Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 19 Juli 2025. Malam berjaga-jaga (Keluaran 12:37- 42). 12:37 Kemudian berangkatlah orang Israel dari Raamses ke Sukot, kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak. 12:38 Juga banyak orang dari berbagai-bagai bangsa turut dengan mereka lagi sangat banyak ternak kambing domba dan lembu sapi. 12:39 Adonan yang dibawa mereka dari Mesir dibakarlah menjadi roti bundar yang tidak beragi, sebab adonan itu tidak diragi, karena mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat berlambat-lambat, dan mereka tidak pula menyediakan bekal baginya. 12:40 Lamanya orang Israel diam di Mesir adalah empat ratus tiga puluh tahun. 12:41 Sesudah lewat empat ratus tiga puluh tahun, tepat pada hari itu juga, keluarlah segala pasukan TUHAN dari tanah Mesir. 12:42 Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Keluaran 12:37–42: Pertama, kebebasan yang mendesak. Dalam ayat 39 dilukiskan situasi bangsa Israel ketika keluar dari Mesir: ...adonan itu tidak diragi, karena mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat berlambat-lambat... Pembebasan dari Mesir dan kebebasan yang diterima bangsa Israel datang dengan tiba-tiba dan tanpa kompromi. Bangsa Israel tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan bekal. Roti mereka tidak sempat diragi. Mereka harus segera keluar dari Mesir. Mereka tidak lagi mempertimbangakan banyak hal. Yang penting mereka keluar dari Mesir dan bebas. Hak ini merupakan sebuah inspirasi yang menarik bagi setiap orang percaya. Pada saat Tuhan membuka pintu keluar dari kesulitan dan/atau dosa, setiap orang percaya diundang untuk menanggapinya dalam ketaatan yang cepat. Menunda untuk taat dapat berarti kehilangan kesempatan untuk bebas dari perbudakan batin, kebiasaan berdosa, atau ikatan duniawi. Setiap orang percaya dapat belajar dari bangsa Israel untuk menanggapi momen ketika Tuhan berkata: “Sekarang waktunya untuk pergi.” Kedua, malam berjaga. Dalam ayat 42 dikisahan: Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN... Pernyataan ini sungguh mengejutkan. Tuhan yang tidak pernah lelah atau mengantuk digambarkan sebagai pribadi yang berjaga demi umat-Nya. Bagi saya, “malam berjaga-jaga bagi TUHAN” merupakan momen keintiman dan perlindungan ilahi. Tuhan sang Pembebas sendiri berdiri tegak di malam tergelap untuk membawa umat-Nya keluar dari penindasan Mesir. “Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN.” Bangsa Israel diminta untuk mengenang malam itu turun-temurun, tidak saja sebagai sejarah pembebasan dari Mesir, tapi sebagai sebuah pola hidup, yaitu hidup dalam kesadaran bahwa Tuhan selalu berjaga. Sebuah inspirasi dan undangan agar setiap orang percaya ikut berjaga menanti, waspada, dan setia, karena setiap orang percaya adalah pezirah pengharapan, yang sedang dalam perjalanan menuju Tuhan sendiri. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda