Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 27 September 2025. Peringatan wajib St. Vinsensius a Paulo. HUT tahbisan ke-27. Tembok api dan kemuliaan (Zakharia 2:1-5,10-11). 2:1 Aku melayangkan mataku dan melihat: tampak seorang yang memegang tali pengukur. 2:2 Lalu aku bertanya: Ke manakah engkau ini pergi? Maka ia menjawab aku: Ke Yerusalem, untuk mengukurnya, untuk melihat berapa lebarnya dan panjangnya. 2:3 Dan sementara malaikat yang berbicara dengan aku itu maju ke depan, majulah seorang malaikat lain mendekatinya, 2:4 yang diberi perintah: Berlarilah, katakanlah kepada orang muda yang di sana itu, demikian: Yerusalem akan tetap tinggal seperti padang terbuka oleh karena banyaknya manusia dan hewan di dalamnya. 2:5 Dan Aku sendiri, demikianlah firman TUHAN, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya. 2:10 Bersorak-sorailah dan bersukarialah, hai puteri Sion, sebab sesungguhnya Aku datang dan diam di tengah-tengahmu, demikianlah firman TUHAN 2:11 dan banyak bangsa akan menggabungkan diri kepada TUHAN pada waktu itu dan akan menjadi umat-Ku dan Aku akan diam di tengah-tengahmu. Maka engkau akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Zakharia 2:1–5, 10–11: ukuran manusia tidak relevan bagi Allah. Dalam ayat 2 dikatakan: Ke Yerusalem, untuk mengukurnya, untuk melihat berapa lebarnya dan panjangnya... Dalam ayat ini setiap orang percaya diajak untuk merenungkan kegagalan manusia dalam memahami rencana Allah dengan cara-cara manusiawi. Orang muda yang memegang tali pengukur itu ingin memahami Yerusalem dalam batas fisik panjang dan lebar. Namun, Tuhan segera mengutus malaikat-Nya untuk menyatakan bahwa Yerusalem akan menjadi kota tanpa tembok sebuah padang terbuka yang penuh kehidupan, yang tak bisa diukur dengan alat manusia. Yerusalem menjadi lambang kehidupan yang tak terbatas ketika Allah menjadi tembok berapinya (ayat 5). Hidup manusia yang benar-benar dilindungi adalah hidup yang dibakar oleh kehadiran Tuhan. Kedua, tembok api dan kemuliaan. Dalam ayat 5 dikatakan: Aku sendiri... akan menjadi tembok berapi baginya... dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya. Dalam ayat ini digambarkan dua aspek kehadiran Tuhan: perlindungan dari luar, dan kemuliaan dari dalam. Tembok api selain menjadi penghalang bagi orang yang masuk, juga merupakan simbol kekuatan dan kekudusan ilahi. Sementara kemuliaan di dalamnya menunjukkan bahwa pusat kehidupan umat bukan lagi struktur kota atau institusi, tetapi kehadiran Allah itu sendiri. Pesan yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa Tuhan tidak hanya menjaga orang percaya dari luar, tetapi menjadi inti kehidupan orang percaya. Ketika orang percaya membiarkan Tuhan tinggal di tengah-tengahnya, hidup tidak hanya aman, tapi juga memancarkan kemuliaan yang menarik banyak bangsa (ayat 11). Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda