Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 21 Juni 2025. Pesta wajib Santo Aloisius Gonzaga. Jika aku lemah, maka aku kuat (2 Korintus 12:1-10). 12:1 Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. 12:2 Aku tahu tentang seorang Kristen empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. 12:3 Aku juga tahu tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya-- 12:4 ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. 12:5 Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku. 12:6 Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku. 12:7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 12:8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 12:10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 2 Korintus 12:1–10: Pertama, pengalaman rohani. Dalam ayat 1-5, Paulus menceritakan pengalaman rohaninya yang luar biasa melihat pengangkatan ke Firdaus dan mendengar kata-kata surgawi. Penglihatan itu yang merupakan pengalaman rohani istimewa bagi Paulus tidak membuat Paulus membanggakan dirinya. Dalam ayat 5, Paulus berkata: “Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.” Paulus memilih untuk menjaga kerendahan hatinya. Kedua, dalam kelemahan, kuasa Kristus menjadi nyata dan sempurna. Dalam ayat 8, Paulus memohon agar ia dibebaskan dari iblis yang menggodanya untuk menyombongkan diri. Namun dalam ayat 9 Tuhan memberi jawaban yang amat bagus: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Atas jawab itu, Paulus memilih bermegah dalam kelemahannya, karena di dalam kelemahan itulah kekuatan sejati dari Kristus bekerja sempurna. Dengan cara ini, Paulus menunjukkan kepada setiap orang percaya bahwa kelemahan bukan halangan untuk mengalami kuasa Tuhan, tetapi justru menjadi tempat di mana kasih karunia Allah dialami secara paling nyata. Dunia memuliakan kekuatan dan keunggulan, tetapi Allah memuliakan hati yang bergantung penuh kepada-Nya. Semoga setiap orang percaya dapat berseru bersama Paulus: “Jika aku lemah, maka aku kuat” (ayat 10). Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda