Kebijakssanaan Ilahi
...

Kebijakssanaan Ilahi

Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 7 September 2025. Minggu biasa ke-23. Kebijaksanaan Ilahi (Kebijaksanaan 9:13-18). 9:13 Manusia manakah dapat mengenal rencana Allah, atau siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan? 9:14 Pikiran segala makhluk yang fana adalah hina, dan pertimbangan kami ini tidak tetap. 9:15 Sebab jiwa dibebani badan yang fana, dan kemah dari tanah memberatkan budi yang banyak berpikir. 9:16 Sukar kami menerka apa yang ada di bumi, dan dengan susah payah kami menemukan apa yang ada di tangan, tapi siapa gerangan telah menyelami apa yang ada di sorga? 9:17 Siapa gerangan sampai mengenal kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan, dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus? 9:18 Demikianlah diluruskan lorong orang yang ada di bumi, dan kepada manusia diajarkan apa yang berkenan pada-Mu, maka oleh kebijaksanaan mereka diselamatkan.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan pertama hari ini, Kebijaksanaan Salomo 9:13–18: Pertama, keterbatasan pikiran manusia. Dalam ayat 19 dikatakan: “Manusia manakah dapat mengenal rencana Allah, atau siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan?” Aayat ini membawa kita ke inti pengalaman manusia yaitu keterbatasan akal budi. Ayat ini membawa kita pada kerendahan hati eksistensial. Pikiran manusia mampu menjelajah bintang dan prediksi masa depan, namun tak sanggup mengetahui rancangan Tuhan. Kesadaran ini membuka jalan kepada hikmat yang sejati—yaitu sikap tunduk dan percaya, bukan pada kemampuan diri, melainkan pada penyataan kasih dan kebijaksanaan Allah. Inilah jalan iman: percaya bahwa hanya dalam Tuhan kita bisa melihat arah hidup yang benar. Kedua, kebijaksanaan Ilahi. Dalam ayat 17 dikatakan: “Siapa gerangan sampai mengenal kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan, dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus?” Ayat ini menegaskan bahwa hikmat ilahi bukanlah hasil pikiran manusia, tetapi buah dari anugerah ilahi, yakni melalui Roh Kudus yang diutus dari atas. Kitab Kebijaksanaan menegaskan bahwa jalan yang benar diluruskan oleh Tuhan sendiri. Kebijaksanaan di sini bukan sekadar kecerdasan, melainkan karunia spiritual yang membuka hati untuk melihat realitas sebagaimana Tuhan melihatnya: dengan kasih, dengan keadilan, dengan pengharapan. Hal ini meerupakan undangan untuk hidup dalam ketergantungan yang aktif pada Roh Kudus, mengizinkan-Nya menuntun pengambilan keputusan, membentuk cara pandang, dan mengarahkan langkah kita setiap hari. Dari dua pokok permenungan ini, kita diajak menyadari bahwa: 1) pikiran manusia terbatas, dan itu bukan kelemahan, melainkan undangan untuk percaya. 2) Kebijaksanaan sejati hanya datang dari Roh Kudus, bukan dari dunia atau diri sendiri. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda