Halaman Sarifirman

Bacaan Sarifirman

Kembali ke Beranda

No Tanggal Judul Isi Renungan Aksi
1 2025-07-10 Allah mengubah luka menjadi berkat Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 10 Juli 2025. Allah mengubah luka menjadi berkat (Kejadian 44:18-21,23-29 45:1-5). 44:18 Lalu tampillah Yehuda mendekatinya dan berkata: Mohon bicara tuanku, izinkanlah kiranya hambamu ini mengucapkan sepatah kata kepada tuanku dan janganlah kiranya bangkit amarahmu terhadap hambamu ini, sebab tuanku adalah seperti Firaun sendiri. 44:19 Tuanku telah bertanya kepada hamba-hambanya ini: Masih adakah ayah atau saudara kamu? 44:20 Dan kami menjawab tuanku: Kami masih mempunyai ayah yang tua dan masih ada anaknya yang muda, yang lahir pada masa tuanya kakaknya telah mati, hanya dia sendirilah yang tinggal dari mereka yang seibu, sebab itu ayahnya sangat mengasihi dia. 44:21 Lalu tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Bawalah dia ke mari kepadaku, supaya mataku memandang dia. 44:22 Tetapi jawab kami kepada tuanku: Anak itu tidak dapat meninggalkan ayahnya, sebab jika ia meninggalkan ayahnya, tentulah ayah ini mati. 44:23 Kemudian tuanku berkata kepada hamba-hambamu ini: Jika adikmu yang bungsu itu tidak datang ke mari bersama-sama dengan kamu, kamu tidak boleh melihat mukaku lagi. 44:24 Setelah kami kembali kepada hambamu, ayahku, maka kami memberitahukan kepadanya perkataan tuanku itu. 44:25 Kemudian ayah kami berkata: Kembalilah kamu membeli sedikit bahan makanan bagi kita. 44:26 Tetapi jawab kami: Kami tidak dapat pergi ke sana. Jika adik kami yang bungsu bersama-sama dengan kami, barulah kami akan pergi ke sana, sebab kami tidak boleh melihat muka orang itu, apabila adik kami yang bungsu tidak bersama-sama dengan kami. 44:27 Kemudian berkatalah hambamu, ayahku, kepada kami: Kamu tahu, bahwa isteriku telah melahirkan dua orang anak bagiku 44:28 yang seorang telah pergi dari padaku, dan aku telah berkata: Tentulah ia diterkam oleh binatang buas, dan sampai sekarang aku tidak melihat dia kembali. 44:29 Jika anak ini kamu ambil pula dari padaku, dan ia ditimpa kecelakaan, maka tentulah kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun ke dunia orang mati karena nasib celaka. 45:1 Ketika itu Yusuf tidak dapat menahan hatinya lagi di depan semua orang yang berdiri di dekatnya, lalu berserulah ia: Suruhlah keluar semua orang dari sini. Maka tidak ada seorangpun yang tinggal di situ bersama-sama Yusuf, ketika ia memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya. 45:2 Setelah itu menangislah ia keras-keras, sehingga kedengaran kepada orang Mesir dan kepada seisi istana Firaun. 45:3 Dan Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: Akulah Yusuf! Masih hidupkah bapa? Tetapi saudara-saudaranya tidak dapat menjawabnya, sebab mereka takut dan gemetar menghadapi dia. 45:4 Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: Marilah dekat-dekat. Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. 45:5 Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kejadian 44:18–45:5, saat Yehuda membela Benyamin dan Yusuf menyatakan jati dirinya kepada saudara-saudaranya: Pertama, pertobatan dan kasih sejati membuka jalan bagi pemulihan. Yehuda, yang dulunya ikut menjual Yusuf, kini menunjukkan perubahan yang luar biasa. Yehuda membela Benyamin, adik tirinya, dan berani menanggung risiko demi ayahnya yang sangat mengasihi anak itu (44:18–34). Perubahan sikap Yehuda menunjukkan telah terjadi pertobatan dalam dirinya: Yehuda menyesali masa lalu yang telah melukai hati ayah mereka, dan kini Yehuda berani mengasihi dan mengorbankan diri bagi orang lain. Kerelaan Yehuda berkorban demi kasihnya kepada ayah mereka dan Benyamin sangat menyentuh hati Yusuf. Yehuda memperlihatkan bahwa pertobatan yang sejati bukan hanya menangisi dosa, tapi membuktikan kasih melalui tindakan yang nyata. Kedua, Allah dapat memakai luka masa lalu untuk tujuan yang mulia. Ketika akhirnya Yusuf menyatakan jati dirinya yang sebenarnya (45:1–5), Yusuf tidak menyimpan dendam. Yusuf justru mengajak saudara-saudaranya melihat rencana Allah yang lebih besar: “Untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.” Yusuf mengerti bahwa Allah bisa memakai penderitaan menjadi jalan keselamatan bagi banyak orang. Ketika luka atau pengalaman yang menyakitkan diserahkan kepada Tuhan, Tuhan dapat mengubahnya menjadi sarana pemulihan dan berkat bagi orang lain. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
2 2025-07-11 Pelukan yang menyembuhkan Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 11 Juli 2025. Pesta Wajib St. Benediktus. Pelukan yang menyembuhkan (Kejadian 46:1-7, 28-30). 46:1 Jadi berangkatlah Israel dengan segala miliknya dan ia tiba di Bersyeba, lalu dipersembahkannya korban sembelihan kepada Allah Ishak ayahnya. 46:2 Berfirmanlah Allah kepada Israel dalam penglihatan waktu malam: Yakub, Yakub! Sahutnya: Ya, Tuhan. 46:3 Lalu firman-Nya: Akulah Allah, Allah ayahmu, janganlah takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar di sana. 46:4 Aku sendiri akan menyertai engkau pergi ke Mesir dan tentulah Aku juga akan membawa engkau kembali dan tangan Yusuflah yang akan mengatupkan kelopak matamu nanti. 46:5 Lalu berangkatlah Yakub dari Bersyeba, dan anak-anak Israel membawa Yakub, ayah mereka, beserta anak dan isteri mereka, dan mereka menaiki kereta yang dikirim Firaun untuk menjemputnya. 46:6 Mereka membawa juga ternaknya dan harta bendanya, yang telah diperoleh mereka di tanah Kanaan, lalu tibalah mereka di Mesir, yakni Yakub dan seluruh keturunannya bersama-sama dengan dia. 46:7 Anak-anak dan cucu-cucunya laki-laki dan perempuan, seluruh keturunannya dibawanyalah ke Mesir. 46:28 Yakub menyuruh Yehuda berjalan lebih dahulu mendapatkan Yusuf, supaya Yusuf datang ke Gosyen menemui ayahnya. Sementara itu sampailah mereka ke tanah Gosyen. 46:29 Lalu Yusuf memasang keretanya dan pergi ke Gosyen, mendapatkan Israel, ayahnya. Ketika ia bertemu dengan dia, dipeluknyalah leher ayahnya dan lama menangis pada bahunya. 46:30 Berkatalah Israel kepada Yusuf: Sekarang bolehlah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kejadian 46:1–7 dan 28–30, tentang Yakub (Israel) yang turun ke Mesir dan bertemu kembali dengan Yusuf: Pertama, jangan takut pergi ke Mesir. Saat Yakub bersiap meninggalkan tanah Kanaan menuju Mesir, Allah menampakkan diri dan berkata: Janganlah takut pergi ke Mesir (ayat 3). Meski Mesir memang bukan tanah perjanjian, Allah meyakinkan Yakub bahwa Ia tetap menyertai, bahkan akan membuat keturunannya menjadi bangsa besar di sana. Penyertaan Allah yang setia ini menyingkirkan ketakutan dalam diri Yakub dan Allah menuntun dengan janji. Tempat bukanlah penentu utama penyertaan Tuhan — yang penting adalah kehadiran-Nya. Rencana Allah bisa melampaui batas tempat dan situasi manusia. Kedua, pelukan yang menyembuhkan. Pertemuan kembali Yakub dan Yusuf adalah puncak dari kisah luka dan perpisahan yang panjang. Tangisan dan pelukan antara ayah dan anak (ayat 29) adalah lambang pemulihan hubungan yang nyata dan mendalam. Pelukan Yakub dan Yusuf adalah pelukan yang menyembuhkan. Yakub pun akhirnya berkata: Sekarang bolehlah aku mati, setelah aku melihat mukamu dan mengetahui bahwa engkau masih hidup (ayat 30). Pelukan Yakub dan Yusuf menitipkan pesan bahwa kasih dan kebenaran lebih berarti daripada usia panjang tanpa kehadiran orang yang dikasihi. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
3 2025-07-12 Iman melihat melampaui kematian Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 12 Juli 2025. Iman melihat melampaui kematian Kejadian 49:29-32 50:15-26). 49:29 Kemudian berpesanlah Yakub kepada mereka: Apabila aku nanti dikumpulkan kepada kaum leluhurku, kuburkanlah aku di sisi nenek moyangku dalam gua yang di ladang Efron, orang Het itu, 49:30 dalam gua yang di ladang Makhpela di sebelah timur Mamre di tanah Kanaan, ladang yang telah dibeli Abraham dari Efron, orang Het itu, untuk menjadi kuburan milik keluarga. 49:31 Di situlah dikuburkan Abraham beserta Sara, isterinya di situlah dikuburkan Ishak beserta Ribka, isterinya, 49:32 dan di situlah juga kukuburkan Lea ladang dengan gua yang ada di sana telah dibeli dari orang Het. 50:15 Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya. 50:16 Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: 50:17 Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu. Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya. 50:18 Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: Kami datang untuk menjadi budakmu. 50:19 Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? 50:20 Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. 50:21 Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga. Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. 50:22 Adapun Yusuf, ia tetap tinggal di Mesir beserta kaum keluarganya dan Yusuf hidup seratus sepuluh tahun. 50:23 Jadi Yusuf sempat melihat anak cucu Efraim sampai keturunan yang ketiga juga anak-anak Makhir, anak Manasye, lahir di pangkuan Yusuf. 50:24 Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: Tidak lama lagi aku akan mati tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub. 50:25 Lalu Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: Tentu Allah akan memperhatikan kamu pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini. 50:26 Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kejadian 49:29–50:26, yang menyoroti akhir hidup Yakub dan Yusuf serta peristiwa rekonsiliasi keluarga mereka: Pertama, iman melihat melampaui kematian. Yakub, di akhir hidupnya, dengan tegas meminta dikuburkan di tanah perjanjian bersama leluhurnya (49:29–32). Demikian pula Yusuf, saat menjelang wafat, meminta agar tulangnya kelak dibawa keluar dari Mesir ke Tanah Perjanjian (50:24–25). Yakub dan Yusuf hidup dalam iman kepada janji Allah, meskipun mereka belum melihat penggenapannya secara penuh. Iman sejati bukan hanya percaya pada apa yang terlihat, tapi tetap berpegang pada janji Tuhan sampai akhir hidup. Kedua, pengampunan sejati membawa damai dan memulihkan hubungan yang rusak. Setelah kematian Yakub saudara-saudara Yusuf ketakutan. Mereka mengira Yusuf akan membalas dendam (50:15–18). Tapi Yusuf tidak membalas kejahatan mereka, melainkan berkata, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan” (50:20). Yusuf memilih mengampuni dan memelihara mereka. Sebuah tindakan yang mencerminkan hati Allah sendiri. Pengampunan tidak berarti melupakan luka, tetapi memilih untuk tidak membalas dan membiarkan kasih Allah mengubahnya menjadi berkat. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
4 2025-07-13 Firman Tuhan itu dekat dan dapat dimengerti Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 13 Juli 2025. Hari Minggu Biasa ke-15. Firman Tuhan itu dekat dan dapat dimengerti (Ulangan 30:10-14). 30:10 Apabila engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dengan berpegang pada perintah dan ketetapan-Nya, yang tertulis dalam kitab Taurat ini dan apabila engkau berbalik kepada TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. 30:11 Sebab perintah ini, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak pula terlalu jauh. 30:12 Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? 30:13 Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? 30:14 Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan I hari Minggu ini, Ulangan 30:10–14: Pertama, ketaatan sejati lahir dari hati yang berbalik kepada Tuhan. Pada ayat 10 ditekankan bahwa mendengarkan suara Tuhan dan berpegang pada perintah-Nya harus dilakukan dengan segenap hati dan jiwa. Ketaatan sejati bukan sekadar tindakan lahiriah, tetapi tanggapan hati yang sungguh-sungguh kepada Allah. Pertobatan dan perubahan hidup dimulai dari hati yang berbalik kepada Tuhan. Ketaatan sejati lahir dari relasi yang hidup dan kasih yang murni kepada Tuhan. Kedua, Firman Tuhan itu dekat, dapat dimengerti, dan bisa dilakukan. Dalam ayat 11–14 ditegaskan bahwa perintah Tuhan tidak terlalu sukar atau jauh — tidak di langit atau di seberang laut — karena firman itu dekat, ada di dalam mulut dan hati kita. Allah tidak menyembunyikan kehendak-Nya, melainkan menyatakannya secara jelas dan mengundang kita untuk melakukannya. Dengan kata lain, kita tidak punya alasan untuk tidak taat, karena Tuhan sudah membuat firman-Nya mudah dijangkau. Tantangan bukan terletak pada pemahaman, melainkan pada kemauan untuk taat. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
5 2025-07-14 Daya kehidupan yang tak dapat dipadamkan Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 14 Juli 2025. Daya kehidupan yang tak dapat dipadamkan (Keluaran 1:8-14, 22). 1:8 Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. 1:9 Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. 1:10 Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini. 1:11 Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses. 1:12 Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. 1:13 Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, 1:14 dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu. 1:22 Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Keluaran 1:8–14, 22: kekuasaan yang kehilangan nurani menjadikan ketakutan sebagi dasar kebijakan. Dalam ayat 9-10 Firaun berkata kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.” Dalam kedua ayat ini dijelaskan bahwa Firaun tidak membuat keputusan berdasarkan keadilan, tetapi berdasarkan ketakutan akan kehilangan kendali. Firaun melihat jumlah orang Israel yang semakin banyak sebagai ancaman, bukan sebagai peluang kerja sama atau berkat bagi Mesir. Pandangan ini memperlihatkan bagaimana kekuasaan yang kehilangan nurani akan menggunakan logika sesat yang membenarkan penindasan. Kedua, daya kehidupan yang tak dapat dipadamkan. Keputusan Firaun untuk bertindak dengan “bijaksana” terhadap orang Israel adalah mendatangkan penindasan kepada bangsa Israel. Namun bangsa yang ditindas ini justru makin berkembang. “Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka” (ayat 12). Pertambahan dan perkembangan bangsa Israel yang sedemikian besar itu merupakan simbol dari daya kehidupan bangsa terjanji yang tidak dapat dihancurkan. Di balik tangan kekuasaan yang menindas, ada tangan Tuhan yang tetap menopang. Di dalam penderitaan dan tekanan, Tuhan sedang menumbuhkan kekuatan, ketahanan, dan iman yang lebih dalam di dalam diri umat-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
6 2025-07-15 Tuhan bekerja melalui keberanian kecil yang tersembunyi Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 15 Juli 2025. Tuhan bekerja melalui keberanian kecil yang tersembunyi (Keluaran 2:1-15a). 2:1 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi 2:2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. 2:3 Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil 2:4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. 2:5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. 2:6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: Tentulah ini bayi orang Ibrani. 2:7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri? 2:8 Sahut puteri Firaun kepadanya: Baiklah. Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. 2:9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu. Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. 2:10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: Karena aku telah menariknya dari air. 2:11 Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. 2:12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. 2:13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: Mengapa engkau pukul temanmu? 2:14 Tetapi jawabnya: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu? Musa menjadi takut, sebab pikirnya: Tentulah perkara itu telah ketahuan. 2:15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Keluaran 2:1–15: Pertama, Tuhan bekerja melalui keberanian kecil yang tersembunyi. Tokoh-tokoh utama yang tampil dalam kisah ini bukanlah raja atau nabi yang hebat, tetapi seorang ibu, kakak perempuan, dan bahkan puteri Firaun. Mereka semua adalah perempuan yang menunjukkan keberanian dalam ruang yang sunyi dan tersembunyi. Mereka tidak memiliki kuasa politik, tetapi mereka menjadi saluran penyelamatan Musa, yang kelak akan menjadi penyelamat bangsanya. Kisah ini memberikan inspirasi bahwa 1) tindakan sederhana yang dilandasi kasih dan keberanian, walaupun dilakukan dalam ketakutan atau keterbatasa, dapat dipakai Tuhan untuk tujuan yang lebih besar. 2) Jangan pernah meremehkan peran kecil kita jalani, sebab peran apa pun yang Tuhan percayakan kepada kita merupakan bagian penting dari karya penyelamatan Tuhan sendiri. Kedua, identitas diri dan panggilan sering tumbuh dari konflik batin. Musa dibesarkan dan tumbuh di istana, namun ia tahu bahwa dirinya adalah seorang Ibrani. Dalam ayat 11-12, Musa menyaksikan ketidakadilan terhadap bangsanya dan ia bereaksi dengan penuh kemarahan dan kekerasan membalas perlakuan yang tidak adil tersebut. Musa mengalami konflik batin antara kenyamanan hidup di istana dan suara hati yang tidak bisa tinggal diam terhadap penindasan atas saudara-saudara sebangsanya. Semoga kita dapat mengenali bahwa kegelisahan kita terhadap ketidakadilan merupakan suara panggilan Tuhan untuk ditanggapi dengan cara yang matang dan bijaksana. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
7 2025-07-16 Allah memanggil bukan karena kita mampu, tetapi karena Dia menyertai kita. Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 16 Juli 2025. Allah memanggil bukan karena kita mampu, tetapi karena Dia menyertai kita. (Keluaran 3:1-6,9-12). 3:1 Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb. 3:2 Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api. 3:3 Musa berkata: Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu? 3:4 Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: Musa, Musa! dan ia menjawab: Ya, Allah. 3:5 Lalu Ia berfirman: Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus . 3:6 Lagi Ia berfirman: Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah. 3:9 Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka. 3:10 Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir. 3:11 Tetapi Musa berkata kepada Allah: Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir? 3:12 Lalu firman-Nya: Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Keluaran 3:1–12: Pertama, Allah menampakkan diri dalam hal yang tak terduga. Allah menampakkan diri kepada Musa dalam api yang membakar semak duri namun tidak hangus. Sebuah kejadian yang tidak biasa. Seharusnya semak duri tersebut terbakar. Musa yang sedang menggembalakan ternak, sebuah pekerjaan rutin yang dijalaninya setiap hari, menyimpang ke sana dan ia bertemu Allah para leluhurnya. Kisah ini dapat menyentakkan kesadaran kita bahwa Allah dapat hadir dan menyapa kita dalam hal-hal biasa, bahkan dalam semak duri kehidupan kita. Berhentilah sejenak, seperti Musa, untuk “menyimpang” dari rutinitas hidupmu agar dapat mendengarkan suara Allah. Kedua, Allah memanggil bukan karena kita mampu, tetapi karena Dia menyertai. Ketika Allah memanggil Musa, ia langsung merasa tidak layak: Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir? (ayat 11). Tetapi Allah tidak memberikan daftar keunggulan Musa sebagai jaminan. Jawaban Allah sederhana namun penuh kuasa: Bukankah Aku akan menyertai engkau? (ayat 12). Allah tidak mencari yang sempurna. Allah mencari yang mau berjalan bersama-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
8 2025-07-17 Harapan di tengah kesulitan Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamais, 17 Juli 2025. Harapan di tengah kesulitan (Keluaran 3:13-20). 3:13 Lalu Musa berkata kepada Allah: Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? --apakah yang harus kujawab kepada mereka? 3:14 Firman Allah kepada Musa: AKU ADALAH AKU. Lagi firman-Nya: Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu. 3:15 Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun. 3:16 Pergilah, kumpulkanlah para tua-tua Israel dan katakanlah kepada mereka: TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, telah menampakkan diri kepadaku, serta berfirman: Aku sudah mengindahkan kamu, juga apa yang dilakukan kepadamu di Mesir. 3:17 Jadi Aku telah berfirman: Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju ke negeri orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. 3:18 Dan bilamana mereka mendengarkan perkataanmu, maka engkau harus beserta para tua-tua Israel pergi kepada raja Mesir, dan kamu harus berkata kepadanya: TUHAN, Allah orang Ibrani, telah menemui kami oleh sebab itu, izinkanlah kiranya kami pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allah kami. 3:19 Tetapi Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat. 3:20 Tetapi Aku akan mengacungkan tangan-Ku dan memukul Mesir dengan segala perbuatan yang ajaib, yang akan Kulakukan di tengah-tengahnya sesudah itu ia akan membiarkan kamu pergi. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Keluaran 3:13–20: Pertama, nama Allah. Dalam ayat 13, Musa bertanya tentang nama Allah “Bagaimana tentang nama-Nya?”. Musa ingin mendapatkan pegangan yang meyakinkan untuk membuktikan legitimasinya kepada bangsa Israel. Namun Allah tidak memberi nama dalam pengertian biasa. Dalam ayat 14, Allah menyatakan diri-Nya sebagai “AKU ADALAH AKU” (Ibrani: Ehyeh Asher Ehyeh)—suatu pernyataan eksistensial dan misterius. Selanjutanya Allah berkata: “AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu”. Mendengar hal ini, tentunya Musa bingung. Dengan cara ini, sesungguhnya ingin dikatakan bahwa nama Allah bukan sekadar label atau informasi tetapi sebuah perjumpaan yang hidup. Untuk mengenal Allah, sesungguhnya setiap pribadi diundang masuk dalam relasi yang dinamis dengan Dia—yang tidak dapat dibatasi oleh definisi, melainkan dialami dalam kehadiran dan perjalanan hidup. Kedua, harapan di tengah kesulitan. Musa belum beranjak dari tempatnya untuk pergi menghadap firaun. Firaun pun belum mendengar apa-apa tentang rencana Allah membebaskan bangsa Ibarani. Namun dalam ayat 17-20, Allah dengan tegas mengatakan bahwa Ia sudah memperhatikan penderitaan umat-Nya, dan bahwa setelah raja Mesir bersikeras tidak mengijinkan orang Ibrani keluar dari Mesir, Allah akan melakukan pembebasan dengan cara yang ajab, dan pembebasan tersebut pasti terjadi. Allah berbicara tentang masa depan yang sudah dirancangkan-Nya. Allah memberi harapan di tengah realitas penuh penindasan. Musa percaya dan melakukan kehendak Allah ini. Bagi Musa percaya berarti berjalan karena yakin Allah sudah mendahuluinya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
9 2025-07-18 Kesabaran Tuhan terhadap ketegaran hati manusia Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 18 Juli 2025. Kesabaran Tuhan terhadap ketegaran hati manusia (Keluaran 11:10-12:14). 11:10 Musa dan Harun telah melakukan segala mujizat ini di depan Firaun. Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga tidak membiarkan orang Israel pergi dari negerinya. 12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun di tanah Mesir: 12:2 Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun. 12:3 Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga. 12:4 Tetapi jika rumah tangga itu terlalu kecil jumlahnya untuk mengambil seekor anak domba, maka ia bersama-sama dengan tetangganya yang terdekat ke rumahnya haruslah mengambil seekor, menurut jumlah jiwa tentang anak domba itu, kamu buatlah perkiraan menurut keperluan tiap-tiap orang. 12:5 Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun kamu boleh ambil domba atau kambing. 12:6 Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini lalu seluruh jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja. 12:7 Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya. 12:8 Dagingnya harus dimakan mereka pada malam itu juga yang dipanggang mereka harus makan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit. 12:9 Janganlah kamu memakannya mentah atau direbus dalam air hanya dipanggang di api, lengkap dengan kepalanya dan betisnya dan isi perutnya. 12:10 Janganlah kamu tinggalkan apa-apa dari daging itu sampai pagi apa yang tinggal sampai pagi kamu bakarlah habis dengan api. 12:11 Dan beginilah kamu memakannya: pinggangmu berikat, kasut pada kakimu dan tongkat di tanganmu buru-burulah kamu memakannya itulah Paskah bagi TUHAN. 12:12 Sebab pada malam ini Aku akan menjalani tanah Mesir, dan semua anak sulung, dari anak manusia sampai anak binatang, akan Kubunuh, dan kepada semua allah di Mesir akan Kujatuhkan hukuman, Akulah, TUHAN. 12:13 Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu, apabila Aku menghukum tanah Mesir. 12:14 Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi TUHAN turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Keluaran 11:10–12:14: Pertama, kesabaran Tuhan terhadap ketegaran hati manusia. Dalam 11:10 dikatakan: Musa dan Harun telah melakukan segala mujizat ini di depan Firaun. Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga tidak membiarkan orang Israel pergi dari negerinya. Kedua kalimat dalam ayat 10 ini melukiskan sebuah paradoks spiritual: mujizat yang dilakukan Musa dan Harun tidak otomatis menghasilkan pertobatan Firaun. Firaun justru tidak mengindahkannya. Kita dapat melihat bahwa Allah juga bekerja melalui kehendak manusia, dalam pemberontakan Firaun, kuasa Allah tetap dinyatakan. Allah tidak meniadakan kehendak bebas manusia. Kisah ini merupakan sebuah pelajaran berarti untuk kita renungkan. Mungkin saja kisah Firaun adalah kisah kita pribadi yang kebal terhadap teguran Tuhan karena terpaku pada kekuasaan, kenyamanan atau takut kehilangan sesuatu. Tuhan akan tetap sabar menanti kita berbalik kepada-Nya. Kedua, permulaan segala bulan. Dalam Keluaran 12:2 dikatakan: Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu... dan Keluaran 12:5 menjelaskan: Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela... Kedua ayat ini menjelaskan tentang Paskah orang Ibrani. Bagi orang Ibrani, Paskah tidak sekadar suatu ritual. Paskah adalah penanda awal—sebuah permulaan segala bulan. Di sini sesungguhnya dijelaskan bahwa Allah tidak saja membebaskan bangsa Israel dari Mesir, tetapi Allah mengatur ulang seluruh waktu dan identitas bangsa Israel. Paskah adalah titik awal dari sejarah keselamatan umat Allah, yang dimulai dengan darah anak domba dan roti tak ragi lambang kecepatan, kepatuhan, dan penderitaan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
10 2025-07-19 Malam berjaga-jaga Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 19 Juli 2025. Malam berjaga-jaga (Keluaran 12:37- 42). 12:37 Kemudian berangkatlah orang Israel dari Raamses ke Sukot, kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak. 12:38 Juga banyak orang dari berbagai-bagai bangsa turut dengan mereka lagi sangat banyak ternak kambing domba dan lembu sapi. 12:39 Adonan yang dibawa mereka dari Mesir dibakarlah menjadi roti bundar yang tidak beragi, sebab adonan itu tidak diragi, karena mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat berlambat-lambat, dan mereka tidak pula menyediakan bekal baginya. 12:40 Lamanya orang Israel diam di Mesir adalah empat ratus tiga puluh tahun. 12:41 Sesudah lewat empat ratus tiga puluh tahun, tepat pada hari itu juga, keluarlah segala pasukan TUHAN dari tanah Mesir. 12:42 Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Keluaran 12:37–42: Pertama, kebebasan yang mendesak. Dalam ayat 39 dilukiskan situasi bangsa Israel ketika keluar dari Mesir: ...adonan itu tidak diragi, karena mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat berlambat-lambat... Pembebasan dari Mesir dan kebebasan yang diterima bangsa Israel datang dengan tiba-tiba dan tanpa kompromi. Bangsa Israel tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan bekal. Roti mereka tidak sempat diragi. Mereka harus segera keluar dari Mesir. Mereka tidak lagi mempertimbangakan banyak hal. Yang penting mereka keluar dari Mesir dan bebas. Hak ini merupakan sebuah inspirasi yang menarik bagi setiap orang percaya. Pada saat Tuhan membuka pintu keluar dari kesulitan dan/atau dosa, setiap orang percaya diundang untuk menanggapinya dalam ketaatan yang cepat. Menunda untuk taat dapat berarti kehilangan kesempatan untuk bebas dari perbudakan batin, kebiasaan berdosa, atau ikatan duniawi. Setiap orang percaya dapat belajar dari bangsa Israel untuk menanggapi momen ketika Tuhan berkata: “Sekarang waktunya untuk pergi.” Kedua, malam berjaga. Dalam ayat 42 dikisahan: Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN... Pernyataan ini sungguh mengejutkan. Tuhan yang tidak pernah lelah atau mengantuk digambarkan sebagai pribadi yang berjaga demi umat-Nya. Bagi saya, “malam berjaga-jaga bagi TUHAN” merupakan momen keintiman dan perlindungan ilahi. Tuhan sang Pembebas sendiri berdiri tegak di malam tergelap untuk membawa umat-Nya keluar dari penindasan Mesir. “Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN.” Bangsa Israel diminta untuk mengenang malam itu turun-temurun, tidak saja sebagai sejarah pembebasan dari Mesir, tapi sebagai sebuah pola hidup, yaitu hidup dalam kesadaran bahwa Tuhan selalu berjaga. Sebuah inspirasi dan undangan agar setiap orang percaya ikut berjaga menanti, waspada, dan setia, karena setiap orang percaya adalah pezirah pengharapan, yang sedang dalam perjalanan menuju Tuhan sendiri. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail