Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 11 September 2025. Hidup sebagai ibadah dan ibadah sebagai gaya hidup (Kolose 3:12-17). 3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. 3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. 3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. 3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kolose 3:12–17: Pertama, kasih sebagai pengikat. Dalam ayat 14 dikatakan: Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Ayat ini menyoroti bahwa kasih bukan karakter rohani tambahan, melainkan pengikat utama yang menyatukan dan menyempurnakan semuanya. Seperti kancing terakhir yang membuat pakaian tertutup rapi, kasih adalah elemen terakhir namun paling penting dalam busana rohani orang percaya. Tanpa kasih, semua karakter seperti belas kasihan, kelemahlembutan, dan kesabaran menjadi tidak utuh dan menjadi performa moral semata, bukan manifestasi Kristus. Kasih menyatukan karena kasih melampaui keadilan dan membangun kesatuan yang tidak dapat diwujudkan oleh kekuatan manusia. Kedua, hidup sebagai ibadah dan ibadah sebagai gaya hidup. Dalam ayat 16-17 dikatakan: Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu.....dan segala sesuatu yang kamu lakukan... lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur... Kedua ayat ini mengundang orang percaya untul melihat kehidupannya sebagai ibadah yang berkelanjutan, di mana firman Kristus bukan hanya dipelajari, tetapi diam (berakar, tinggal, dan menguasai) dalam keseharian. Hasilnya adalah kehidupan yang dipenuhi dengan pengajaran, nyanyian rohani, dan yang paling penting: ucapan syukur dalam segala sesuatu, termasuk hal biasa dan rutinitas kecil. Kekatolikan bukanlah soal ibadat hari Minggu, tetapi soal bagaimana orang percaya bicara, berpikir, dan bertindak setiap hari dalam situasi apa pun. Saat Firman tinggal di dalam diri orang percaya, maka hidup luar orang percaya menjadi pancaran Kristus. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda