Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Jumat, 19 September 2025. Cinta uang (1Tim. 6:2c-12). 6:2 Jika tuan mereka seorang percaya, janganlah ia kurang disegani karena bersaudara dalam Kristus, melainkan hendaklah ia dilayani mereka dengan lebih baik lagi, karena tuan yang menerima berkat pelayanan mereka ialah saudara yang percaya dan yang kekasih. (6-2b) Ajarkanlah dan nasihatkanlah semuanya ini. 6:3 Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat--yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus--dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, 6:4 ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, 6:5 percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan. 6:6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. 6:7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. 6:8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. 6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. 6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. 6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. 6:12 Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1Timoteus 6:2-12: Pertama, ibadah sejati. Dalam ayat 5 Paulus menulis: “Yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan...” Pada zaman sekarang, godaan untuk memakai hal-hal rohani demi keuntungan pribadi sangat besar. Ada orang yang menjadikan pelayanan sebagai panggung, gereja sebagai tempat bisnis, bahkan kebaikan sebagai investasi sosial. Paulus memperingatkan: orang yang seperti ini telah kehilangan kebenaran. Mereka menggantikan arti ibadah yang seharusnya merupakan wujud kasih dan ketaatan kepada Tuhan, menjadi kesempatan untuk mendapatkan berkat duniawi. Ibadah sejati adalah hidup yang sepenuhnya terarah kepada Allah, yang disertai rasa cukup dan syukur. Menurut Paulus, itulah yang memberi keuntungan besar secara batiniah. Kedua, cinta uang. Dalam ayat 10 Paulus menulis: “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang...” Manusia membutuhkan uang untuk hidup, membiayai keluarga, bahkan melayani Tuhan. Tetapi yang menjadi masalah adalah semangt cinta akan uang, yaitu saat hati manusia mulai merasa bahwa uang memberi rasa aman lebih dari Tuhan. Paulus menyebut bahwa karena memburu uang, ada orang yang tersesat dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai duka. Mengejar kekayaan bisa membuat seseorang terus merasa kurang, gelisah, iri, bahkan memanipulasi orang lain. Yesus pernah berkata, Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Jika tidak waspada, cinta uang akan diam-diam mencuri tempat Tuhan di hati orang percaya. Hari ini, Tuhan menantang setiap orang percaya untuk mengejar kekayaan sejati, yaitu karakter, kasih, kesetiaan, dan hidup yang kekal. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda