Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 1 Oktober 2025. Pesta St. Teresia dari Kanak-Kanak Yesus. Transformasi melalui kepedihan (Yesaya 66:10-14). 66:10 Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya! 66:11 supaya kamu mengisap dan menjadi kenyang dari susu yang menyegarkan kamu, supaya kamu menghirup dan menikmati dari dadanya yang bernas. 66:12 Sebab beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan. 66:13 Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu kamu akan dihibur di Yerusalem. 66:14 Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang, dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat maka tangan TUHAN akan nyata kepada hamba-hamba-Nya, dan amarah-Nya kepada musuh-musuh-Nya.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Yesaya 66:10–14: Pertama, Yerusalem sebagai Wajah Keibuan Allah. Dalam ayat 13 dikatakan: “Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu.” Di tengah dunia yang keras, bising, dan sering penuh luka, Allah menampilkan diri-Nya sebagai ibu yang menggendong, menyusui, dan membelai. Inilah gambaran kelembutan dan keintiman yang menjadi wujud kekuatan ilahi. Secara implisit, Yesaya mengundang setiap orang percaya untuk mengenali sisi keibuan Allah, yang tidak hanya melindungi tapi juga menyegarkan jiwa. Dalam Yerusalem, yang bisa dimaknai sebagai simbol komunitas, tempat ibadah, atau relasi dengan Allah sendiri, setiap orang percaya diundang untuk menyusu dan menjadi kenyang. Artinya, setiap orang percaya perlu kembali ke sumber kasih yang murni dan membiarkan diri dipelihara tanpa rasa malu. Kedua, transformasi melalui kepedihan. Dalam ayat 10 dikatakan: “Bersorak-soraklah... hai semua orang yang berkabung karenanya!” Ayat ini memberi janji luar biasa: mereka yang berkabung atas Yerusalem akan bersukacita bersamanya. Ayat ini menunjukkan bahwa ratapan yang tulus atas kehancuran, dosa, dan luka adalah jalan menuju sukacita yang murni. Sukacita datang dengan merangkul dan menghadapi luka bersama Allah yang menyelamatkan. Yerusalem pernah hancur, tetapi dari reruntuhannya, Allah menjanjikan aliran keselamatan seperti sungai yang tak pernah kering. Luka komunitas menjadi tempat kelahiran penghiburan Allah. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda