1 |
2025-02-10 |
Semuanya itu baik |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 10 Februari 2025. Peringatan wajib St. Skolastika. Semuanya itu baik (Kejadian 1:1-19). “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap. Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air.’ Maka Allah menjadikan cakrawala dan Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai cakrawala itu langit. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kedua. Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering.’ Dan jadilah demikian. Lalu Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu dinamai-Nya laut. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.’ Dan jadilah demikian. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari ketiga. Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.’ Dan jadilah demikian. Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan juga bintang-bintang. Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keempat.” Bacaan hari ini membawa kita pada sebuah refleksi mendalam tentang kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian, yang menggambarkan bagaimana Tuhan menciptakan alam semesta ini dengan penuh kebijaksanaan dan kesempurnaan. Pada setiap langkah penciptaan, setelah Tuhan menciptakan sesuatu, dikatakan, Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Kalimat ini muncul sebanyak tujuh kali, yang memiliki makna simbolis yang mendalam. Angka tujuh dalam tradisi Alkitab melambangkan kesempurnaan dan penyelesaian, yang menunjukkan bahwa setiap tahap penciptaan ini bukan hanya baik, tetapi juga sempurna dan penuh makna. Apa yang Tuhan ciptakan memang tidak hanya memenuhi kebutuhan dunia fisik, tetapi juga mencerminkan kesempurnaan rencana-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya dan demi kemuliaan-Nya. Ketika Tuhan berkata, semuanya itu baik, Ia sedang menyatakan bahwa ciptaan-Nya adalah cerminan dari sifat-Nya sendiri yang baik. Segala sesuatu yang diciptakan adalah baik karena mencerminkan sifat Tuhan yang mahabaik. Baik, sebab Tuhan menciptakan dunia ini sebagai tempat bagi manusia untuk mengalami dan menikmati sukacita hidup Ilahi. Alam semesta yang diciptakan Tuhan yang baik adalah panggilan bagi setiap pribadi untuk hidup dalam keharmonisan dengan alam, dengan sesama manusia dan dengan Tuhan sendiri. Baik, sebab dunia diciptakan untuk kebaikan manusia dan karena itu harus dirawat untuk kebaikan manusia, bukan malah merusakkannya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
2 |
2025-02-11 |
Panggilan untuk berbela rasa dengan lingkungan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 11 Februari 2025. Pesta Santa Perawan Maria dari Lourdes. Hari Orang Sakit Sedunia. Panggilan untuk berbela rasa dengan lingkungan (Kejadian 1:20-2:4a). “’Berfirmanlah Allah: Hendaklah dalam air berkeriapan makhluk yang hidup, dan hendaklah burung beterbangan di atas bumi melintasi cakrawala.’ Maka Allah menciptakan binatang-binatang laut yang besar dan segala jenis makhluk hidup yang bergerak, yang berkeriapan dalam air, dan segala jenis burung yang bersayap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Lalu Allah memberkati semuanya itu, firman-Nya: ‘Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah serta penuhilah air dalam laut, dan hendaklah burung-burung di bumi bertambah banyak.’ Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari kelima. Berfirmanlah Allah: ‘Hendaklah bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata dan segala jenis binatang liar.’ Dan jadilah demikian. Allah menjadikan segala jenis binatang liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi. Allah melihat bahwa semuanya itu baik. Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’ Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyak penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’ Berfirmanlah Allah: ‘Lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji itulah akan menjadi makananmu. Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya.’ Dan jadilah demikian. Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu. Demikianlah riwayat langit dan bumi pada waktu diciptakan.” Pada ayat 27 dan 28 Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dan memberkati mereka. Kemudian Allah memberi manusia itu menguasai bumi demi kemuliaan Allah dan keberlangsungan hidup keturunan manusia itu. Hal ini berarti: 1) Manusia diberkati untuk beranak cucu dan bertambah banyak. Dengan memberkati manusia, Allah sesungguhnya berkehendak agar manusia membentuk keluarga yang saleh dengan prioritas utama pada pengasuhan anak-anaknya. 2) Manusia diberi tugas untuk mengelolah dunia demi kemuliaan Allah seturut kehendak-Nya. 3) Masa depan bumi ini berada dalam kekuasaan manusia. Manusia harus mengelolah bumi ini bukan hanya untuk dirinya sendiri saat ini, tetapi untuk keturunannya yang akan datang. Pengelolahan bumi yang memikirkan keberlanjutan. Dosa keserakahan dan serba instan akan mendatangkan kehancuran, kegagalan dan penderitaan atas ciptaan Allah, terutama generasi yang akan datang. Rachel Carson menulis buku “Silent Spring”. Dalam buku ini Carson menyajikan keadaan lingkungan yang terganggu oleh pestisida sintetis, terutama DDT (dichlorodiphenyltrichloroethane). Menurut Carson setelah pestisida ini masuk biosfer, DDT tidak hanya membunuh hama tetapi juga memutus ekosistem hama atas rantai makanan yang mengancam burung dan populasi ikan yang pada akhirnya bisa menyebabkan sakit pada anak-anak. Buku Carson ini telah memicu gerakkan Pelestarian Lingkungan. Mari berbela rasa dengan lingkungan demi kebaikan kita saat ini dan demi masa depan generasi yang akan datang. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
3 |
2025-02-12 |
Sebuah Ujian Ketaatan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 12 Februari 2025. Sebuah ujian ketaatan (Kejadian 2:4b-9, 15-17). “Ketika Tuhan Allah menjadikan bumi dan langit, -- belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu-- ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. Lalu Tuhan Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: ‘Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’” Setelah Tuhan menciptakan manusia, Tuhan menempatkan manusia itu di taman Eden yang penuh dengan kebahagiaan dan sukacita. Di tengah-tengah taman yang penuh kebahagiaan itu, Tuhan juga menumbuhkan pohon tentang pengetahuan yang baik dan yang jahat. Tuhan melarang manusia itu untuk makan buah dari pohon itu “janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”. Apa pesan bacaan ini: 1) Melalui perkataan ini, sesungguhnya Tuhan memanggil manusia untuk percaya, untuk beriman. Beriman berarti menyerahkan seluruh hidupnya pada kehendak Tuhan. Iman dan ketaatan merupakan prinsip hubungan antara Manusia dengan Allah di taman Eden. Manusia diingatkan bahwa dia akan mati bila manusia melanggar kehendak Tuhan, yaitu berani memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Orang yang beriman pasti akan taat dan pasti selamat. 2) Perintah Tuhan ini perlu dimaknai sebagai sebuah ujian ketaatan. Manusia ditempatkan pada suatu pilihan antara hidup dan mati. Taat pada kehendak Tuhan berarti memilih untuk hidup, melanggar perintah atau mengabaikan kehendak Tuhan berarti memilih untuk mati. 3). Hidup atau mati terletak di tangan manusia sendiri. Manusia sendirilah yang menentukan masa depannya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
4 |
2025-02-13 |
Manusia: Makhluk Relasional |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 13 Februari 2025. Manusia Makhluk relasional (Kejadian 2:18-25). “Tuhan Allah berfirman: ‘Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.’ Lalu Tuhan Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia. Lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil Tuhan Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: ‘Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.’ Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.” Dalam ayat 18, Allah berfirman bahwa Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia. Manusia yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah adalah manusia yang diciptakan dengan kebutuhan relasional yang mendalam dengan sesama, alam dan dengan Allah sendiri. Menurut gambar dan rupa Allah, Allah yang relasional. Dengan demikian kehidupan relasional merupakan bagian integral dari sifat manusia, yang mencerminkan sifat Allah yang selalu hadir dan terlibat dalam hubungan dengan umat-Nya. Pernyataan ini mengarah pada kenyataan bahwa manusia membutuhkan pendamping yang sepadan. Penulis kitab Kejadian menggunakan kata penolong dengan makna yang lebih dalam dan luas dari sekadar pendamping atau pembantu. Kata Ibrani yang diterjemahkan dengan ‘penolong’ dalam teks ini adalah ezer. Kata ezer sering merujuk pada Tuhan sebagai penolong bagi Israel, umat-Nya. Jadi, penolong yang dimaksudkan di sini bukanlah seorang pembantu yang sekadar menjadi pelengkap, tetapi seseorang yang memiliki peran aktif dalam mendukung, menguatkan, dan menjadi mitra dalam kehidupan bersama. Wanita diciptakan dari rusuk laki-laki untuk menjelaskan bahwa laki-laki dan wanita diciptakan dari unsur yang sama, memiliki keseteraan dengan tujuan untuk saling melengkapi dalam kehidupan bersama. Dalam perkawinan seorang laki-laki dan seorang wanita menjadi satu daging (yaitu, bersatu secara jasmaniah dan rohani). Itu berarti perkawinan ini menolak perzinaan, poligami, homoseksualitas, kehidupan tidak bermoral, dan perceraian. Keduanya laki-laki dan wanita diundang untuk menjadi satu tubuh dalam kebersamaan, dan dalam kolaborasi yang keharmonisan. Pada ayat 25 dikatakan bahwa “keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu. Hal ini mengungkapkan kedalaman keharmonisan yang seharusnya ada dalam relasi antara laki-laki (suami) dan wanita (isteri) dalam keluarga, yaitu: kejujuran, keterbukaan, dan saling menghargai dalam segala aspek kehidupan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
5 |
2025-02-14 |
Terbukalah mata mereka |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 14 Februari 2025. Peringatan wajib Sirilus, Metodius. Terbukalah mata mereka (Kejadian 3:1-8). “Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh Tuhan Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’ Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: ‘Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.’ Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.’ Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.” Dalam bacaan hari ini dikisahkan tentang Hawa atas bujukan ular memetik dan memakan buah terlarang. Hawa juga memberikannya kepada Adam. Setelah mereka makan buah terlarang itu, terjadi perubahan besar pada mereka. Mata mereka terbuka. Mata mereka terbuka merupakan suatu pencerahan yang membawa rasa malu dan ketakutan. Sebelum mereka memakan buah terlarang mereka hidup penuh ketulusan dan kebebasan dalam Tuhan. Akan tetapi setelah mereka melanggar perintah Tuhan, mereka mendapati diri mereka terpisah dari Tuhan. Terbukalah mata mereka berdua, merupakan sebuah kesadaran baru yaitu kesadaran akan dosa dan rasa bersalah, malu, serta ketakutan, kesadaran akan ketidaksempurnaan dan ketidaklayakan mereka di hadapan Tuhan. Kini mereka menyadari bahwa mereka telanjang. Pemandangan tubuh yang telanjang memunculkan rasa malu yang belum pernah ada sebelumnya. Mereka mencoba menutupi ketelanjangan mereka dengan daun pohon ara. Namun upaya tersebut sia-sia. Mereka tidak dapat menutupi kenyataan bahwa hubungan mereka dengan Tuhan telah rusak, dan yang tertinggal hanyalah rasa malu yang membuat mereka terpisah dari Tuhan. Ketelanjangan itu bukan hanya fisik, tetapi juga gambaran betapa rapuhnya mereka di hadapan Tuhan, betapa rentannya manusia tanpa kasih dan petunjuk-Nya. Ketelanjangan menimbulkan rasa bersalah dan kesadaran akan dosa, yang membuat Adam dan Hawa menghindari Allah. Mereka takut dan tidak tenang di hadirat-Nya, sadar bahwa mereka berdosa dan tidak berkenan pada-Nya. Dalam keadaan yang sangat sedih dan memalukan itu, Tuhan datang mencari mereka. Tuhan yang maharahim tidak membiarkan mereka bersembunyi selamanya dalam rasa bersalah dan dosa. Setelah keduanya terjatuh, Tuhan masih mencari mereka di taman itu, menawarkan kesempatan untuk bertobat dan kembali pada-Nya. Tuhan menyediakan suatu jalan untuk membersihkan hati nurani yang bersalah, membebaskan mereka dari dosa, dan memulihkan persekutuan dengan mereka. Dalam Perjanjian Baru jalan pembebasan itu ialah Yesus Kristus, yang merupakan jalan, kebenaran dan hidup. Melalui penebusan yang disediakan Tuhan di dalam Yesus Kristus, orang beriman dapat menghampiri Tuhan untuk menerima kasih, kemurahan, kasih karunia, dan pertolongan-Nya pada waktunya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
6 |
2025-02-15 |
Tuhan menghukum dan mengasihi |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 15 Februari 2025. Tuhan menghukum dan mengasihi (Kejadian 3:9-24) “Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: ‘Di manakah engkau?’ Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang sebab itu aku bersembunyi.’ Firman-Nya: ‘Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?’ Manusia itu menjawab: ‘Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.’ Kemudian berfirmanlah Tuhan Allah kepada perempuan itu: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini?’ Jawab perempuan itu: ‘Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.’ Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: ‘Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’ Firman-Nya kepada perempuan itu: ‘Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.’ Lalu firman-Nya kepada manusia itu: ‘Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu.’ Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup. Dan Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka. Berfirmanlah Tuhan Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.’ Lalu Tuhan Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyalah beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.” Bacaan hari ini menggambarkan situasi manusia yang jatuh ke dalam dosa. Dosa yang dilakukan Adam dan Hawa membawa pemisahan antara manusia dan Tuhan. Suasana hidup penuh keharmonisan dalam hubungan dengan Tuhan di Taman Eden hilang saat mereka melanggar perintah Tuhan. Mereka makan buah dari pohon yang terlarang. Manusia Adam dan Hawa jatuh dalam dosa dan mereka kehilangan kemuliaan Tuhan. Mereka menjadi takut, merasa malu, dan bersembunyi dari Tuhan, ketika Tuhan memanggil manusia itu ‘Di manakah engkau?’ Dengan gemetar Adam menjawab ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang sebab itu aku bersembunyi.’ Jawaban ini yang menunjukkan bahwa dosa memutuskan hubungan manusia dengan Tuhan. Atas pelanggaran tersebut, Tuhan memberikan hukuman, yaitu penderitaan dan kematian. 1) Tuhan mengutuk ular karena telah menyesatkan Hawa. 2) Tuhan memberikan hukuman kepada Hawa, yang akan merasakan kesakitan saat melahirkan anak dan berada dalam ketergantungan kepada suaminya. 3) Adam dihukum dengan kesulitan dalam bekerja dan mencari makan dari tanah yang akan menghasilakan duri dan ilalang. Kehidupan manusia akan dipenuhi dengan penderitaan dan akhirnya dengan kematian. Walaupun manusia berdosa, Tuhan tetap menunjukkan kasih-Nya. Sebagai bentuk kasih-Nya, Tuhan memberikan pakaian kulit kepada mereka untuk menutupi ketelanjangan mereka. Hal ini menunjukkan perhatian dan kasih Tuhan kepada manusia walaupn manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Lebih dari itu, Tuhan menjanjikan keselamatan bahwa keturunan perempuan akan mengalahkan ular. Hal ini terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Tuhan merencanakan keselamatan bagi umat manusia di masa depan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
7 |
2025-02-16 |
Berkat bagi yang mengandalkan Tuhan |
Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 16 Februari 2025. Berkat bagi yang mengandalkan Tuhan (Yeremia 17:5-8). “Beginilah firman Tuhan: Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” Nabi Yeremia dalam bacaan hari ini memberikan gambaran yang jelas tentang dua pilihan yang harus dipilih oleh manusia yaitu percaya kepada manusia atau percaya kepada Tuhan. Pada ayat 5, dengan tegas Tuhan mengutuk manusia yang mengandalkan manusia dan diri sendiri: Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan! Ayat ini merupakan peringatan yang sangat keras bagi manusia untuk tidak menaruh kepercayaan pada kekuatan dan kemampuan manusia, termasuk dirinya sendiri. Sebab kekuatan dan kemampuan manusia itu terbatas, rapuh dan mudah hancur. Nabi Yeremia menyamakan orang yang mengandalkan dirinya sendiri dengan semak bulus di padang belantara, yang tidak pernah mengalami datangnya kebaikan, dan hidup pada tanah tandus dan gersang. Gambaran ini ditujukan kepada mereka yang hidup tanpa Tuhan, berusaha berdiri tegak dengan kekuatan sendiri, namun pada kenyataannya mengalami kesulitan dan kegagalan. Sebaliknya, pada ayat 7 Tuhan memberkati mereka yang mengandalkan Tuhan dan menaruh harapannya pada-Nya. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Orang yang mengandalkan Tuhan diibaratkan seperti pohon yang ditanam di tepi air. Pohon itu memiliki akar yang kuat, menjalar ke dalam air yang memberikan kehidupan. Meskipun cuaca tidak menentu, pohon ini tetap hijau, tidak terganggu dengan panas terik, dan terus menghasilkan buah. Sebuah gambaran yang memperlihatkan kekuatan hidup orang yang mengandalkan Tuhan. Orang yang mengandalkan Tuhan, hidupnya dipenuhi dengan berkat, yang dialami dalam bentuk kedamaian, keteguhan, dan ketangguhan dalam menghadapi masalah hidup. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
8 |
2025-02-17 |
Tanggung jawab terhadap sesama |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 17 Februari 2025. Tanggung jawab terhadap sesama (Kejadian 4:1-15, 25). “Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain maka kata perempuan itu: ‘Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan.’ Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani. Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada Tuhan sebagai korban persembahan Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya maka Tuhan mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Firman Tuhan kepada Kain: ‘Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.’ Kata Kain kepada Habel, adiknya: ‘Marilah kita pergi ke padang.’ Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. Firman Tuhan kepada Kain: ‘Di mana Habel, adikmu itu?’ Jawabnya: ‘Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?’ Firman-Nya: ‘Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah. Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.’ Kata Kain kepada Tuhan: ‘Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku.’ Firman Tuhan kepadanya: ‘Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat.’ Kemudian Tuhan menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapapun yang bertemu dengan dia. Adam bersetubuh pula dengan isterinya, lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya Set, sebab katanya: ‘Allah telah mengaruniakan kepadaku anak yang lain sebagai ganti Habel sebab Kain telah membunuhnya.’” Dalam bacaan hari ini dikisahkan Tuhan menerima persembahan Habel dan tidak mengindahkan persembahan Kain. Habel mempersembahkan korban yang terbaik dari kambing dombanya. Kain mempersembahkan hasil tanahnya. Tetapi mengapa Tuhan hanya menerima persembahan Habel dan tidak menerima persembahan Kain? Jawaban atas pertanyaan ini dapat ditemukan dalam Firman Tuhan kepada Kain ini: ‘Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.’ Kain tidak berbuat baik. Dalam hubungan dengan persembahan yang tidak diindahkan Tuhan, Kain tidak mempersembahkannya dengan tulus hati. Kini dosa mengintip di pintu hati Kain. Kain menjadi iri hati kepada Habel dan kemudian membunuhnya. Tuhan meminta pertanggungjawabannya. Namun Kain mengelah. Pada titik ini, sesungguhnya Tuhan menekankan pentingnya tanggung jawab terhadap sesama menjaga dan melindungi. Orang yang bersih hatinya akan memperhatikan sesamanya. Orang yang hatinya penuh dengan kemarahan akan menghancurkan sesama. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
9 |
2025-02-18 |
Kesempurnaan waktu Tuhan |
“Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. Berfirmanlah Tuhan: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’ Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan. Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Nuh: ‘Masuklah ke dalam bahtera itu, engkau dan seisi rumahmu, sebab engkaulah yang Kulihat benar di hadapan-Ku di antara orang zaman ini. Dari segala binatang yang tidak haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari binatang yang haram satu pasang, jantan dan betinanya juga dari burung-burung di udara tujuh pasang, jantan dan betina, supaya terpelihara hidup keturunannya di seluruh bumi. Sebab tujuh hari lagi Aku akan menurunkan hujan ke atas bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya, dan Aku akan menghapuskan dari muka bumi segala yang ada, yang Kujadikan itu.’ Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Setelah tujuh hari datanglah air bah meliputi bumi.” |
Bacaan hari ini berbicara tentang tiga hal penting ini: Kehancuran dunia akibat dosa manusia (6:5-8), kesetiaan Nuh dalam ketaatan (7:1-5) dan kesempurnaan waktu Tuhan (7:10). 1) Pada bagian pertama dikisahkan tentang keadaan manusia yang penuh dengan kejahatan dan dosa. Dosa dan kejahatan menguasi manusia dan dunia. “Ketika dilihat Tuhan, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah Tuhan, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.” Setelah Tuhan menyesal, Tuhan membuat keputusan tegas yaitu menghukum dunia dengan air bah. 2) Kesetiaan Nuh dalam ketaatan. Dalam ketegas itu, Tuhan juga menunjukkan kasih-Nya terhadap orang yang setia dalam ketaatan. Nuh yang setia mendapat kasih karunia Tuhan. Tuhan memanggil Nuh untuk membangun bahtera yang besar dan memerintahkan Nuh dan keluarganya masuk ke dalam bahtera itu. Dalam situasi ini, Nuh percaya dan taat kepada kehendak Tuhan. Apa pun yang diminta Tuhan dilakukannya dengan setia dalam ketaatan yang ikhlas. Walaupun mungkin situasi sangat tidak mendukung. 3) Kesempurnaan waktu Tuhan. Segala peristiwa terjadi secara sempurna dalam waktunya Tuhan. “Lalu Nuh melakukan segala yang diperintahkan Tuhan kepadanya. Setelah tujuh hari datanglah air bah meliputi bumi”. Setelah tujuh hri air bah datang. Tujuh hari merupakan waktu yang sempurna seturut kehendak Tuhan. Tuhan tidak pernah terlambat untuk memenuhi janji-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
10 |
2025-02-19 |
Kesetiaan Tuhan dalam pemulihan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 19 Februari 2025. Kesetiaan Tuhan dalam pemulihan (Kejadian 8:6-13, 20-22). “Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu. Lalu ia melepaskan seekor burung gagak dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi. Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi. Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera. Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi. Selanjutnya ditunggunya pula tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya burung merpati itu, tetapi burung itu tidak kembali lagi kepadanya. Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup l seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.’” |
Bacaan hari ini terdiri dari tiga hal penting, yaitu penantian dan harapan Nuh (8:6-9), kesetiaan Tuhan dalam pemulihan (8:10-11) dan persembahan syukur dan janji Tuhan. 1) Penantian dan harapan Nuh. Setelah lebih dari 40 hari, Nuh membuka jendela bahtera untuk mengirimkan burung merpati. Burung itu pergi, namun kembali karena tidak menemukan tempat yang layak untuk beristirahat. Hal ini menggambarkan betapa dunia setelah air bah masih kosong dan tanpa kehidupan. Meskipun burung merpati kembali, Nuh tidak putus asa. Ia terus menunggu dan percaya bahwa Tuhan akan memulihkan dunia. Nuh menunjukkan kesabaran dalam penantian, tidak terburu-buru, tetapi tetap berharap pada janji Tuhan. 2) Kesetiaan Tuhan dalam Pemulihan. Ketika merpati kembali dengan daun zaitun, itu menjadi tanda bahwa bumi sudah mulai pulih. Meskipun dunia hancur karena dosa, Tuhan tetap setia memulihkan ciptaan-Nya. Daun zaitun menjadi simbol damai dan pemulihan hubungan antara Tuhan dan umat-Nya. Tuhan tidak membiarkan ciptaan-Nya dalam keadaan rusak selamanya. Meskipun hukuman sudah diberikan, Tuhan tetap menyertai dan mengembalikan kedamaian. Hal ini mengingatkan kita akan kasih dan kesetiaan Tuhan yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya. 3) Persembahan Syukur dan Janji Tuhan. Setelah keluar dari bahtera, Nuh membangun sebuah altar dan mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur atas keselamatan yang diberikan-Nya. Persembahan ini juga menunjukkan rasa hormat Nuh kepada Tuhan dan pengakuan atas kuasa Tuhan yang menyelamatkan. Tuhan menyenangi persembahan Nuh dan berjanji untuk tidak lagi menghukum bumi dengan air bah, meskipun manusia tetap cenderung jahat. Janji ini menunjukkan bahwa kasih Tuhan lebih besar daripada hukuman, dan Tuhan tetap mengasihi umat manusia meskipun dosa terus ada. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |