1 |
2025-01-18 |
Tahta kasih karunia |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 18 Januari 2025. Pembukaan Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristen. (Ibrani 4:12-16). “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab. Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.” Penulis surat kepada jemaat Ibrani menjelaskan tentang Firman Allah yang hidup dan kuat, yang menentukan orang dapat masuk ke dalam perhentian Allah. Firman diibaratkan seperti pedang yang bermata dua, namun lebih tajam dari pedang itu. Pedang Firman menusuk hati nurani manusia untuk memeriksa pikiran dan motivasinya. Pedang Firman yang bermata dua ini dapat memotong yang jahat untuk menyelamatkan manusia atau untuk menghukum manusia dengan kematian kekal. Karena itu tanggapan manusia terhadap Firman Allah seharusnya menghantarnya semakin dekat dengan Yesus, Imam Besar yang menyelamatkan. Hal ini mungkin, sebab Yesus Imam Besar telah turut merasakan kelemahan-kelemahan manusia. Yesus dekat dengan manusia, dan manusia dapat dengan penuh keberanian menghampiri tahta surgawi melalui doa dan permohonan yang disampaikan dengan pengantaraan Yesus Kristus. Melalui Yesus, Tahta surgawi disebut ‘tahta kasih karunia’ sebab tahta tersebut mengalirkan kasih, pertolongan, kemurahan, pengampunan, pencurahan Roh Kudus, karunia-karunia rohani, buah roh, dan semua yang kita perlukan dari Allah. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
2 |
2025-01-19 |
Yang berkenan kepada-Ku |
Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 19 Januari 2025. Yang berkenan kepada-Ku (Yesaya 62:1-5). “Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh. Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu, dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang akan menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh Tuhan sendiri. Engkau akan menjadi mahkota keagungan di tangan Tuhan dan serban kerajaan di tangan Allahmu. Engkau tidak akan disebut lagi ‘yang ditinggalkan suami’, dan negerimu tidak akan disebut lagi ‘yang sunyi’, tetapi engkau akan dinamai ‘yang berkenan kepada-Ku’ dan negerimu ‘yang bersuami’, sebab Tuhan telah berkenan kepadamu, dan negerimu akan bersuami. Sebab seperti seorang muda belia menjadi suami seorang anak dara, demikianlah Dia yang membangun engkau akan menjadi suamimu, dan seperti girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan girang hati atasmu.” Nabi Yesaya dalam bacaaan hari ini berbicara tentang saat kemuliaan dan kebenaran Tuhan meliputi Yerusalem. Pada saat itu umat Tuhan akan hidup di dalam tembok-tembok yang melindungi kota mereka sehingga mereka hidup dalam damai sejehatera dan penuh sukacita. Karena itu orang tidak lagi menyebut umat Tuhan sebagai ‘yang ditinggalkan suami’ dan ‘yang sunyi’ tetapi orang akan menyebut mereka ‘yang berkenan kepada Tuhan’ dan ‘yang bersuami’. Nama-nama ini merupakan tanda perjanjian Tuhan dengan umat-Nya. Hal ini mengingatkan akan Tuhan yang selalu hadir, mendampingi dan mencintai umat-Nya dengan kasih yang tak terhingga. Seperti layaknya seorang mempelai laki-laki yang dengan penuh suka cita menemuni pengantin perempuan, demikianlah Tuhan sangat bersukacita atas umat-Nya. Tuhan menyempurnakan dan memberkati hidup umat-Nya. Dengan demikian, sesungguhnya Tuhan menjadikan seperti mahkota keagungan di tangan-Nya, menjadi saksi kebenaran dan kemuliaan Tuhan di dunia ini. Sehingga kemuliaan Tuhan tidak saja memenuhi Yerusalem, tetapi memenuhi seluruh dunia. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
3 |
2025-01-20 |
Yesus Kristus sebagai Imam Agung |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 20 Januari 2025. Yesus Kristus sebagai Imam Agung (Ibrani 5:1-10). “Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa. Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan, yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri. Dan tidak seorangpun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, tetapi dipanggil untuk itu oleh Allah, seperti yang telah terjadi dengan Harun. Demikian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam Besar, tetapi dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini’, sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain: ‘Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.’ Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.” Bacaan hari ini memberikan penjelasan tentang Yesus Kristus sebagai Imam Agung. Pertama, keabsahan Yesus Kristus sebagai Imam Agung. Menurut bacaan hari ini terdapat dua syarat yaitu 1) Imam harus menujukkan rasa simpati, lemah lembut dan sabar terhadap mereka yang tersesat karena kebodohan, dosa atau kelemahan yang tidak disengaja. 2) Seorang Imam harus diangkat oleh Allah. Yesus Kristus memenuhi syarat ini. Kedua, Karena Yesus memenuhi kedua syarat tersebut, Yesus Kristus memenuhi peraturan Melkisedek. Ketiga, sebagai Imam, Yesus Kristus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis. Sebuah doa permohonan yang lahir dari kesadaran penuh untuk menyelamatkan dunia dan manusia. Hal ini mengingatkan kita akan doa Yesus di taman Getzemani. Keempat, dalam doa yang demikian, Yesus Kristus belajar menjadi taat kepada kehendak Allah. Ketaatan yang menyelamatkan dunia. Ketaatan untuk menderita dan wafat di salib. Kelima, keselamatan abadi yang diperoleh melalui penderitaan Yesus tersedia hanya bagi mereka yang taat kepada-Nya melalui iman. Iman yang menyelamatkan adalah iman yang taat. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
4 |
2025-01-21 |
Pengharapan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 21 Januari 2025. Pesta wajib St. Agnes. Pengharapan (Ibrani 6:10-20). “Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang. Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah. Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya, kata-Nya: ‘Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak.’ Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya. Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.” Bacaan hari ini menjelaskan bahwa Allah telah berjanji kepada Abraham demikian “Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak”. Terhadap pemenuhan janji Allah ini, Abraham menanti dengan penuh kesabaran. Sebab Abraham tahu bahwa Allah tidak pernah ingkar janji, Allah tidak mungkin berdusta. Kekuatan kesabaran Abraham menanti pemenuhan janji Allah terletak pada pengharapannya. “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.” Pengharapan merupakan kekuatan yang aktif, yang memampukan seseorang untuk bertahan sampai pada pencapaian tujuan atau pemenuhan janji. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
5 |
2025-01-22 |
Imamat Sempurna |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 22 Januari 2025. Imamat sempurna (Ibr. 7:1-3,15-17). “Sebab Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja, dan memberkati dia. Kepadanyapun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera. Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya. Dan hal itu jauh lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek, yang menjadi imam bukan berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa. Sebab tentang Dia diberi kesaksian: Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.” Penulis surat kepada orang Ibrani menjelaskan bahwa Melkisedek hidup sezaman dengan Abraham. Melkisedek adalah seorang Kanaan yang menjadi raja Salem dan imam Allah. Melkisedek memberkati Abraham yang baru saja memenangkan peperangan dan sebagai balasnya Abraham memberikan persepuluhan kepadanya. Bagi penulis surat kepada orang Ibrani, Melkisedek menjadi lambang Yesus Kristus yang merupakan Imam dan Raja, seperti yang dikatakannya dalam Ibrani 6:20 tentang keimaman Kristus yaitu menurut peraturan Melkisedek. Pernyataan ini mengandung arti bahwa Kristus sudah ada sebelum dan lebih mulia dari Abraham, Lewi, dan para imam Lewi, yang memiliki imamat abadi, dan tidak pernah berakhir. Imamat Yesus Kristus adalah imamat yang sempurna, sebab Yesus Kristus adalah Putra Allah. Sebagai Putra Allah, Kristus merupakan Imam yang sempurna, yang benar, yang hanya perlu mati satu kali untuk menghapus dosa-dosa manusia. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
6 |
2025-01-23 |
Yang dibutuhkan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 23 Januari 2025. Yang dibutuhkan (Kel. 16:1-5,9-15). “Kata Musa kepada Harun: ‘Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Marilah dekat ke hadapan Tuhan, sebab Ia telah mendengar sungut-sungutmu.’ Dan sedang Harun berbicara kepada segenap jemaah Israel, mereka memalingkan mukanya ke arah padang gurun--maka tampaklah kemuliaan Tuhan dalam awan. Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ‘Aku telah mendengar sungut-sungut orang Israel katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang makan roti maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan, Allahmu.’ Pada waktu petang datanglah berduyun-duyun burung puyuh yang menutupi perkemahan itu dan pada waktu pagi terletaklah embun sekeliling perkemahan itu. Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi. Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: ‘Apakah ini?’ Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata kepada mereka: ‘Inilah roti yang diberikan Tuhan kepadamu menjadi makananmu’.” Setelah bangsa Israel bersungut-sungut terhadap Musa dan Tuhan, Tuhan menunjukkan keagungan-Nya dengan memberi bangsa itu daging dan roti dari langit. Pada waktu senja Tuhan memberi mereka daging dalam bentuk burung puyuh yang berduyun-duyun memenuhi perkemahan bangsa Israel. Pada waktu pagi Tuhan memberikan mereka roti “Inilah roti yang diberikan Tuhan kepadamu menjadi makananmu”. Ini adalah jawaban Musa atas pertanyaan bangsa Israel, “apakah ini?” Kisah ini mengingatkan kita bahwa Tuhan tetap memperhatikan manusia dengan penuh kasih dan memberikan apa yang manusia butuhkan. Tuhan memberikan makanan agar manusia hidup, dan sering manusia tidak tahu apa yang Tuhan berikan “Apakah ini?” Manusia sering menuntut dari Tuhan apa yang mereka inginkan dan bukan apa yang mereka butuhkan. Tuhan paling tahu apa kebutuhan manusia, karena itu Tuhan akan memberikan apa yang manusia butuhkan, bukan yang manusia inginkan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
7 |
2025-02-06 |
Peringatan Wajib St. Paulus Miki. Datang ke Bukit Sion |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 06 Februari 2025. Peringatan wajib St. Paulus Miki. Datang ke Bukit Sion (Ibr.12:18-19,21-24). “Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka. Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: ‘Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar.’ Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.” Penulis surat kepada orang Ibrani berbicara kepada orang-orang percaya bahwa mereka tidak sama dengan bangsa Israel dalam Perjanjian Lama. Ketika di padang gurun bangsa Israel berdiri di hadapan gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala. Mereka mendengar bunyi sangkakala dan suara yang menakutkan karena mereka telah berdosa terhadap Yahweh. Mereka takut kehilangan hidup mereka. Musa pun merasakan ketakutan itu. Hal ini berbeda dengan pengalaman kedekatan orang-orang percaya dengan Tuhan. Kini, orang-orang percaya datang ke Bukit Sion. Mereka datang ke gunung dan kota Allah sebenarnya, tempat Allah berdiam. Di kota Allah, Yerusalem surgawi terdapat situasi kegembiraan, kemeriahan yang dilambangkan dengan beribu-ribu malaikat. Orang-orang percaya dapat sampai ke gunung Tuhan sebab mereka telah dikuduskan dengan darah Yesus Kristus. Dengan ini, penulis surat kepada orang Ibrani menyatakn bahwa orang-orang beriman, yang diselamatkan dan ditebus dengan darah Yesus Kristus akan hidup di hadirat Allah, bila mereka bersedia didik oleh Tuhan dalam kesukaran dan penderitaan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
8 |
2025-02-07 |
Peliharalah kasih persaudaraan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 07 Februari 2025. Peliharalah kasih persaudaraan (Ibrani 13:1-8). “Peliharalah kasih persaudaraan! Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat. Ingatlah akan orang-orang hukuman, karena kamu sendiri juga adalah orang-orang hukuman. Dan ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini. Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah. Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’ Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: ‘Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?’ Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka. Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” Penulis surat kepada orang Ibrani mengingatkan orang beriman untuk senantiasa memelihara kasih persaudaraan. Kasih persaudaraan yang dinyatakan dengan orang-orang yang seiman dan dengan sesama. Menjadi pengikut Kristus merupakan panggilan untuk menyadari bahwa setiap orang terlahir dari rahim belas kasih Allah, Pencipta, Asal dan Tujuan semua orang. Karena itu kasih persaudaraan yang harus dipelihara dan dikembangkan adalah sebuah model kasih persaudaraan yang inklusif, menjangkau dan merangkul semua orang. Penulis surat kepada orang Ibrani menjelaskan wujud kasih persaudaraan yang nyata yaitu: memberi tumpangan kepada orang, mengingat orang-orang hukuman yang artinya memperhatikan mereka, ingat akan mereka yang menjadi korban kesewenang-wenangan, hormat terhadap martabat perkawinan, tidak menjadi hamba uang dan memperhatikan para pemimpin, mereka yang telah memberitakan Firman Allah. Dengan cara ini, penulis surat kepada orang Ibrani ingin agar setiap orang percaya melakukan tindakan nyata dalam mengasihi atau berbuat dan bukan berbicara saja tentang kasih persaudaraan. Penulis surat kepada orang Ibrani menyadari bahwa untuk mewujudkan hal ini, tidaklah gampang. Ada banyak tantangan. Tetapi orang beriman harus yakin bahwa ia tidak jalan sendirian: “Tuhanlah penolongmu”. Mari membangun kasih persaudaraan dalam tindakan nyata. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
9 |
2025-02-08 |
Panggilan kepada ketaatan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 08 Februari 2025. Panggilan kepada ketaatan (Ibrani 13:15-17, 20-21). “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah. Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.” Penulis surat kepada orang Ibrani mengundang setiap orang beriman untuk: 1) bersyukur kepada Allah dengan ucapan bibir, dengan berbuat baik dan dengan memberi bantuan. Tuhan berkenan kepada orang yang berbuat baik dan yang ringan tangan membantu sesama. 2) Taat kepada para pemimpin. Ketaatan dan kesetiaan (tunduk) seorang beriman kepada para pemimpin sebagai orang yang bertanggung jawab atas jiwa-jiwanya harus didasarkan pada ketaatan dan kesetiaan kepada Allah. Artinya, orang beriman pertama-tama, dalam hubungan pribadi dengan Allah, harus taat dan setia kepada Allah. Kedua, seorang beriman yang taat dan setia pasti taat dan setia kepada Gereja katolik yang kudus. Ketiga, seorang beriman yang taat dan setia pasti akan taat dan setia kepada para pemimpinnya. Tentu pemimpin yang terus menjaga jiwa mereka dengan doa-doanya dan dengan teladan hidupnya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |
10 |
2025-02-09 |
Panggilan untuk menguduskan sesama |
Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 09 Februari 2025. Minggu biasa ke-5. Panggilan untuk menguduskan sesama (Yesaya 6:1-2a, 3-8). “Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci. Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang. Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!’ Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itupun penuhlah dengan asap. Lalu kataku: ‘Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam.’ Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: ‘Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.’ Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’” Yesaya mendapat penglihatan dari Tuhan. Dalam penglihat tersebut, Yesaya melihat kemuliaan, keagungan, dan kekudusan Allah. Sifat utama Allah yang dinyatakan kepada Yesaya adalah kekudusan-Nya. Hal ini menunjukkan kesucian watak-Nya, terpisah dari dosa dan menentang semua kejahatan. Kualitas Allah ini menuntut bahwa mereka yang melayani Dia juga harus kudus. Hal ini sangat disadari oleh Yesaya. Yesaya berada di hadapan seluruh kekudusan Allah. Sementara Yesaya sendiri adalah orang yang tidak sempurna dan najis, khususnya najis bibir, yang berkaitan dengan tutur katanya. Yesaya mengalami ketakutan yang amat mencekam, sehingga ia berkata “celakalah aku”, karena Yesaya sadar bahwa akibat melihat Allah berhadapan muka adalah kematian. Namun Allah dengan penuh kerahiman membersihkan mulut dan hatinya dan menjadikan Yesaya layak untuk tetap berada di hadapan-Nya sebagai hamba dan nabi dari Yang Mahakudus, Allah Israel. Allah mengampuni dosa-dosanya dan menyucikan hatinya oleh Roh Kudus. Hal ini terjadi sebab hanya Allah dapat menyediakan kesucian yang dituntut-Nya. Penglihatan ini membuat Yesaya paham dengan baik tentang amanat dan panggilannya sebagai nabi. Yesaya disucikan dan diberi perintah oleh Tuhan untuk menjadi utusan Tuhan kepada umat Israel yang buta, tuli, dan tidak memiliki kepekaan secara rohani. Pada saat Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Yesya dengan penuh keyakinan berseru: ‘Ini aku, utuslah aku!’ Sebuah jawaban yang lahir dari kesadaran akan tanggung jawab untuk menguduskan sesama. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
|
Lihat Detail |