Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 6 Oktober 2025. Tuhan bekerja dalam ketidaktaatan Yunus (Yunus 1:1-17 2:10). 1:1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: 1:2 Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku. 1:3 Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. 1:4 Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. 1:5 Awak kapal menjadi takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke dalam laut segala muatan kapal i itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur dengan nyenyak. 1:6 Datanglah nakhoda mendapatkannya sambil berkata: Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita, sehingga kita tidak binasa. 1:7 Lalu berkatalah mereka satu sama lain: Marilah kita buang undi, supaya kita mengetahui, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena undi. 1:8 Berkatalah mereka kepadanya: Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau? 1:9 Sahutnya kepada mereka: Aku seorang Ibrani aku takut akan TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah menjadikan lautan dan daratan. 1:10 Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu berkata kepadanya: Apa yang telah kauperbuat? --sebab orang-orang itu mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan TUHAN. Hal itu telah diberitahukannya kepada mereka. 1:11 Bertanyalah mereka: Akan kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi, sebab laut semakin bergelora. 1:12 Sahutnya kepada mereka: Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu. 1:13 Lalu berdayunglah orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat, tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka. 1:14 Lalu berserulah mereka kepada TUHAN, katanya: Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti yang Kaukehendaki. 1:15 Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. 1:16 Orang-orang itu menjadi sangat takut kepada TUHAN, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi TUHAN serta mengikrarkan nazar. 1:17 Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. 2:10 Lalu berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Yunus 1:1–2:10: Pertama, antara kebebasan pribadi dan kedaulatan Tuhan. Dalam ayat 3 tertulis: “Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.” Yunus memilih melarikan diri dari panggilan Tuhan, seolah-olah kehendaknya sendiri dapat membatalkan rencana ilahi. Namun justru dalam pelariannya, Yunus tidak kehilangan Tuhan. Tuhan memburunya, tidak dengan murka, tetapi dengan kasih penuh kerahiman melalui proses pemurnian dalam badai, ketakutan, dan keterasingan dalam perut ikan. Pengalaman Yunus mengajarkan bahwa Tuhan tidak hanya memanggil, tetapi juga mengejar. Bahkan dalam ketidaktaatan kita, Tuhan tetap hadir, kadang dalam bentuk badai yang menyadarkan, atau perut ikan yang mengurung kita untuk merenung. Apakah kita melihat penderitaan sebagai hukuman, atau sebagai kesempatan untuk kembali pada jalan Tuhan? Kedua, kesadaran akan dosa pribadi dan pengaruhnya terhadap orang lain. Dalam ayat 12 dikatakan: “Sahutnya kepada mereka: ‘Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu’.” Yunus menyadari bahwa badai yang menimpa seluruh kapal adalah akibat dosanya secarra pribadi. Seperti yang dikatakan dalam ayat 12 di atas: “Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.” Sebuah pengakuan yang langka, yang lahir dari kesadaran diri akan dosa pribadi yang berdampak pada orang lain. Dalam dunia yang saling terhubung, pilihan dan dosa pribadi tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi bisa menimbulkan badai bagi orang lain. Yunus memilih untuk mengorbankan dirinya agar yang lain selamat. Di dalam ketidaktaatan Yunus, Tuhan bekerja. Yunus menjadi alat penyertaan Tuhan bagi para pelaut. Para pelaut akhirnya percaya dan mempersembahkan korban kepada TUHAN. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda