Tuhan yang kudus. Keempat, pengajaran dan hukum Tuhan. Dalam ayat 11-12 digambarkan bagaimana Tuhan mengajar manusia dan memberikan manusia hukum-Nya, yaitu hukum kehidupan lalu Tuhan mengikat perjanjian dengan manusia. Tuhan memberikan hukum kepada manusia sebagai petunjuk agar manusia hidup dalam kebijaksanaan dan kebenaran seturut kehendak Tuhan. Kelima, penyelidikan hati dan perilaku (ayat 13-15). Digambarkan bahwa manusia telah melihat kemuliaan Tuhan dan mendengar kedahsyatan suara Tuhan. Manusia juga diingatkan, Jauhilah setiap kelaliman. Kini semua semua langkah laku manusia terbentang di hadapan Tuhan. Tak ada yang tersembunyi bagi Tuhan. Dengan demikian, sesungguhnya Tuhan memanggil manusia untuk hidup jujur dan mengikuti kebenaran Tuhan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail