Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 20 September 2025. Menyembah Sang Terang yang tak terhampiri (1Timoteus 6:13-16). 6:13 Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu: 6:14 Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya, 6:15 yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. 6:16 Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1 Timotius 6:13-16: Pertama, hidup dalam kesetiaan murni. Dalam ayat 13 Paulus menulis: “Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu...” Di sini, Paulus meminta Timotius untuk setia dan melakukannya di hadapan Allah. Ini adalah sebuah peringatan bahwa kehidupan iman merupakan kesetiaan batin di hadapan Sang Pemberi hidup dan bukanlah pertunjukan publik. Dalam kehidupan sehari-hari, orang percaya sering mencari pengakuan, pujian, atau validasi dari sesama. Dalam bacaan hari ini, Paulus mengarahkan setiap orang untuk memusatkan hidup di hadapan Allah, yang melihat hingga ke dalam hati, yang memberi hidup, dan yang menilai kesetiaan manusia dari kemurnian ketaatan dan bukan dari keberhasilan lahiriah. Yesus sendiri, saat berdiri di hadapan Pontius Pilatus, tidak mundur dari kebenaran, meski konsekuensinya adalah salib. Kesetiaan sejati diuji di saat genting dan di situlah nilai sebuah ikrar atau komitmen spiritual ditemukan: ketika seseorang tetap berdiri di atas kebenaran, meski itu harus dibayar mahal. Kedua, menyembah Sang Terang yang tak terhampiri. Dalam ayat 16 Paulus menulis: “Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri... manusia tidak dapat melihat Dia.” Ayat ini mengajak setiap orang percaya untuk memandang Allah sebagai Pribadi yang agung, kudus, dan tidak bisa dijangkau oleh logika manusia semata. Allah tidak bisa “dikendalikan” atau “dimasukkan dalam kotak” oleh dogma, ritual, atau ekspektasi manusia. Allah adalah Terang yang tak terhampiri, transenden, mulia dan juga immanen. Dalam dunia yang mengandalkan rasio dan praktik-praktis, orang percaya dapat tergoda untuk hanya percaya pada apa yang bisa diukur, dilihat, atau dibuktikan. Namun Paulus mengingatkan: Allah bukan objek yang bisa dimanipulasi atau dikendalikan, tetapi pribadi ilahi yang layak disembah dengan hormat dan kekaguman yang kudus. Menyembah Allah berarti mengakui keterbatasan manusia, dan dengan rendah hati tunduk pada kehendak-Nya yang kadang tidak dapat dimengerti. Itulah sikap iman sejati: bukan sekadar memahami Tuhan, tetapi mempercayai-Nya, bahkan saat orang percaya tidak melihat jalan-Nya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda