Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 14 September 2025. Minggu biasa ke-24. Di tengah jalan (Bilangan 21:4-9). 21:4 Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. 21:5 Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak. 21:6 Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. 21:7 Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami. Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. 21:8 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup. 21:9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan I hari ini, Bilangan 21:4–9: Pertama, di tengah jalan. Dalam ayat 14 dikatakan: “...maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan.” Dalam perjalanan panjang menuju tanah perjanjian, bangsa Israel menghadapi kelelahan jiwa yang mendalam. Mereka kehilangan kesabaran, karena keadaan yang ekstrem dan hati mereka telah kehilangan arah dan pengharapan. Dalam keletihan itu, mereka mulai menyalahkan Tuhan dan Musa, meskipun sebelumnya mereka telah menyaksikan mukjizat demi mukjizat yang dilakukan Tuhan. Menarik untuk direnungkan di sini, frase “di tengah jalan”. Perjalanan bangsa Israel menuju tanah terjanji merupakan perjalanan rohani. Dalam hidup rohani, sering terjadi bahwa “di tengah jalan” merupakan tempat paling berbahaya bukan di awal saat penuh semangat, atau di akhir saat harapan mulai tampak. Di tengah jalan, godaan untuk bersungut-sungut dan menyerah bisa terasa paling berat. Godaan untuk bertekun dalam iman atau menyerah dan mengakhiri perjalanan. Kedua, ular tembaga. Dalam ayat 18 dikatakan: “...maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” Tuhan tidak langsung menghilangkan ular-ular tedung itu. Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga, yang mereupakan simbol dari apa yang menyebabkan kematian, dan menaruhnya di tiang. Kesembuhan datang ketika orang yang dipagut ular tedung memandang ular tembaga. Kesembuhan datang saat orang dengan jujur memandangn realitas luka dan dosa dalam terang kasih kerahiman Allah. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda