1 |
2025-05-29 |
Permulaan misi Gereja |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 29 Mei 2025. Pesta Yesus Naik Ke Surga. Permulaan misi Gereja (Kisah Para Rasul 1:1-11). 1:1 Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, 1:2 sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. 1:3 Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. 1:4 Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- telah kamu dengar dari pada-Ku. 1:5 Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus. 1:6 Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel? 1:7 Jawab-Nya: Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. 1:8 Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. 1:9 Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. 1:10 Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, 1:11 dan berkata kepada mereka: Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga. |
Dua pokok permenungan yang dapat direnungkan dalam pesta Yesus naik ke surga berdasarkan Kisah Para Rasul 1:1–11: Pertama, permulaan misi Gereja. Peristiwa Yesus naik ke surga yang kita rayakan hari ini merupakan awal dari misi gereja di tengah dunia. Sebelum naik ke surga, Yesus menegaskan bahwa para murid akan menerima kuasa dari Roh Kudus untuk menjadi saksi-Nya, seperti yang tertulis dalam ayat 8: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”. Sejak saat itu Gereja menerima tanggung jawab untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dan menjadi saksi akan kebenaran pemberitaan itu. Inilah misi Gereja sepanjang masa. Kedua, janji akan kedatangan-Nya kembali. Peristiwa kenaikan Yesus ke surga yang kita rayakan hari ini bukanlah sebuah perpisahan yang meninggalkan duka, tetapi sukacita dalam harapan akan janji kedatangan-Nya kembali. Dalam ayat 11 dikatakan: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” Kedua orang yang berpakaian putih (para malaikat) mengingatkan para rasul dan semua orang percaya agar tidak hanya terpaku menatap langit, tetapi tetap hidup dalam pengharapan dan kesiapan menyambut Yesus Kristus yang akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Para rasul dan semua orang percaya adalah peziarah pengharapan. Para peziarah yang merindukan kedatangan Tuhan dalam kemuliaan-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
2 |
2025-06-01 |
Tatapan yang tertuju ke surga |
Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 1 Juni 2025. Minggu Paskah VII. Tatapan yang tertuju ke surga (Kisah Para Rasul 7:55-60). 7:55 Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. 7:56 Lalu katanya: Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah. 7:57 Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu dia. 7:58 Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya. Dan saksi-saksi meletakkan jubah mereka di depan kaki seorang muda yang bernama Saulus. 7:59 Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku. 7:60 Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka! Dan dengan perkataan itu meninggallah ia. |
Bacaan pertama hari ini mengisahkan kesaksian dan kemartiran Stefanus. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 7:55-60: Pertama, tatapan yang tertuju ke surga. Pada ayat 55 tercatat pernyataan ini: “Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.” Dalam penderitaan yang paling hebat, Stefanus mengarahkan pandangannya ke langit. Mata rohaninya tetap tertuju kepada Allah. Stefanus tidak tergoyahkan oleh amarah, kekerasan, keberingasan yang terus berproses merenggut nyawanya. Sebaliknya, Stefanus justru mendapatkan penglihatan ilahi: Yesus berdiri menyambutnya. Dalam Roh Kudus, Stefanus dimampukan untuk melihat kemuliaan surgawi, yang melampaui penderitaan duniawi. Pengalaman Stefanus merupakan panggilan bagi setiap orang percaya untuk tetap setia dalam penderitaan, bertekun saat menghadapi kesulitan sehingga tidak kehilangan iman. Kedua, kasih yang mengampuni. Ketika ajal menjemputnya, Stefanus mengampuni mereka yang merajamnya. “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” (ayat 60). Inilah permohonan terakhir yang disampaikan Stefanus kepada Tuhan. Doa ini telah terlebih dahulu diucapakan Yesus dari atas salib: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34). Stefanus belajar dari Sang Guru, Tuhan yang tersalib dan bangkit dengan jaya. Stefanus belajar untuk tidak membalas kekerasan, kekejaman dengan kutukan atau kebencian, melainkan membalasnya dengan pengampunan. Stefanus menunjukkan kematangan iman dalam bersaksi, dalam kemampuan untuk mengasihi musuh dan menyerahkan penghakiman kepada Allah. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
3 |
2025-06-02 |
Iman: terbuka pada pertumbuhan dan pembaharuan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 2 Juni 2025. iman: terbuka pada pertumbuhan dan pembaharuan (Kisah Para Rasul 19:1-8). 19:1 Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatinya beberapa orang murid. 19:2 Katanya kepada mereka: Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu menjadi percaya? Akan tetapi mereka menjawab dia: Belum, bahkan kami belum pernah mendengar, bahwa ada Roh Kudus. 19:3 Lalu kata Paulus kepada mereka: Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis? Jawab mereka: Dengan baptisan Yohanes. 19:4 Kata Paulus: Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus. 19:5 Ketika mereka mendengar hal itu, mereka memberi diri mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. 19:6 Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. 19:7 Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang. 19:8 Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ dan mengajar dengan berani. Oleh pemberitaannya ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 19:1–8: Pertama, iman: terbuka pada pertumbuhan dan pembaharuan. Ketika bertemu dengan beberapa murid di Efesus Pualus bertanya kepada mereka: Sudahkah kamu menerima Roh Kudus ketika kamu menjadi percaya? (ayat 2). Pertanyaan ini menjelaskan pemahaman Paulus tentang iman. Iman seseorang akan Tuhan Yesus Kristus yang bangkit merupakan sebuah proses atau perjalanan yang terus bertumbuh. Murid-murid di Efesus sudah percaya dan dibaptis dengan baptisan Yohanes namun mereka belum mengenal Roh Kudus. Para murid di Efesus perlu menerima Roh Kudus untuk menjadi saksi kebenaran tentang Yesus Kristus, Tuhan yang bangkit sebagaimana dikatakan dalam Kisah Para Rasul 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjai saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”. Kedua, kuasa Roh Kudus memperlengkapi pelayanan dan kesaksian. Karena itu, Paulus menumpang tangan atas mereka. “Ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat” (ayat 6). Penerimaan Roh Kudus membawa transformasi nyata: para murid diperlengkapi dengan karunia rohani untuk membangun jemaat dan menjadi saksi. Iman sejati berarti percaya dengan seluruh budi, hati dan kehendak serta mengalami kuasa Allah yang hidup, yang memperlengkapi setiap orang percaya untuk bersaksi dan menjadi pelayan bagi sesama. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
4 |
2025-06-03 |
Menjadi pelayan yang setia dan rendah hati dalam segala keadaan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 3 Juni 2025. Pesta wajib St. Karolus Lwanga dkk. Menjadi pelayan yang setia dan rendah hati dalam segala keadaan (Kisah Para Rasul 20:17-27). 20:17 Karena itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus. 20:18 Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka: Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: 20:19 dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. 20:20 Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu 20:21 aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus. 20:22 Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ 20:23 selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. 20:24 Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. 20:25 Dan sekarang aku tahu, bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi, kamu sekalian yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah. 20:26 Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu, bahwa aku bersih, tidak bersalah terhadap siapapun yang akan binasa. 20:27 Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 20:17–27: Pertama, menjadi pelayan yang setia dan rendah hati dalam segala keadaan. Dalam ayat 19, Paulus mengisahkan pengalaman pelayanannya demikian: Dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan... Paulus menunjukkan bahwa seorang pelayan sejati diuji untuk tetap setia dalam penderitaan air mata, dan penjara. Paulus tetap rendah hati dan tidak berhenti memberitakan kebenaran, meskipun menghadapi tantangan yang luar biasa hebat, yang berkali-kali mengancam nyawanya. Pengalaman Paulus ini menunjukkan kepada setiap orang percaya bahwa panggilan melayani Tuhan merupakan panggilan yang menuntut kesetiaan dalam segala situasi dan pasang surut kehidupan. Senantiasa setia untuk menghasilkan buah di sepanjang musim. Kedua, menyelesaikan tugas panggilan sebagai rasul dengan semangat pengorbanan. Dalam ayat 24, Paulus berkata: Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah. Paulus memilih untuk fokus pada penyelesaian tugas yang diberikan Tuhan, walaupun harus menghadapi penderitaan dan bahkan berkali-kali hampir kehilangan nyawanya. Paulus hidup dengan kesadaran misi yang mendalam, yaitu hidup untuk melayani Tuhan dan menunaikan tugas yang diberikan Tuhan hidupnya bukan miliknya sendiri, melainkan milik Kristus yang mengutusnya. Sebuah undangan bagi setiap orang percaya untuk hidup seturut panggilan Tuhan, mempersembahkan hidup demi kehendak Allah yang sejak semula memanggilnya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
5 |
2025-06-04 |
Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 4 Juni 2025. Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima. (Kisah Para Rasul 20:28-38). 20:28 Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. 20:29 Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. 20:30 Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka. 20:31 Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata. 20:32 Dan sekarang aku menyerahkan kamu kepada Tuhan dan kepada firman kasih karunia-Nya, yang berkuasa membangun kamu dan menganugerahkan kepada kamu bagian yang ditentukan bagi semua orang yang telah dikuduskan-Nya. 20:33 Perak atau emas atau pakaian tidak pernah aku ingini dari siapapun juga. 20:34 Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku. 20:35 Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima. 20:36 Sesudah mengucapkan kata-kata itu Paulus berlutut dan berdoa bersama-sama dengan mereka semua. 20:37 Maka menangislah mereka semua tersedu-sedu dan sambil memeluk Paulus, mereka berulang-ulang mencium dia. 20:38 Mereka sangat berdukacita, terlebih-lebih karena ia katakan, bahwa mereka tidak akan melihat mukanya lagi. Lalu mereka mengantar dia ke kapal. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 20:28–38, yang merupakan bagian akhir dari pesan perpisahan Paulus kepada para penatua jemaat di Efesus: Pertama, berjaga dan menjadi gembala yang setia. Dalam ayat 28 Paulus berpesan kepada para penatua Efesus demikian: Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Panggilan pertama seorang penatua adalah menjaga dirinya. Penatua adalah seorang panutan, yang harus menjaga dirinya dari dosa dan keserakhan. Panggilan kedua adalah menjaga seluruh kawanan. Panggilan untuk menggembalakan jemaat. Panggilan ini menuntut tanggung jawab dan kesetiaan. Panggilan ini suci dan berat, karena jemaat yang dipercayakan ke dalam pengembalaan penatua adalah milik Allah yang ditebus oleh darah Kristus. Alasan inilah yang mewajibkan seorang penatua harus menjaga dirinya, supaya suci dan menjadi teladan bagi jemaatnya. Kedua, lebih berbahagia memberi daripada menerima. Dalam hidupnya di tengah jemaat Efesus, Paulus memberikan teladan sebagai seorang pemimpin yang melayani. Dalam ayat 35 dikatakan: Dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima. Paulus menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati nampak dalam pemberian diri. Paulus tidak hanya mengajar dengan kata-kata, tapi dengan teladan hidup: bekerja keras, dan mendahulukan yang lemah. Paulus memberi diri, waktu, perhatian, pengorbanan, dan harta. Dengan cara ini Paulus menujukkan kepada orang percaya bahwa jalan menuju kebahagiaan yang sejati yang telah dilalui Kristus sendiri adalah memberi dan bukan menerima. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
6 |
2025-06-05 |
Integritas batin |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 5 Juni 2025. Pesta wajib St. Bonefasius. Integritas batin (Kisah Para Rasul 22:30 23: 6-11). 22:30 Namun kepala pasukan itu ingin mengetahui dengan teliti apa yang dituduhkan orang-orang Yahudi kepada Paulus. Karena itu pada keesokan harinya ia menyuruh mengambil Paulus dari penjara dan memerintahkan, supaya imam-imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama berkumpul. Lalu ia membawa Paulus dari markas dan menghadapkannya kepada mereka. 23:1 Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah. 23:6 Dan karena ia tahu, bahwa sebagian dari mereka itu termasuk golongan orang Saduki dan sebagian termasuk golongan orang Farisi, ia berseru dalam Mahkamah Agama itu, katanya: Hai saudara-saudaraku, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharap akan kebangkitan orang mati. 23:7 Ketika ia berkata demikian, timbullah perpecahan antara orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki dan terbagi-bagilah orang banyak itu. 23:8 Sebab orang-orang Saduki mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan dan tidak ada malaikat atau roh, tetapi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya. 23:9 Maka terjadilah keributan besar. Beberapa ahli Taurat dari golongan Farisi tampil ke depan dan membantah dengan keras, katanya: Kami sama sekali tidak menemukan sesuatu yang salah pada orang ini! Barangkali ada roh atau malaikat yang telah berbicara kepadanya. 23:10 Maka terjadilah perpecahan besar, sehingga kepala pasukan takut, kalau-kalau mereka akan mengoyak-ngoyak Paulus. Karena itu ia memerintahkan pasukan untuk turun ke bawah dan mengambil Paulus dari tengah-tengah mereka dan membawanya ke markas. 23:11 Pada malam berikutnya Tuhan datang berdiri di sisinya dan berkata kepadanya: Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 22:30–23:11, yang menggambarkan keberanian Paulus di hadapan Mahkamah Agama dan penghiburan ilahi dalam penderitaannya: Pertama, integritas batin: hidup dengan hati nurani yang murni. Ketika dihadapkan dalam pengadilan Mahkamah Agama, Paulus dengan lantang berujar: “Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah” (ayat 1). Seorang saksi Kristus yang sejati tidak akan takut diadili atau ditekan, sebab ia hidup dengan integritas batin yang tulus, hati nurani yang murni di hadap Allah. Ia tidak bergeser dari kebenaran iman yang diyakininya. Paulus percaya akan kebangkitan. Yesus Kristus yang diwartakannya adalah Tuhan yang bangkit dari antara orang mati. Dengan iman yang teguh ini, Paulus dengan berani dan lantang menyatakan keyakinannya akan kebangkitan dan mewartakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang bangkit. Paulus memberi contoh kepada setiap orang percaya untuk hidup dengan hati yang bersih dan tidak takut bersaksi. “Wartakanlah Firman baik atau tidak baik waktunya” (2Timoteus 4:2). Kedua, kuatkanlah hatimu. Dalam ayat 11 dikisahkan Tuhan Yesus datang memberikan peneguhan kepada Paulus. Tuhan Yesus bersabda: “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma”. Pada saat yang paling sulit terancam secara fisik, situasi batin yang kacau, merasa sendirian, Tuhan sendiri datang dan berdiri di sisinya. Tuhan Yesus memberikan penghiburan dan penguatan secara pribadi. Tuhan Yesus terus menopang Paulus menjalankan misinya belum selesai. Tuhan Yesus senantiasa menyertai Paulus. Pengalaman Paulus ini menginspirasi setiap orang percaya untuk menyadari bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan saksi-Nya setia. Tuhan Yesus terus menyertai dan memberi kekuatan setiap orang percaya untuk melanjutkan perjalanan iman. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
7 |
2025-06-06 |
Allah bekerja melalui proses yang sangat manusiawi |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 6 Juni 2025. Pesta St. Norbertus. Allah bekerja melalui proses yang sangat manusiawi (Kisah Para Rasul 25:13-21). 25:13 Beberapa hari kemudian datanglah raja Agripa dengan Bernike ke Kaisarea untuk mengadakan kunjungan kehormatan kepada Festus. 25:14 Karena mereka beberapa hari lamanya tinggal di situ, Festus memaparkan perkara Paulus kepada raja itu, katanya: Di sini ada seorang tahanan yang ditinggalkan Feliks pada waktu ia pergi. 25:15 Ketika aku berada di Yerusalem, imam-imam kepala dan tua-tua orang Yahudi mengajukan dakwaan terhadap orang itu dan meminta supaya ia dihukum. 25:16 Aku menjawab mereka, bahwa bukanlah kebiasaan pada orang-orang Roma untuk menyerahkan seorang terdakwa sebagai suatu anugerah sebelum ia dihadapkan dengan orang-orang yang menuduhnya dan diberi kesempatan untuk membela diri terhadap tuduhan itu. 25:17 Karena itu mereka turut bersama-sama dengan aku ke mari. Pada keesokan harinya aku segera mengadakan sidang pengadilan dan menyuruh menghadapkan orang itu. 25:18 Tetapi ketika para pendakwa berdiri di sekelilingnya, mereka tidak mengajukan suatu tuduhan pun tentang perbuatan jahat seperti yang telah aku duga. 25:19 Tetapi mereka hanya berselisih paham dengan dia tentang soal-soal agama mereka, dan tentang seorang bernama Yesus, yang sudah mati, sedangkan Paulus katakan dengan pasti, bahwa Ia hidup. 25:20 Karena aku ragu-ragu bagaimana aku harus memeriksa perkara-perkara seperti itu, aku menanyakan apakah ia mau pergi ke Yerusalem, supaya perkaranya dihakimi di situ. 25:21 Tetapi Paulus naik banding. Ia minta, supaya ia tinggal dalam tahanan dan menunggu, sampai perkaranya diputuskan oleh Kaisar. Karena itu aku menyuruh menahan dia sampai aku dapat mengirim dia kepada Kaisar. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 25:13–21: Pertama, kesetiaan Paulus menyuarakan kebenaran tentang yesus yang hidup. Dalam ayat 19 dikatakan bahwa orang-orang Yahudi berselisih paham dengan Paulus tentang soal-soal agama dan “tentang seorang bernama Yesus, yang sudah mati, sedangkan Paulus katakan dengan pasti, bahwa Ia hidup”. Paulus ditahan dan diadili karena nama Yesus, yang diwartakannya sebagai Tuhan yang bangkit dari antara orang mati dan hidup. Walaupun berada dalam tahanan dan menghadapi pengadilan di hadapan penguasa Romawi dan Yahudi, Paulus tidak takut dan tidak goyah dalam imannya. Paulus tetap bersaksi bahwa Yesus telah bangkit dan hidup. Paulus menegaskan inti dari iman Kristen, yaitu bukan hanya sekadar ajaran moral, melainkan kebenaran tentang Yesus yang bangkit, hidup dan terus berkarya. Keteguhan Paulus seyogyanya menjadi inspirasi bagi setiap orang percaya untuk tetap menyuarakan imannya dengan penuh keyakinan, walau dalam kondisi sulit atau ditolak oleh dunia. Kedua, Allah bekerja melalui proses yang sangat manusiawi. Ketika orang-orang Yahudi menuntut agar Paulus dihukum, Festus menjawab mreka: “bukanlah kebiasaan pada orang-orang Roma untuk menyerahkan seorang terdakwa sebagai suatu anugerah sebelum ia dihadapkan... dan diberi kesempatan untuk membela diri...” (ayat 16). Festus tetap berpegang pada prinsip keadilan Romawi yang menghargai proses pembelaan diri. Di sini sesungguhnya Tuhan sedang memakai struktur hukum duniawi —bahkan orang-orang yang tidak mengenal Dia —untuk melindungi utusan-Nya, umat-Nya dan menggenapi rencana-Nya. Dengan naik banding ke Kaisar, Paulus membuka jalan baginya untuk bersaksi di Roma, sesuai dengan panggilan Tuhan. Dalam hidup setiap orang percaya, Allah pun bekerja melalui jalur-jalur yang kadang tampak biasa untuk membawa orang percaya kepada tujuan-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
8 |
2025-06-07 |
Kesetiaan dalam pelayanan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 7 Juni 2025. Kesetiaan dalam pelayanan (Kisah Para Rasul 28:16-20 30-31). 28:16 Setelah kami tiba di Roma, Paulus diperbolehkan tinggal dalam rumah sendiri bersama-sama seorang prajurit yang mengawalnya. 28:17 Tiga hari kemudian Paulus memanggil orang-orang terkemuka bangsa Yahudi dan setelah mereka berkumpul, Paulus berkata: Saudara-saudara, meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita atau terhadap adat istiadat nenek moyang kita, namun aku ditangkap di Yerusalem dan diserahkan kepada orang-orang Roma. 28:18 Setelah aku diperiksa, mereka bermaksud melepaskan aku, karena tidak terdapat suatu kesalahanpun padaku yang setimpal dengan hukuman mati. 28:19 Akan tetapi orang-orang Yahudi menentangnya dan karena itu terpaksalah aku naik banding kepada Kaisar, tetapi bukan dengan maksud untuk mengadukan bangsaku. 28:20 Itulah sebabnya aku meminta, supaya aku melihat kamu dan berbicara dengan kamu, sebab justru karena pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini. 28:30 Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu ia menerima semua orang yang datang kepadanya. 28:31 Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus. |
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 28:16–20, 30–31: Pertama, kesetiaan Paulus dalam pelayanan. Dalam ayat 20 dijelaskan alasan mengapa Paulus dibelenggu. “...sebab justru karena pengharapan Israellah aku diikat dengan belenggu ini.” Sementara dalam ayat 30-31 dijelaskan kegiatan palayanan Paulus selama berada dalam tahanan di Roma: “Paulus tinggal dua tahun penuh... menerima semua orang... memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.” Selama di Romo, Paulus ditahan dan dibelenggu, tetapi Paulus tidak menyerah. Paulus tetap setia pada panggilannya: menyambut semua orang, memberitakan Injil, dan mengajar tanpa takut. Ini adalah kesaksian luar biasa bahwa keterbatasan fisik atau situasi hidup tidak menjadi penghalang bagi karya Allah. Justru dalam kondisi sulit, terang Injil dapat bersinar lebih jelas melalui kesetiaan seorang pewarta. Kedua, ketulusan dalam mengasihi. Paulus tetap dengan penuh ketulusan mengasihi orang-orang sebangsanya, orang Yahudi. Dalam nada mengadu Paulus berkata: “Meskipun aku tidak berbuat kesalahan terhadap bangsa kita... namun aku ditangkap...” (ayat 17). Kemudian dilanjutkan pada ayat 19: “...bukan dengan maksud untuk mengadukan bangsaku”. Dalam penggalan ayat-ayat ini, Paulus menunjukkan kerendahan hati dan kasih yang besar kepada bangsanya, meskipun bangsanya sendiri yang menolaknya dan menyebabkan dia ditahan. Paulus tidak menyimpan dendam, melainkan tetap membuka diri untuk berdialog dan menyatakan imannya bahwa ia mewarta Yesus Kristus, Tuhan yang bangkit sebagai pengharapan umat Israel sendiri. Dengan cara ini Paulus menginspirasi setiap orang percaya untuk tetap dengan tulus mengasihi sesama, terutama pada saat disalahpahami atau diperlakukan tidak adil. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
9 |
2025-06-08 |
Roh Kudus menghadirkan kesatuan dalam keberagaman |
Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 8 Juni 2025. Pesta Pentekosta. Roh Kudus menghadirkan kesatuan dalam keberagaman (Kisah Para Rasul 2:1-11). 2:1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2:2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk 2:3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. 2:5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 2:6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. 2:7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 2:8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: 2:9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 2:10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 2:11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. |
Dua pokok permenungan tentang keutamaan Pentakosta yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 2:1–11: Pertama, Roh Kudus menghadirkan kesatuan dalam keberagaman. Pada hari Pentakosta, para rasul dipenuhi oleh Roh Kudus. Seketika terjadilah mujizat ini: Roh Kudus menyatukan semua orang dari pelbagai latar belakang. Roh Kudus menghadirkan kesatuan dalam keberagaman. Hal ini dilukiskan dengan amat baik dalam ayat 4-11. Para rasul dapat berbicara dalam berbagai bahasa. Orang banyak heran, bingung dan tercengang mendengar para rasul berbicara dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua menangkap pesan yang disampaikan oleh para rasul. Kisah ini menyakinkan setiap orang percaya bahwa Roh Kudus berkarya pada semua kelompok, bangsa, bahasa, dan budaya. Pentakosta merupakan peristiwa pemulihan dari perpecahan (seperti yang terjadi di Menara Babel, Kejadian 11:1-9) kepada persatuan dan menandai awal Gereja yang bersifat universal. Kedua, Roh Kudus memberi kuasa untuk bersaksi. Sebelum naik ke surga, Yesus berjanji: “Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8). Janji Tuhan Yesus kini terpenuhi. Para rasul yang sebelumnya takut lalu bersembunyi, setelah dipenuhi Roh Kudus, berubah menjadi pemberita Injil yang berani dan penuh kuasa. Mereka mulai memberitakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (ayat 11) kepada semua orang tanpa rasa takut. Pentakosta menjadi pengingat bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi Kristus. Keberanian dan kemampuan untuk mewartakan Injil bukan berasal dari kemampuan pribadi, melainkan dari kuasa Roh Kudus. Pentakosta adalah saat pembaharuan misi: Roh Kudus mendorong setiap orang percaya untuk keluar dari zona nyaman dan bersaksi tentang Kristus Tuhan yang bangkit di tengah dunia. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr). |
Lihat Detail |
10 |
2025-06-09 |
Makna kehadiran Santa Perawan Maria dalam sejarah keselamatan |
Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 9 Juni 2025. Pesta Wajib Santa Perawan Maria Bunda Gereja. Makna kehadiran Santa Perawan Maria dalam sejarah keselamatan (Kejadian 3:9-1520). 3:9 Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: Di manakah engkau? 3:10 Ia menjawab: Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang sebab itu aku bersembunyi. 3:11 Firman-Nya: Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu? 3:12 Manusia itu menjawab: Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan. 3:13 Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: Apakah yang telah kauperbuat ini? Jawab perempuan itu: Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan. 3:14 Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. 3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya. 3:20 Manusia itu memberi nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu semua yang hidup. |
Hari ini kita merenungkan peran istimewa Santa Perawan Maria sebagai Bunda Gereja, dalam terang kisah kejatuhan manusia pertama dalam Kitab Kejadian. Di tengah kisah dosa dan kesalahan, Allah tetap menunjukkan kasih-Nya kepada manusia dan menjanjikan keselamatan. Dua pokok permenungan yang dapat menolong kita memahami makna kehadiran Santa Perawan Maria dalam sejarah keselamatan berdasarkan bacaan hari ini, Kejadian 3:9–15, 20: Pertama, Maria, Hawa Baru: jalan menuju ketaatan dan keselamatan. Dalam Kejadian bab 3 dikisahkan tentang kejatuhan manusia pertama Adam dan Hawa. Hawa menjadi simbol kejatuhan karena ketidaktaatan. Dalam situasi kejatuhan ini, Allah tetap mencintai manusia dan atas dasar cinta itu Allah menjanjikan keturunan dari seorang perempuan yang akan menghancurkan kuasa dosa (Kej. 3:15). Janji ini digenapi dalam diri Santa Perawan Maria. Santa Perawan Maria menjadi Hawa baru — bukan pembawa dosa, tetapi pembawa Sang Penebus. Melalui ketaatannya kepada kehendak Allah, Santa Perawan Maria membuka jalan bagi karya keselamatan. |
Lihat Detail |