Halaman Sarifirman

Bacaan Sarifirman

Kembali ke Beranda

No Tanggal Judul Isi Renungan Aksi
1 2025-05-01 Ketaatan kepada Allah Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 1 Mei 2025. Pesta St. Yosef Pekerja. Ketaatan kepada Allah (Kisah Para Rasul 5:27-33). 5:27 Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, 5:28 katanya: Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami. 5:29 Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. 5:30 Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. 5:31 Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. 5:32 Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia. 5:33 Mendengar perkataan itu sangatlah tertusuk hati mereka dan mereka bermaksud membunuh rasul-rasul itu. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 5:27-33. Pertama, ketaatan kepada Allah harus melebihi ketaatan kepada manusia. Petrus dan para rasul ditangkap dan diintimidasi oleh Mahkamah Agama. Ketika ditanya oleh Imam Agung mengapa mereka terus mewartakan Firman Tuhan, Petrus menjawab: “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia” (ayat 29). Jawaban ini menunjukkan keberanian dan komitmen Petrus dan para rasul untuk terus mewartakan Injil walaupun mereka menghadapi tekanan dan larangan dari otoritas keagamaan Yahudi. Mereka berkomitmen untuk taaat kepada Allah dan berani melawan manusia yang menentang kehendak dan rencana Allah. Sikap Petrus dan para rasul untuk mengutamakan Allah, untuk terus mewartakan Injil merupakan teladan yang terus mengajak setiap orang beriman agar setia kepada panggilan untuk menjadi saksi Injil di tengah dunia dengan segala resikonya. Kedua, Yesus adalah Pemimpin dan Juruselamat yang memberi pengampunan. Dalam ayat 31, Petrus menegaskan inti perwartaan mereka: “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri... supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa” (ayat 31). Hanya di dalam nama Yesus adalah keselamatan. Yesus yang disalibkan dan ditinggikan oleh Allah, kini menjadi sumber keselamatan dan pengampunan dosa. Petrus mengundang para pemuka agama Yahudi dan orang Israel kepada pertobatan sejati, yaitu bukan sekadar perubahan sikap lahiriah, tetapi pembaharuan hati, hati yang berbalik kepada Tuhan dan menerima anugerah pengampunan dan keselamatan. Undangan Petrus ditujukan juga kepada setiap pribadi yang membaca firman ini dan percaya kepada Yesus Sang Juruselamat. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
2 2025-05-02 Sukacita dalam penderitaan karena Nama Yesus Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 2 Mei 2025. Sukacita dalam penderitaan karena Nama Yesus (Kisah Para Rasul 5:34-42). 5:34 Tetapi seorang Farisi dalam Mahkamah Agama itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta, supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar. 5:35 Sesudah itu ia berkata kepada sidang: Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini! 5:36 Sebab dahulu telah muncul si Teudas, yang mengaku dirinya seorang istimewa dan ia mempunyai kira-kira empat ratus orang pengikut tetapi ia dibunuh dan cerai-berailah seluruh pengikutnya dan lenyap. 5:37 Sesudah dia, pada waktu pendaftaran penduduk, muncullah si Yudas, seorang Galilea. Ia menyeret banyak orang dalam pemberontakannya, tetapi ia juga tewas dan cerai-berailah seluruh pengikutnya. 5:38 Karena itu aku berkata kepadamu: Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia, tentu akan lenyap, 5:39 tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah. Nasihat itu diterima. 5:40 Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. 5:41 Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. 5:42 Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 5:34-42 adalah: Pertama, Tuhan memakai hikmat dan kebesaran hati orang bijak sebagai sarana untuk mewujudkan rencana-Nya. Dalam ayat 34-39 digambarkan bagaimana Gamaliel, seorang farisi yang bijaksana dan sangat dihormati di dalam Mahkamah Agama Yahudi memberikan nasehat kepada sidang terhormat itu. Gamaliel mengakhiri nasehatnya dengan satu pernyataan yang menyejukkan dan penuh hikmat kebijaksanaan: “...kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat melenyapkan orang-orang ini mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu melawan Allah” (ayat 39). Kenyataan ini menunjukkan bahwa Allah dapat memakai siapa saja, lawan sekalipun sebagai sarana dalam pelaksanaan karya keselamatan-Nya. Selain itu, kenyataan ini merupakan ajakan kepada setiap orang percaya untuk terbuka terhadap cara Allah bekerja. Allah bekerja dengan cara-Nya sendiri yang unik dan kadang tak terduga. Untuk itu, orang percaya diundang untuk memiliki kerendahan hati dan kearifan budi untuk membedakan kehendak Allah dan ambisi manusia. Kedua, sukacita dalam penderitaan karena Nama Yesus. Setelah mendengarkan nasehat penuh hikmat dari Gamaliel, sidang memanggil para rasul, para rasul disesah dan dilarang untuk mengajar dalam Nama Yesus. Namun apa yang terjadi? “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus” (ayat 41). Para rasul justru bergembira dalam penderitaan karena dianggap layak menderita penghinaan oleh Nama Yesus. Mereka menjadi saksi iman yang luar biasa. Kini mereka tidak tawar hati atau mudur, melainkan mereka semakin giat mengajar dan mewartakan Injil. Kisah para rasul ini boleh menjadi inspirasi bagi orang percaya bahwa penderitaan dalam pewartaan atau karena melakukan kebenaran bukanlah kegagalan tetapi sebuah kehormatan berkat kesetiaan kepada Yesus dan merupakan sukacita dalam Nama Yesus. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
3 2025-05-03 Kebangkitan Kristus adalah dasar dan bukti kebenaran Injil Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 3 Mei 2025. Pesta St. Filipus dan Yakobus Rasul. Kebangkitan Kristus sebagai dasar dan bukti kebenaran Injil (1 Korintus 15:1-8). 15:1 Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. 15:2 Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. 15:3 Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, 15:4 bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci 15:5 bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. 15:6 Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. 15:7 Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. 15:8 Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1Korintus 15:1-8 adalah: Pertama, berpegang teguh pada Firman. Rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus mengingatkan orang percaya untu berpegang teguh pada Firman atau Injil yang telah diwartakannya (ayat 1-2). Iman bukanlah sesuatu yang statis, tetapi harus dipelihara terus-menerus. Pewartaan Rasul Paulus telah membuat jemaat di Korintus seperti juga jemaat-jemaat yang lain percaya. Iman umat beriman tumbuh karena mendengar, seperti yang dikatakan sendiri oleh rasul Paulus: “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh Firman Kristus” (Roma 10:17). Iman tidak akan bertahan kalau orang berhenti mendengarkan Firman atau Injil. Untuk itu, setiap orang percaya diundang untuk tetap setia memupuk imannya dengan mendengarkan dan merenungkan Firman Tuhan. Kedua, kebangkitan Kristus adalah dasar dan bukti kebenaran Injil. Injil yang diwartakan para rasul sesungguhnya berita tentang kebangkitan Kristus Tuhan yang bangkit, yang menyelamatkan manusia melalui penderitaan dan wafat-Nya di salib lalu bangkit dari antara orang mati (ayat 3-4). Kebangkitan Kristus merupakan dasar dan bukti kebenaran Injil yang diwartakan para rasul. Rasul Paulus dengan tegas mengatakan: “Kalau Kristus tidak bangkit, maka sia-sialah iman kamu” (1Korintus 15:17). Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
4 2025-05-04 Saksi yang taat dan penuh sukacita Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 4 Mei 2025. Hari Minggu Paskah III Saksi yang taat dan penuh sukacita (Kisah Para Rasul 5:27-32 40b-41). 5:27 Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, 5:28 katanya: Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami. 5:29 Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. 5:30 Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh. 5:31 Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa. 5:32 Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia. 5:40 Mereka memanggil rasul-rasul itu, lalu menyesah mereka dan melarang mereka mengajar dalam nama Yesus. Sesudah itu mereka dilepaskan. 5:41 Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari Minggu ini, Kisah Para Rasul 5:27-32 40-41. Pertama, ketaatan kepada Allah harus melebihi ketaatan kepada manusia. Petrus dan para rasul ditangkap dan diintimidasi oleh Mahkamah Agama. Ketika ditanya oleh Imam Agung mengapa mereka terus mewartakan Firman Tuhan, Petrus menjawab: “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia” (ayat 29). Jawaban ini menunjukkan keberanian dan komitmen Petrus dan para rasul untuk terus mewartakan Injil walaupun mereka menghadapi tekanan dan larangan dari otoritas keagamaan Yahudi. Mereka berkomitmen untuk taaat kepada Allah dan berani melawan manusia yang menentang kehendak dan rencana Allah. Sikap Petrus dan para rasul untuk mengutamakan Allah, untuk terus mewartakan Injil merupakan teladan yang terus mengajak setiap orang beriman agar setia kepada panggilan untuk menjadi saksi Injil di tengah dunia dengan segala resikonya. Kedua, sukacita karena Nama Yesus membawa ketangguhan dalam penderitaan. Sidang Mahkamah Agama memanggil para rasul, para rasul disesah dan dilarang untuk mengajar dalam Nama Yesus. Namun apa yang terjadi? “Rasul-rasul itu meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak menderita penghinaan oleh karena Nama Yesus” (ayat 41). Para rasul justru bergembira dalam penderitaan karena dianggap layak menderita penghinaan oleh Nama Yesus. Mereka menjadi saksi iman yang luar biasa. Kini mereka tidak tawar hati atau mudur, melainkan mereka semakin giat mengajar dan mewartakan Injil. Mereka menjadi saksi kebangkitan Tuhan yang tangguh dan setia. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
5 2025-05-05 Kesetiaan dalam pewartaan Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 5 Mei 2025. Kesetiaan dalam perwartaan (Kisah Para Rasul 6:8-15). 6:8 Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak. 6:9 Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut jemaat orang Libertini--anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari Kirene dan dari Aleksandria--bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal jawab dengan Stefanus, 6:10 tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara. 6:11 Lalu mereka menghasut beberapa orang untuk mengatakan: Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah. 6:12 Dengan jalan demikian mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat mereka menyergap Stefanus, menyeretnya dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama. 6:13 Lalu mereka memajukan saksi-saksi palsu yang berkata: Orang ini terus-menerus mengucapkan perkataan yang menghina tempat kudus ini dan hukum Taurat, 6:14 sebab kami telah mendengar dia mengatakan, bahwa Yesus, orang Nazaret itu, akan merubuhkan tempat ini dan mengubah adat istiadat yang diwariskan oleh Musa kepada kita. 6:15 Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 6:8–15: Pertama, kesetiaan dalam pewartaan. Dalam ayat 8 dikatakan: “Dan Stefanus, yang penuh dengan karunia dan kuasa, mengadakan mujizat-mujizat dan tanda-tanda di antara orang banyak”. Mujizat dan tanda yang dilakukan Tuhan melalui Stefanus, pertama-tama menunjukkan iman dan kesetiaan Stefanus pada Tuhan kedua melalui keduanya Stefanus mewartakan kemuliaan Tuhan yang bangkit. Tuhan mempersenjatai Stefanus dengan karunia dan kuasa, yang memampukannya untuk teguh bertahan dalam iman dan pewartaan walaupun ditantang dan difitnah. Stefanus memberikan keteladanan kesetiaan dalam pewartaan bagi setiap orang percaya. Dunia memang tidak selalu ramah terhadap kebenaran, keadilan dan cinta, namun iman dan kesetiaan pada Tuhan sanggup mengalahkan dunia. Kedua, kemuliaan Allah terpancar dari wajah orang yang dipenuhi Roh Kudus. Dalam ayat 15 digambarkan bagaimana wajah Stefanus sama dengan wajah malaekat: “Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat”. Menariknya, muka seperti muka malaekat itu dilihat oleh semua orang yang ada dalam Mahkamah Agama. Muka seperti muka malekat merupakan tanda kehadiran dan kemuliaan Allah yang menyelimuti Stefanus. Pengalaman Stefanus ini, menyakinkan setiap orang percaya bahwa siapa yang hidup dalam Roh dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan, kemuliaan Tuhan akan dinyatakan melalui dirinya, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Sekali lagi, hal ini terjadi sebab kehadiran dan kemuliaan Tuhan menyelimutinya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
6 2025-05-06 Kasih mengalahkan kebencian Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 6 Mei 2025. Kasih mengalahkan kebencian (Kisah Para Rasul 7:51-:1a). 7:51 Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. 7:52 Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. 7:53 Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya. 7:54 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. 7:55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 7:56 Lalu katanya: Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah. 7:57 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. 7:58 Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. 7:59 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. 7:60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka! Dan dengan perkataan itu meninggallah ia. 8:1a Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Dua pokok permenungan dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 7:51–8:1a adalah: Pertama, ketertutupan hati dan telinga menolah kebenaran. Stefanus menyampaikan seruan kenabiannya dengan amat keras. Stefanus menyebut para pemimpin Yahudi yang hadir dalam Mahkamah Agama sebagai orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga: “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu” (ayat 51). Tidak bersunat hati artinya tidak percaya, tidak taat dan tidak bersunat telinga artinya menutup diri dan tidak menanggapi Firman Allah. Stefanus menegur sikap ketidakpercayaan dan menutup dari para pemimpin agama Yahudi, walaupun mereka menyaksikan banyak mujizat dan tanda. Kedua, kasih Kristus mengalahkan kebencian dan kekerasan. Stefanus dianiaya dan dirajam dengan batu oleh para pembencinya. Namun pada akhir hidupnya, Stefanus berkata: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” (ayat 60). Stefanus membalas kebencian, kutukan dan kekerasan dengan memohon pengampunan Tuhan bagi mereka yang menyakiti, melukai dan membunuhnya. Stefanus belajar pada Sang Guru yang tergantung di salib. Kasih Sang Guru menguasai hatinya sehingga dengan kasih, Stefanus mengampuni semua pembunuhnya. Dalam kasih pengampunan Stefanus menyerhkan dirinya kepada Tuhan. Dalam kasih pengampunan juga Stefanus menyerahkan para pembunuhnya kepada Kerahiman Ilahi. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
7 2025-05-07 Kesetiaan dalam penderitaan membawa sukacita besar Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 7 Mei 2025. Kesetiaan dalam penderitaan membawa sukacita besar (Kisah Para Rasul 8:1-8). 8:1 Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. (8-1b) Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. 8:2 Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat. 8:3 Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. 8:4 Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. 8:5 Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. 8:6 Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. 8:7 Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan. 8:8 Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu. Dua pokok permenungan yang dapat dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 8:1-8 adalah: Pertama, tantangan dan kesulitan merupakan kesempatan untuk mewartakan Injil. Dalam ayat 1-4 dikisahkan bahwa setelah kematian Stefanus jemaat dianiaya dengan sangat hebat, menyakitkan, akan tetapi dalam situasi yang amat genting itu arta Injil tersebar ke luar dari Yerusalem ke Yudea dan Samaria. Apa yang tampak sebagai kekalahan atau kehancuran, dalam rencana Allah menjadi alat penyebaran kabar keselamatan. Peristiwa ini merupakan sebuah pewahyuan bahwa penderitaan atau tekanan tidak selalu berarti kehancuran. Tuhan dapat memakai situasi sulit untuk memperluas karya-Nya dalam dan melalui kita. Kita diajak untuk melihat penderitaan bukan hanya sebagai beban, tapi juga sebagai kesempatan untuk bertumbuh dan bersaksi. Kedua, kesetiaan dalam penderitaan membawa sukacita besar. Tekanan dan penganiayaan yang dilakukan Saulus di Yerusalem menghantar Filipus ke Samaria. Di sana Filipus dengan penuh semangat dan setia mewartakan Kristus yang bangkit. Kesetiaan Filipus dalam mewartakan Kristus menghasilkan buah: banyak orang disembuhkan, dilepaskan dari roh jahat, dan kota dipenuhi dengan sukacita (ayat 7–8). Kesetiaan dalam panggilan, meskipun menghadapi tantangan, akan mendatangkan sukacita sejati, baik bagi kita maupun bagi orang lain. Tuhan bekerja melalui keberanian kita untuk tetap membawa terang di tengah kegelapan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
8 2025-05-08 Peran pembimbing rohani Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 8 Mei 2025. Peran pembimbing rohani (Kisah Para Rasul 8:26-40). 8:26 Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza. Jalan itu jalan yang sunyi. 8:27 Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. 8:28 Sekarang orang itu sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab nabi Yesaya. 8:29 Lalu kata Roh kepada Filipus: Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu! 8:30 Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi Yesaya. Kata Filipus: Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu? 8:31 Jawabnya: Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku? Lalu ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. 8:32 Nas yang dibacanya itu berbunyi seperti berikut: Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. 8:33 Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. 8:34 Maka kata sida-sida itu kepada Filipus: Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain? 8:35 Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya. 8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: Lihat, di situ ada air apakah halangannya, jika aku dibaptis? 8:37 (Sahut Filipus: Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh. Jawabnya: Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.) 8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. 8:39 Dan setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. 8:40 Tetapi ternyata Filipus ada di Asdod. Ia berjalan melalui daerah itu dan memberitakan Injil di semua kota sampai ia tiba di Kaisarea. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 8:26-40. Bacaan yang cukup panjang, yang mengisahkan kesediaan Filipus dalam mendengarkan bimbingan Roh Kudus untuk mendampingi dan membaptis seorang sida-sida, seorang pembesar dan bendahara dari negeri Etiopia. Pertama, mendengar dan taat pada bimbingan Roh Kudus. Dalam ayat 26 – 28 dijelaskan sikap kesiapsediaan Filupus dalam mendengarkan dan taat kepada perkataan malaekat Tuhan dan tunduk pada bimibngan Roh Kudus. Dalam kisah ini, Filipus tidak bertanya, tetapi langsung melakukan apa yang diminta daripadanya. Hal ini menunjukkan bahwa Filipus memiliki keterbukaan hati dan kesiapsediaan untuk dipakai Tuhan dalam situasi apa pun. Keterbukaan hati dan kesiapsediaan merupakan kunci dalam menjalani panggilan pelayanan, waluapun situasi yang dihadapi tidak jelas atau tampak tidak menjanjikan secara manusiawi. Kedua, peran pembimbing rohani. Dalam ayat 30-35 dijelaskan bagaimana Filipus mendekati dan menemukan sida-sida Etiopia yang sedang membaca Kitab Nabi Yesaya. Sida-sida itu mengakui bahwa ia tidak dapat memahami isi bacaan tanpa bimbingan. “Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?” (ayat 31). Kisah ini menunjukkan dan bahkan menekankan betapa pentingnya peran pendampingan rohani, pengajaran, dan komunitas iman dalam memahami firman Tuhan. Perelu dipahami bahwa Injil bukanlah sekadar teks yang dibaca secara pribadi. Injil merupakan pewahyuan yang hidup dan diteruskan dalam relasi Tuhan dan umat-Nya yang membutuhkan pendampingan dari para pembimbing, atau guru iman, atau sesama yang lebih dahulu berjalan bersama Kristus. Pengalaman mereka akan Kristus memperkaya dan menguatkan iman yang baru dan sedang bertumbuh. Setiap orang percaya diundang untuk menjadi pembimbing bagi sesamanya agar dapat berjalan bersama dalam komunitas iman yang benar. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
9 2025-05-09 Anugerah dan kuasa pertobatan Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 9 Mei 2025. Anugerah dan kuasa pertobatan (Kisah Para Rasul 9:1-20). 9:1 Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar, 9:2 dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem. 9:3 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. 9:4 Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku? 9:5 Jawab Saulus: Siapakah Engkau, Tuhan? Kata-Nya: Akulah Yesus yang kauaniaya itu. 9:6 Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat. 9:7 Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun. 9:8 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik. 9:9 Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum. 9:10 Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: Ananias! Jawabnya: Ini aku, Tuhan! 9:11 Firman Tuhan: Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, 9:12 dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi. 9:13 Jawab Ananias: Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. 9:14 Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu. 9:15 Tetapi firman Tuhan kepadanya: Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. 9:16 Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku. 9:17 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus. 9:18 Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis. 9:19 Dan setelah ia makan, pulihlah kekuatannya. (9-19b) Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di Damsyik. 9:20 Ketika itu juga ia memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Berikut dua pokok permenungan dari Kisah Para Rasul 9:1–20: Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 9:1-20 adalah: Pertama, anugerah dan kuasa pertobatan. Saulus adalah orang yang sangat keras menentang ajaran para murid Yesus. Karrena itu ia sangat gigih berusaha mencari, menangkap dan menganiaya para pengikut Kristus. Akan tetapi, dalam perjumpaannya ke Damsyik, Yesus “menangkapnya” menjadi rasul Kristus. Anugerah dan kuasa pertobatan dari Tuhan mengubah hidup Saulus secara radikal. Tuhan mengubah hidupnya secara total. Peristiwa ini menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu jauh dari jangkauan kasih karunia Allah. Kisah pertobatan Saulus menunjukkan bahwa pertobatan sejati tidak hanya mengubah cara berpikir, tetapi juga seluruh arah hidup seseorang. Saulus yang dulunya pengejar, menjadi pemberita Injil. Kedua, menjadi alat Tuhan. Dalam doa, Ananias mendapat penglihatan ia dipanggil oleh Tuhan. Ananias diutus untuk memulihkan dan menyembuhkan Saulus yang buta matanya. Ananias takut dan ragu, sebab Ananias tahu siapa itu Saulus. Dalam situasi dilematis Tuhan tetap memanggil dan mengutusnya. Ananias taat dan menjalankan perintah Tuhan, Saulus sembuh dan menjalani panggilan hidupnya yang baru. Setiap panggilan ada resiko dan ada tantangan. Sering kita takut pada tantangan yang dirasakan terlalu berat, namun ketaatan pada panggilan dan kehendak Tuhan akan memampukan kita untuk menghadapi tantangan itu. Tuhan tidak pernah hanya memberikan beban yang terlalu berat untuk dipikul, tetapi Tuhan juga memberikan bahu yang kuat untuk memikulnya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail
10 2025-05-10 Damai dan pertumbuhan terjadi dalam takut akan Tuhan Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 10 Mei 2025. Damai dan pertumbuhan terjadi dalam takut akan Tuhan (Kisah Para Rasul 9:31-42). 9:31 Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.9:32 Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida. 9:33 Di situ didapatinya seorang bernama Eneas, yang telah delapan tahun terbaring di tempat tidur karena lumpuh. 9:34 Kata Petrus kepadanya: Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu! Seketika itu juga bangunlah orang itu. 9:35 Semua penduduk Lida dan Saron melihat dia, lalu mereka berbalik kepada Tuhan. 9:36 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita--dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. 9:37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas. 9:38 Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: Segeralah datang ke tempat kami. 9:39 Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup. 9:40 Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: Tabita, bangkitlah! Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. 9:41 Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup. 9:42 Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 9:31-42 adalah: Pertama, damai sejahatera tumbuh dalam takut akan Tuhan. Dalam ayat 31 dilukiskan situasi damai sejahtera yang dialami oleh para pengikut Kristus. “Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus” (ayat 31). Ayat ini sesungguhnya menegaskan akan peran Tuhan dalam kehidupan jemaat. Suasana damai dan pertumbuhan jemaat bukanlah hasil usaha manusia semata, melainkan buah dari hidup yang dibangun dalam rasa hormat dan takut akan Tuhan serta penghiburan dari Roh Kudus. Sejatinya Gereja bertumbuh dan dibangun atas dasar spiritualitas takut akan Tuhan, yaitu sikap batin dan kesadaran rohani yang mencerminkan penghormatan, ketaatan, dan rasa kagum yang mendalam kepada Tuhan, yang menumbuhkan kesadaran untuk hidup benar dalam mengabdi Tuhan dan mencintai sesama. Kedua, iman memungkinkan yang tidak mungkin. Tuhan melengkapi pada utusan-Nya dengan iman yang mendalam akan Yesus yang bangkit. Dalam iman itu, Petrus menyembuhkan Eneas dan membangkitkan Dorkas. Di sini jelas, Petrus menyebut nama Yesus dan bertindak dalam iman akan Yesus yang bangkit Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu! Kuasa ilahi bekerja dalam diri orang beriman, dalam diri utusan-Nya yang rendah hati dan taat serta takut akan Tuhan. Hingga kini, Tuhan masih bekerja secara nyata dalam dan melalui umat-Nya yang hidup dalam iman dan takut akan Tuhan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). Lihat Detail