Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 6 Mei 2025. Kasih mengalahkan kebencian (Kisah Para Rasul 7:51-:1a). 7:51 Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu. 7:52 Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu? Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. 7:53 Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan tetapi kamu tidak menurutinya. 7:54 Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, sangat tertusuk hati mereka. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. 7:55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 7:56 Lalu katanya: Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah. 7:57 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. 7:58 Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. 7:59 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. 7:60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka! Dan dengan perkataan itu meninggallah ia. 8:1a Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh.
Renungan :
Dua pokok permenungan dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 7:51–8:1a adalah: Pertama, ketertutupan hati dan telinga menolah kebenaran. Stefanus menyampaikan seruan kenabiannya dengan amat keras. Stefanus menyebut para pemimpin Yahudi yang hadir dalam Mahkamah Agama sebagai orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga: “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu” (ayat 51). Tidak bersunat hati artinya tidak percaya, tidak taat dan tidak bersunat telinga artinya menutup diri dan tidak menanggapi Firman Allah. Stefanus menegur sikap ketidakpercayaan dan menutup dari para pemimpin agama Yahudi, walaupun mereka menyaksikan banyak mujizat dan tanda. Kedua, kasih Kristus mengalahkan kebencian dan kekerasan. Stefanus dianiaya dan dirajam dengan batu oleh para pembencinya. Namun pada akhir hidupnya, Stefanus berkata: “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” (ayat 60). Stefanus membalas kebencian, kutukan dan kekerasan dengan memohon pengampunan Tuhan bagi mereka yang menyakiti, melukai dan membunuhnya. Stefanus belajar pada Sang Guru yang tergantung di salib. Kasih Sang Guru menguasai hatinya sehingga dengan kasih, Stefanus mengampuni semua pembunuhnya. Dalam kasih pengampunan Stefanus menyerhkan dirinya kepada Tuhan. Dalam kasih pengampunan juga Stefanus menyerahkan para pembunuhnya kepada Kerahiman Ilahi. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda