Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 04 Maret 2025. Muliakan Tuhan dengan kemurahan (Sirakh 35:1-12) “Barangsiapa memenuhi hukum Taurat mempersembahkan banyak korban, dan orang yang memperhatikan segala perintah menyampaikan korban keselamatan. Orang yang membalas kebaikan mempersembahkan korban sajian dan yang memberikan derma menyampaikan korban syukur. Yang direlai oleh Tuhan ialah menjauhi kejahatan, dan menolak kelaliman merupakan korban penghapus dosa. Jangan tampil di hadirat Tuhan dengan tangan yang kosong, sebab semuanya wajib menurut perintah. Persembahan orang jujur melemaki mezbah, dan harumnya sampai ke hadapan Yang Mahatinggi. Tuhan berkenan kepada korban orang benar, dan ingatannya tidak akan dilupakan. Muliakanlah Tuhan dengan kemurahan, dan buah bungaran di tanganmu janganlah kausedikitkan. Sertakanlah muka yang riang dengan segala pemberianmu, dan bagian sepersepuluh hendaklah kaukuduskan dengan suka hati. Berikanlah kepada Yang Mahatinggi berpadanan dengan apa yang la berikan kepadamu, dengan murah hati dan sesuai dengan hasil tanganmu. Sebab Dia itu Tuhan pembalas, dan engkau akan dibalas-Nya dengan tujuh lipat. Jangan mencoba menyuap Tuhan, sebab tidak diterima-Nya, dan janganlah percaya pada korban kelaliman! Sebab Tuhan adalah Hakim, yang tidak memihak.”
Renungan :
Tiga pokok permenungan yang dapat ditemukan dalam bacaan hari ini. Pertama, keberanian memenuhi perintah Tuhan dengan hati ikhlas. Dalam ayat 1-2 dijelaskan tentang resiko memenuhi hukum Tuhan, yaitu pengorbanan. Untuk dapat berkorban dibutuhkan keberanian. Untuk memenuhi hukum Tuhan manusia harus berani mempersembahkan apa yang dimilikinya. Pemberian dalam bentuk persembahan atau derma haruslah dilakukan dengan sukacita dan dengan ketulusan hati. Tidak dengan terpaksa. Tuhan menginginkan keikhlasan, sebab pemberian merupakan ungkapan rasa syukur untuk segala kebaikan yang telah diterima dari Tuhan, bukan karena kewajiban. Kedua, korban penghapus dosa. Pada ayat 3 disebutkan “Yang direlai oleh Tuhan ialah menjauhi kejahatan, dan menolak kelaliman merupakan korban penghapus dosa”. Dalam ayat ini disampaikan bahwa korban yang paling baik dan diterima oleh Tuhan adalah sikap hidup yang menjauhi kejahatan dan menentang atau menolak kelaliman. Sikap ini dipandang sebagai korban penghapus dosa. Adalah sesuatu yang tidak mudah untuk hidup murni, jauh dari kejahatan dan bebas dari kelaliman. Untuk hidup murni dan hidup dalam kebenaran dibutuhkan pengorbanan dan penyangkalan diri terus menerus. Pengorbanan ini dimaknai sebagai korban penghapus dosa. Pengorbanan ini paling disukai Tuhan, sebab hal ini merupakan wujud pertobatan sejati, di mana manusia mempersembahkan diri sepenuhnya untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ketiga, mengharagai dan memuliakan Tuhan dengan sukacita dan kesungguhan. Dalam ayat 7-8 dikatakan: “Muliakanlah Tuhan dengan kemurahan, dan buah bungaran di tanganmu janganlah kausedikitkan. Sertakanlah muka yang riang dengan segala pemberianmu, dan bagian sepersepuluh hendaklah kaukuduskan dengan suka hati.” Dalam kedua ayat ini dijelaskan bahwa sesungguhnya Tuhan tidak menginginkan persembahan yang dilakukan hanya karena kewajiban semata, tetapi Tuhan suka orang yang memberi dengan sukacita dan dengan kemurahan hati. Pemberian yang diberikan dengan sukacita dan murah hati merupakan ungkapan syukur dan sukacita atas berkat dan rahmat yang telah diterima. Tuhan memberi berkat dengan murah hati, maka sepantasnyalah manusia bermurah hati dalam memberi persembahan, seperti yang dinyatakan dalam aya 9: “Berikanlah kepada Yang Mahatinggi berpadanan dengan apa yang la berikan kepadamu, dengan murah hati dan sesuai dengan hasil tanganmu”. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda