Kesalehan palsu dan dosa sosial
...

Kesalehan palsu dan dosa sosial

Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 21 September 2025. Minggu biasa ke-25. Kesalehan palus dan dosa sosial (Amos 8:4-8). 8:4 Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini 8:5 dan berpikir: Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu, 8:6 supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut dan menjual terigu rosokan? 8:7 TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka! 8:8 Tidakkah akan gemetar bumi karena hal itu, sehingga setiap penduduknya berkabung? Tidakkah itu seluruhnya akan naik seperti sungai Nil, diombang-ambingkan dan surut seperti sungai Mesir?

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambilk dari bacaan pertama hari ini, Amos 8:4-8: Pertama, kesalehan palsu. Dalam ayat 5 dikatakan: “Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum, dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu...” Ayat ini mengungkap kemunafikan spiritual: orang-orang ini secara lahiriah mengikuti perayaan keagamaan seperti bulan baru dan hari Sabat, namun hati mereka tidak tertuju kepada Tuhan, melainkan kepada keuntungan pribadi. Mereka tidak menantikan hari Sabat untuk menyembah Allah, tetapi menunggu agar hari itu segera berlalu, agar mereka dapat kembali berbisnis dengan cara curang. Nabi Amos dengan tegas mengatakan bahwa kesalehan sejati bukan soal ritual, tetapi soal hati yang benar di hadapan Allah, termasuk dalam urusan ekonomi dan relasi sosial. Dalam konteks dunia dewasa ini, seruan Amos memperingatkan setiap orang percaya yang menjadikan ibadah sebagai pelarian emosional sambil tetap menindas sesama. Kedua, dosa sosial. Dalam ayat 7-8 dikatakan: “TUHAN telah bersumpah… Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka! Tidakkah akan gemetar bumi karena hal itu…?” Kedua ayat ini menegaskan bahwa dosa sosial bukan hanya pelanggaran terhadap sesama, tetapi juga terhadap Allah sendiri. Ketika orang-orang kuat menindas yang lemah “membeli mereka karena uang, menukar manusia dengan sepasang kasut”, Tuhan tidak tinggal diam.Tuhan bersumpah bahwa ketidakadilan akan dibalas, dan akibatnya tidak kecil: bumi akan berguncang, rakyat akan berkabung, dan murka Tuhan akan mengalir seperti banjir. Seruan Amos ini sangat sesuai dengan konteks dunia zaman ini yang sarat dengan eksploitasi: ketimpangan sosial, perdagangan manusia, ketidakadilan ekonomi. Banyak orang merasa aman karena sistem berpihak pada mereka, tetapi Tuhan melihat, mencatat, dan akan menegakkan keadilan-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda