1 |
2025-03-12 |
Kasih tidak menghakimi, kasih mengampuni |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 12 Maret 2025. Kasih tidak menghakimi, kasih mengampuni (Yunus 3:1-10). 3:1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: 3:2 Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu. 3:3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. 3:4 Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan. 3:5 Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. 3:6 Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. 3:7 Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. 3:8 Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. 3:9 Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa. 3:10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari kisah Yunus dalam bacaan hari ini, Yunus 3:1-10. Pertama, ketaatan menghasilkan pembaharuan dan pertobatan. Setelah Yunus lari dari hadapan Tuhan saat Yunus diutus untuk pertama kalinya ke Ninive (Yunus 1:3), kini Tuhan mengutusnya sekali lagi. Kali ini, Yunus tidak lari lagi, tetapi Yunus taat pada firman Tuhan itu “Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah” (ayat 3a). Ketaatan Yunus kepada firman Tuhan merupakan kunci untuk mewujudkan kehendak / rencana Tuhan. Dalam ketaatan untuk melakukan kehendak Tuhan, Tuhan sendiri bekerja dalam diri orang yang taat dan dalam diri mereka menerima pewartaan itu. Mendengar pewartaan Yunus, orang Ninive tergerak hatinya untuk bertobat. Warga Ninive dan bahkan raja negeri itu berpuasa, mengenakan kain kabung dan duduk di abu sebagai tanda pertobatan. Ketaatan Yunus telah membawa pembaharuan dan pertobtan bagi warga Ninive. Melalui ketaatan Yunus, Tuhan melakukan karya kasih-Nya. Kedua, kasih tidak menghakimi, kasih mengampuni. Dalam ayat 9, raja Ninive berkata: “Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa”. Mendengar seruan pertobatan yang disampaikan Yunus, orang-orang Ninive berbalik dari semua kejahatannya dan mengharapkan kasih pengampunan dari Tuhan. Mereka semua percaya bahwa Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih dan kerahiman, Tuhan yang memiliki hati penuh pengampunan jika mereka bertobat. Dalam ayat 10, Tuhan menjawab kesungguhan mereka untuk bertobat dengan kasinh pengampunan-Nya. “Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya” (ayat 10). Bacaan ini memberikan inspirasi kepada setiap pribadi untuk menjalankan masa tobat ini sebagai kesempatan untuk bertobat. Tidak ada dosa yang begitu besar yang tidak dapat diampuni. Sebesar dan sebanyak apa pun dosa kita, bila kita mau bertobat dengan tulus, Tuhan merangkul kita dengan kasih-Nya dan mengampuni kita dengan kerahiman-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
2 |
2025-03-13 |
Puasa dan doa: sarana penyerahan diri kepada Tuhan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 13 Maret 2025. Puasa dan doa: sarana penyerahan diri kepada Tuhan (T. Ester 4:1011-1217-19). Akan tetapi Ester menyuruh Hatah memberitahukan kepada Mordekhai: Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja. Ketika disampaikan orang perkataan Ester itu kepada Mordekhai. Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya. Kemudian Mordekhai berdoa kepada Tuhan seraya mengingat segala perbuatan Tuhan, katanya: Tuhan, Tuhan, Raja semesta alam! Segala sesuatunya ada dalam kekuasaan-Mu dan tiada seorangpun dapat membantah Engkau, jika Engkau mau menyelamatkan Israel. Sebab Engkau telah membuat langit dan bumi serta segala-galanya yang mengagumkan di bawah langit. Engkaulah Tuhan segala-galanya dan tiada seorangpun dapat bertahan di hadapan-Mu, ya Tuhan. Segala sesuatunya Kaukenal dan Engkaupun, ya Tuhan, tahu bahwa aku berbuat begini, yaitu tidak sujud kepada Haman yang congkak itu, bukanlah karena sombong dan congkak atau karena gila hormat. Aku mau-mau saja mencium telapak kakinya demi keselamatan Israel. Tetapi aku tidak berbuat demikian, supaya jangan kutaruh kehormatan manusia lebih tinggi dari pada kehormatan Allah. Aku tidak akan sujud menyembah kepada siapapun kecuali kepada-Mu, ya Tuhanku, dan aku akan berbuat demikian bukanlah karena congkak hati. Oleh sebab itu, ya Tuhan Allah, Raja dan Allah Abraham, sayangilah umat-Mu! Sebab orang mengincar untuk memusnahkan kami dan ingin membinasakan milik-Mu sendiri sejak sediakala. Jangan Kauhina bagian-Mu yang telah Kautebus bagi-Mu dari negeri Mesir. Dengarkanlah permohonanku, kasihanilah umat-Mu. Ubahlah derita kami menjadi sukacita, supaya kami hidup dan bermazmur bagi nama-Mu, ya Tuhan. Dan jangan Kaubiarkan lenyap mulut orang yang memuji Engkau!” Seluruh Israelpun menjerit sekuat-kuatnya, sebab maut terbayang di depan mata mereka. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Tambahan Ester 4:1011-1217-19): Pertama, berani melangkah dalam ketakpastian. Ratu Ester berada dalam situasi yang sangat sulit, ketika ia mengetahui bahwa bangsa Israel berada dalam bahaya pemusnahan oleh raja. Ratu Ester, seperti dikatakan dalam ayat 11, tidak dapat menghadap raja tanpa dipanggil oleh raja. Bila melanggar aturan ini, pastilah ia mati. Dalam situasi penuh resiko ini, ratu Ester berani menghadapi ketidakpastian itu dan berani mengambil resiko dengan menyuruh Mordekhai untuk mengumpulkan orang Israel supaya mereka berpuasa bagi dirinya dengan tidak makan dan tidak minum selama tiga hati dan setelah itu ia akan menghadap raja dengan ketekadan “kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati” (ayat 16). Ini merupakan keputusan luar biasa. Sebuah keputusan yang lahir dari iman akan Tuhan sumber keselamatan. Iman yang menghalaukan ketakutan dan semua kecemasan. Kedua, doa merupakan sarana penyerahkan diri dan persoalan hidup kepada Tuhan. Setelah mendengar perintah dari ratu Ester, Mordekhai memulai menjalankan tugasnya dengan berdoa. Mordekhai tidak panih, walaupun berada di tengah ancaman. Dalam doa Mordekhai menyampaikan pengakuannya akan kuasa Tuhan yang tak terbatas dan menyerhkan keselamatan bangsa Israel kepada Tuhan. Mordekhai menyadari bahwa hanya Tuhan yang dapat diandalkan. Kisah ini menginspirasi kita bahwa puasa dan doa merupakan dua sarana penyerahan diri kepada kehendak Tuhan. Dalam puasa setiap pribadi berusaha mengosongkan diri untuk berpasrah kepada Tuhan dan dalam doa orang memuliakan Tuhan serta mengandalkan sumber kesemalatan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
3 |
2025-03-14 |
Allah mengampuni orang yang bertobat |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 14 Maret 2025. Allah mengampuni orang yang bertobat (Yehezkiel 18:21-28). 18:21 Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.18:22 Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya. 18:23 Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup? 18:24 Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang fasik--apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena dosa yang dilakukannya. 18:25 Tetapi kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu, hai kaum Israel, apakah tindakan-Ku yang tidak tepat ataukah tindakanmu yang tidak tepat? 18:26 Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya. 18:27 Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikan yang dilakukannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia akan menyelamatkan nyawanya. 18:28 Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Yehezkiel 18:21-28: Pertama, Allah mengampuni orang yang bertobat. Dalam ayat 21 dan 22 dinyatakan dengan amat jelas bahwa Allah berkenan kepada orang berdosa yang bertobat. Sebab dari kedalaman kasih-Nya, Allah menanti dengan penuh kerinduan akan orang berdosa bertobat. Dalam kedua ayat ini digambarkan dengan amat gamblang akan kasih yang begitu besar terhadap setiap anak-Nya yang kembali ke pangkuan kasih dan kerahiman-Nya. Pertobatan yang dikehendaki Allah adalh perubahan hati. Hati merupakan sebagai sumber segala perkataan, tindakan dan perbuatan manusia. Hati yang bertobat akan menghasilkan buah-buah kebaikan dalam hidup. Kedua, Allah adil dalam menilai perubahan hati. Dalam ayat 24 dilukiskan tentang perubahan sikap manusia terhadap Allah. Orang benar berbalik melakukan kejahatan. Orang demikian tentu akan dihukum oleh Allah. Apakah Allah tidak adil dan tidak berpihak kepadanya? Jika orang benar berbalik dari kebenarannya dan hidup dalam dosa, maka ia akan mati karena dosa-dosanya, meskipun sebelumnya telah melakukan banyak kebaikan. Hal ini mengingatkan setiap orang percaya bahwa ketaatan dan kesetiaan yang berkelanjutan kepada Allah membawa keselamatan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
4 |
2025-03-15 |
Taat dengan segenap hati dan sepenuh jiwa |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 15 Maret 2025. Taat dengan segenap hati dan sepenuh jiwa (Ulangan 26:16-19). 26:16 Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. 26:17 Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkaupun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya. 26:18 Dan TUHAN telah menerima janji dari padamu pada hari ini, bahwa engkau akan menjadi umat kesayangan-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadamu, dan bahwa engkau akan berpegang pada segala perintah-Nya, 26:19 dan Iapun akan mengangkat engkau di atas segala bangsa yang telah dijadikan-Nya, untuk menjadi terpuji, ternama dan terhormat. Maka engkau akan menjadi umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, seperti yang dijanjikan-Nya. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Ulangan 26:16-19: Pertama, taat dengan segenap hati dan sepenuh jiwa. Dalam ayat 16 dikatakan: “Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu.” Ayat ini menekankan kesungguhan dalam melaksanakan ketetapan dan peraturan Tuhan. Kesungguhan ditunjukkan dalam kesetiaan, dilakukan dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa. Dengan ini, Tuhan menghendaki bahwa umat-Nya melaksanakan ketetapan dan peraturan-Nya bukan sebagai sebuah kewajiban yang dijalankan dengan terpaksa, tetapi sebagai sebuah komitmen yang melibatkan seluruh aspek kehidupan, sebuah ketaatan total yang tulus, yang lahir dari hati penuh cinta kepada Tuhan sumber segala kebaikan. Kedua, ikatan perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Ayat 17-19 melukiskan bahwa ketaatan umat Tuhan untuk melaksanakan ketetapan dan peraturan yang diberikan Tuhan kepada mereka merupakan sebuah ikatan perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Ketaatan yang dilakukan dalam kesetian dengan sepenuh hati dan segenap jiwa membawa umat Tuhan pada penuhan janji Tuhan: mengangkat mereka di atas segala bangsa. Dalam ayat 19 dikatakan: “Iapun akan mengangkat engkau di atas segala bangsa yang telah dijadikan-Nya, untuk menjadi terpuji, ternama dan terhormat. Maka engkau akan menjadi umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, seperti yang dijanjikan-Nya. Janji ini berisikan identitas umat Tuhan, yang dipanggil untuk hidup seturut kehendak Tuhan dan menjadi saksi kemuliaan Tuhan di tengah kehidupan ini. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
5 |
2025-03-16 |
Perjanjian Allah dengan Abraham |
Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 16 Maret 2025. Minggu Prapaskah II. Perjanjian Allah dengan Abraham (Kejadian 15:5-12, 17-18). Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya. Maka firman-Nya kepadanya: Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu. 15:6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. 15:7 Lagi firman TUHAN kepadanya: Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu. 15:8 Kata Abram: Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya? 15:9 Firman TUHAN kepadanya: Ambillah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati. 15:10 Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. 15:11 Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya. 15:12 Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan. 15:17 Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. 15:18 Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat.” |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kejadian 15:5-12,17-18. Pertama, perjanjian antara Tuhan dan Abhraham. Pada awal bacaan hari ini kelihatan Abraham langsung percaya kepada Tuhan bahwa ia akan memiliki keturunan sebanyak bintang-bintang di langit yang tak terhitung jumlahnya. Namun pada ayat 8 Abraham mulai ragu dan meminta tanda untuk menyakinkannya bahwa ia akan memiliki keturuanan sebanyak itu. Tuhan pun mulai mengadakan perjanjian dengan Abraham. Dalam ayat 9-17 diuraikan pelaksanaan perjanjian itu, yaitu binatang yang sudah dibunuh, dibelah menjadi dua lalu belahan-belahan itu diletakkan saling berhadapan dalam dua deretan (ayat 10). Setelah itu kedua pihak yang mengadakan perjanjian berjalan di antara kedua deret belahan daging binatang tersebut. Hal ini mengingatkan mereka bahwa apabila mereka tidak setia pada perjanjian tersebut, mereka akan binasa seperti binatang itu (ayat 17 bd. Yer 34:18). Perapian yang berasap melambangkan kehadiran Allah (ayat 17 bd. Kel 3:2 14:24). “Perapian yang berasap” itulah yang melewati potongan-potongan daging binatang tersebut, yang menyatakan bahwa hanya Tuhan yang melewati potongan daging itu. Kedua, percaya / iman membawa kepada kebenaran. Dalam setiap perjanjian ditetapkan kewajiban-kewajiban yang mengikat kedua belah pihak, yang diikat dalam sumpah dengan melewati potongan daging binatang seperti di atas (ayat 10). Dalam perjanjian antara Tuhan dan Abraham ini, Tuhan sendirilah yang menentukan janji dan kewajiban-kewajiban yang dimaksud dalam perjanjian tersebut. Di sini, Abraham diminta untuk menerima dengan sikap iman. Iman yang sudah dinyatakan Abraham dalam ayat 6: “Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Iman Abraham ini diperhitungkan sebagai kebenaran. Iman membawa Abraham pada kebenaran bahwa Tuhan selalu menepati janji-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
6 |
2025-03-17 |
Pengakuan dosa |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 17 Maret 2025. Pengakuan dosa (Daniel 9:4b-10). 9:4 Maka aku memohon kepada TUHAN, Allahku, dan mengaku dosaku, demikian: Ah Tuhan, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang memegang Perjanjian dan kasih setia terhadap mereka yang mengasihi Engkau serta berpegang pada perintah-Mu! 9:5 Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu, 9:6 dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. 9:7 Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau. 9:8 Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. 9:9 Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, 9:10 dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Daniel 9:4-10: Pertama, kesadaran diri dan pengakuan dosa. Dalam ayat 4-8, Daniel menyadari akan dosa-dosa yang telah dilakukan bangsa Israel. Daniel pun mulai berdoa dan berpuasa. Daniel mengakui dosa yang telah dilakukan oleh bangsanya. Pengakuan dosa dilakukan Daniel dalam rasa hormat akan kasih setia, dan kemurahan Tuhan. Daniel membuat pengakuan, menyamakan dirinya dengan umat Israel yang telah berdosa dan memberontak terhadap Allah. Berhadapan dengan Tuhan yang maha besar dan penuh belas kasih, Daniel mengundang bangsa itu untuk merasa malu karena dosa-dosa yang telah mereka dilakukan, terutama karena telah memberontak terhadap Tuhan. Kedua, kasih setia dan kerahiman Tuhan. Dalam ayat 9 dikatakan: “Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia”. Ayat ini melukiskan bahwa walaupun bangsa Israel telah memberontk melawan Tuhan, namun Tuhan tetap membuka kesempatan untuk memberikan pengampunan bagi mereka yang bertobat. Hal ini menunjukkan sifat Tuhan yang penuh kasih dan pengampunan. Apa yang dapat kita belajar dari bacaan hari ini? 1) Bacaan ini mengajak setiap pribadi untuk tidak pernah meremehkan dosanya. Setiap pribadi diundang untuk menyadari keberdosaannya dan berusaha untuk selalu bertobat dengan sepenuh hati. 2) Bacaan ini juga mengingatkan setiap pribadi bahwa bagi Tuhan tidak ada dosa yang terlalu besar yang tidak dapat diampuni. Dalam kasih kerahiman-Nya, Tuhan menunggu dengan penuh kerinduan orang berdosa yang mau bertobat. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
7 |
2025-03-18 |
Pengampunan Tuhan tersedia bagi semua orang |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 18 Maret 2025. Pengampunan Tuhan tersedia bagi semua orang (Yesaya 1:10 16-20). 1:10 Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! 1:16 Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, 1:17 belajarlah berbuat baik usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! 1:18 Marilah, baiklah kita berperkara!--firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. 1:19 Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu. 1:20 Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang. Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya”. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Yesaya 1:1016-20: Pertama, panggilan untuk bertobat dan membersihkan diri Dalam ayat 16-17, Yesaya menyalahkan umat Israel karena mereka ikut melakukan perbuatan jahat dan ketidakadilan, sambil mereka terus membawa persembahan dan korban kepada Tuhan serta berdoa dan beribadah kepada-Nya. Bagi Yesaya, ibadah dan pujian menjadi sesuatu yang keji bagi Tuhan jikalau hati orang percaya tidak benar-benar setia kepada-Nya dan jalan-jalan-Nya yang kudus. Untuk itu Yesaya menerukan agar umat Tuhan mengakui dan meninggalkan perbuatan mereka yang jahat, dan membersihkan diri dari dosa-dosa yang telah mereka lakukan. “Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku” (ayat 16). Panggilan ini ditujukan juga kepada setiap orang percaya untuk melakukan pertobatan sejati, mengubah perilaku, dan berbalik kepada Tuhan. Kedua, janji pemulihan dan berkat bagi yang taat. Walaupun umat-Nya berbuat kejahatan dan ketidakadilan, Tuhan tidak ingin mengutuk dan membinasakan mereka. Tuhan justru menawarkan pengampunan penuh belas kasih bagi mereka yang mau bertobat, membuang kejahatan, berusaha melakukan yang benar, dan menaati firman-Nya. Dalam ayat 18 -19 dikatakan: “Marilah, baiklah kita berperkara!--firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu.” Tetapi orang yang menolak kemurahan Allah dan malah memilih untuk mengikuti jalannya sendiri dalam pemberontakan akan dibinasakan (ayat 20). Bacaan ini diperdengarkan kepada setiap orang percaya pada masa prapaskah ini untuk menegaskan bahwa pengampunan Tuhan kini tersedia bagi semua orang, yang sekalipun telah berbuat dosa, mengakui dosa-dosa mereka, bertobat, dan menerima penyucian Tuhan melalui darah Yesus Kristus. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
8 |
2025-03-19 |
Tuhan memiliki rencana istimewa |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 19 Maret 2025. Hari Raya St. Yosef Suami Santa Perawan Maria. Tuhan memiliki rencana istimewa (Samuel 7:4-5a 12-14a16). 7:4 Tetapi pada malam itu juga datanglah firman TUHAN kepada Natan, demikian: 7:5 Pergilah, katakanlah kepada hamba-Ku Daud: Beginilah firman TUHAN: Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk Kudiami? 7:12 Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. 7:13 Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya. 7:14 Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. 7:16 Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Samuel 7:4-5a 12-14a16, yang relevan dengan pesta St. Yosef Suami SP Maria. Pertama, Panggilan dan Rencana Tuhan yang Lebih Besar dari Manusia. Dalam ayat 5 dikatakan bahwa Tuhan tidak mengizinkan Daud membangun rumah bagi-Nya, tetapi keturuannyalah yang akan membangun rumah bagi Tuhan. Daud seorang raja yang baik dan terhormat, tetapi Daud tidak diizinkan melakukan apa yang direncanakan dan dihendakinya sendiri bagi Tuhan. Tuhan justru memiliki rencana yang lain, seturut kehendak-Nya. Demikianlah yang terjadi dengan Santo Yosef. Santo Yosef seorang yang lurus hati, hidup dalam kesederhanaan dipilih Tuhan menjadi suami SP Maria dan ayah yang memelihara Yesus, seturut rencana dan kehendak Tuhan sendiri. Kedua, Janji Tuhan terhadap Kerajaan Daud dan Keturunannya. Dalam ayat 7:12-16, Tuhan berjanji untuk menjadikan kerajaan Daud dan keturunannya kokoh untuk selama-lamanya. Pesta Santo Yosef menghubungkan janji ini dengan penggenapannya melalui Yesus Kristus, yang merupakan keturunan Daud. Melalui Santo Yosef janji Tuhan tentang tahta Daud yang akan kokoh selama-lamanya (ayat 16), terpenuhi. Melalui Santo Yosef, Yesus terhubung dengan garis keturunan yang dijanjikan kepada Daud. Santo Yosef adalah bagian dari pewarisan janji Tuhan yang mengarah pada Yesus, Raja yang memerintah untuk selama-lamanya. Pesta Santo Yosef hari ini merupakan ajakan untuk merenungkan bagaimana Tuhan bekerja melalui keluarga, dalam kesetiaan, dan ketaatan menjalankan rencana-Nya yang sungguh besar dan agung bagi manusia. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
9 |
2025-03-20 |
Hati manusia dan kemiskinan rohani |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 20 Maret 2025. Hati manusia dan kemiskinan rohani (Yeremia 17:5-10). 17:5 Beginilah firman TUHAN: Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! 17:6 Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. 17:7 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! 17:8 Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. 17:9 Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? 17:10 Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Yeremia 17:5-10 adalah: Pertama, percaya pada diri sendiri versus percaya pada Tuhan. Dalam ayat 5-8, Yeremia mengajak umat Israel dan orang percaya untuk menentukan pilihan yang tepat percaya dan mengandalkan diri sendiri atau percaya dan mengandalkan Tuhan. Yeremia menegaskan bahwa mereka yang mengandalkan diri sendiri pasti akan terjebak dalam keterbatasan manusiawi, akan kecewa, mereka akan mengalami kemiskinan rohani dan akhirnya lenyap. Sebaliknya, mereka yang sepenuhnya mengandalkan Tuhan, hidup dengan iman yang kuat seperti pohon yang akar-akarnya tertanam dalam tanah yang subur. Mereka tidak akan takut atau khawatir dalam menghadapi segala situasi hidup. Mereka yang mengandalkan Tuhan menjadikan Tuhan sumber kekuatan, kedamaian, dan keberanian. Mereka diberkati Tuhan dan akhirnya memperoleh pahala warisan ilahi. Kedua, hati manusia. Dalam ayat 9, Yeremia mengingatkan umat Israel dan orang percaya bahwa hati manusia sangat licik dan penuh tipu daya. Hati adalah pusat kehidupan batin manusia, tempat segala keinginan, perasaan, dan pikiran manusia. Hati yang rusak cenderung mementingkan diri sendiri dan jauh dari kehendak Tuhan serta tidak menurut jalan kebenaran Allah. Hati manusia yang rusak tersebut tidak dapat diperbaiki atau diubah dengan kekuatan sendiri. Dalam ayat 10 dikatakan bahwa Tuhanlah yang menyelidiki hati dan menguji batin manusia. Tuhanlah yang sanggup memperbaiki hati manusia. Tuhan melakukannya dengan cara menganugerahkan Putra-Nya Yesus Kristus untuk menyelamatkan dunia dan manusia. Dalam masa prapaskah ini, orang percaya diajak untuk mengalami kasih karunia Allah, supaya dilahirkan kembali oleh iman kepada Kristus dan menerima hati yang baru, hati yang membenci kejahatan dan gemar melaksanakan kehendak Allah. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
10 |
2025-03-21 |
Kesulitan dapat mendatangkan berkat melimpah |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 21 Maret 2025. Kesulitan dapat mendatangkan berkat melimpah (Kejadian 37:3-4, 12-13a, 17b-28). 37:3 Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. 37:4 Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. 37:12 Pada suatu kali pergilah saudara-saudaranya menggembalakan kambing domba ayahnya dekat Sikhem. 37:13 Lalu Israel berkata kepada Yusuf: Bukankah saudara-saudaramu menggembalakan kambing domba dekat Sikhem? Marilah engkau kusuruh kepada mereka. Sahut Yusuf: Ya bapa. 37:17 Maka Yusuf menyusul saudara-saudaranya itu dan didapatinyalah mereka di Dotan. 37:18 Dari jauh ia telah kelihatan kepada mereka. Tetapi sebelum ia dekat pada mereka, mereka telah bermufakat mencari daya upaya untuk membunuhnya. 37:19 Kata mereka seorang kepada yang lain: Lihat, tukang mimpi kita itu datang! 37:20 Sekarang, marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang buas j telah menerkamnya. Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu! 37:21 Ketika Ruben mendengar hal ini, ia ingin melepaskan Yusuf dari tangan mereka, sebab itu katanya: Janganlah kita bunuh dia! 37:22 Lagi kata Ruben kepada mereka: Janganlah tumpahkan darah, lemparkanlah dia ke dalam sumur yang ada di padang gurun ini, tetapi janganlah apa-apakan dia --maksudnya hendak melepaskan Yusuf dari tangan mereka dan membawanya kembali kepada ayahnya. 37:23 Baru saja Yusuf sampai kepada saudara-saudaranya, merekapun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu. 37:24 Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair. 37:25 Kemudian duduklah mereka untuk makan. Ketika mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam dan damar ladan, dalam perjalanannya mengangkut barang-barang itu ke Mesir. 37:26 Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu: Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya? 37:27 Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita. Dan saudara-saudaranya mendengarkan perkataannya itu. 37:28 Ketika ada saudagar-saudagar Midian lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari kisah Yusuf ini, berdasarkan kejadian yang diceritakan dalam Kejadian 37:3-28, adalah: Pertama, iri hati dan cemburu pintu menuju perpecahan. Satu pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah bahaya iri hati dan perasaan cemburu. Ayat 3-4 menggambarkan bagaimana ayah Yusuf, Israel, lebih mengasihi Yusuf dibandingkan anak-anaknya yang lain, yang pada akhirnya menumbuhkan perasaan benci dan iri hati dari saudara-saudara Yusuf. Mereka merasa diperlakukan tidak adil. Ayah mereka memberikan perhatian dan kasih sayang yang lebih banyak kepada Yusuf. Rasa iri hati dan cemburu akhirnya mengganggu keharmonisan hubungan kekeluargaan, dan memicu tindakan kejahatan untuk membunuh Yusuf. Walaupun pada akhirnya Yusuf tidak dibunuh, tetapi iri hati dan kecemburuan telah menghasilkan tindakan kejahatan, yaitu Yusuf dijual ke Mesir dan mereka membohongi ayah mereka bahwa Yusuf telah mati diterkam oleh binatang buas. Kedua, kesulitan dapat mendatangkan berkat berlimpah. Yusuf diperlakukan dengan sangat buruk oleh saudara-saudaranya. Mereka ingin membunuhnya, tetapi Ruben membela Yusuf. Mereka lalu melemparkannya ke dalam sumur dan kemudian ia dijual sebagai budak kepada orang Ismael. Dengan cara itu Yusuf dibawa ke Mesir. Berkat kesetiaan dan kesabarannya, Tuhan mengubah nasibnya menjadi lebih baik. Ketika kelaparan menimpah seluruh negeri, saudara-saudaranya datang menyembahnya seperti mimpi yang ia cerita kepada saudara-saudaranya. Tuhan memakai situasi itu untuk mendatangkan berkat bagi Israel. Kisah Yusuf menekankan satu kebenaran ini sekalipun orang benar menderita di dalam dunia yang jahat dan tidak adil, namun pada akhirnya orang benar akan menang. Kebenaran tidak pernah mati. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |