Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 16 September 2025. Peringatan wajib St. Kornelius dan St. Siprianus. Rumah: ttempat latihan kepemimpinan (1Timoteus 3:1-13). 3:1 Benarlah perkataan ini: Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah. 3:2 Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, 3:3 bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, 3:4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. 3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? 3:6 Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. 3:7 Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. 3:8 Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, 3:9 melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. 3:10 Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. 3:11 Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. 3:12 Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. 3:13 Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1 Timotius 3:1–13: Pertama, kepemimpinan sebagai panggilan menjadi cermin Allah. Dalam ayat 1, Paulus menulis: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” Paulus menyebut jabatan penilik itu “indah” bukan karena kuasa atau kehormatan yang menyertainya, melainkan karena pemimpin Gereja adalah tanda hidup Kristus di tengah umat-Nya. Menjadi penilik atau diaken berarti memikul salib pelayanan yang sunyi, bukan naik ke panggung kekuasaan. Dalam dunia yang memuja pencitraan dan ambisi, godaan untuk menjadikan kepemimpinan sebagai alat kekuasaan sangat besar. Karena itu Paulus menekankan syarat-syarat moral yang jelas: bukan pemarah, bukan hamba uang, bukan penggemar anggur, melainkan pendamai dan cakap mengajar. Karena pemimpin bukan hanya dilihat oleh umat, tetapi mewakili Kristus yang tak terlihat. Kedua, rumah sebagai tempat latihan kepemimpinan. Dalam ayat 5 Paulus menulis: “Jika seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimana ia dapat mengurus Jemaat Allah?” Ayat ini membongkar ilusi umum bahwa pelayanan adalah soal keterampilan publik. Menurut Paulus, integritas pemimpin diuji pertama-tama di dalam keluarganya. Kepemimpinan Gereja bukan dilatih di mimbar, tapi di meja makan bukan saat khotbah, tapi saat mendidik anak bukan hanya saat dilihat umat, tapi saat tak seorang pun menonton.di sini setiap orang percaya diingatkan bahwa tidak ada panggilan besar dalam Gereja yang tidak berakar pada kesetiaan dalam kehidupan kecil. Tuhan tidak mencari pemimpin yang sempurna, tapi yang jujur, sabar, dan setia dalam hal-hal tersembunyi. Hidup rohani bukanlah sesuatu yang terpisah dari kehidupan sehari-hari. Justru di sanalah, dalam pergumulan menjadi ayah/ibu, suami/istri, setiap orang percaya sedang dibentuk menjadi pelayan Kristus yang sejati. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda