Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 6 September 2025. Bertekun dalam iman di tengah guncangan dunia (Kolose 1:21-23). 1:21 Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, 1:22 sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. 1:23 Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kolose 1:21–23: Pertama, transformasi radikal oleh kasih yang menyelamatkan. Dalam ayat 21 tertulis: “Kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran, seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat...” Ayat ini menyentuh inti dari realitas terdalam manusia: bahwa sebelum mengenal Kristus, kita bukan hanya jauh dari Allah, tetapi juga memusuhi-Nya secara aktif, baik secara sadar maupun tidak. Paulus menyampaikan hal ini bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyadarkan: bahwa permusuhan dengan Allah bukan hanya soal perbuatan jahat secara moral, tapi lebih dalam itu, yaitu sikap hati dan pola pikir yang menolak otoritas dan kasih Allah. Pada titik terendah manusia ini di kedalaman keterpisahan itu, Kristus hadir, bukan dengan hukuman, tetapi dengan pendamaian. Ia masuk ke dalam tubuh manusiawi, mengalami penderitaan, dan mati, bukan karena kita layak, tetapi supaya kita dijadikan kudus, tak bercela, tak bercacat di hadapan-Nya. Inilah misteri kasih yang tidak bersyarat dan transformasi spiritual yang radikal: dari pemberontak menjadi anak dari najis menjadi kudus dari musuh menjadi sahabat. Ini bukan hanya perubahan moral, tetapi “metamorphosis” identitas. Kedua, bertekun dalam iman di tengah guncangan dunia. Dalam ayat 23 Paulus menulis: “Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil...” Ayat ini mengingatkan orang percaya bahwa keselamatan bukan hanya titik awal, melainkan jalan yang harus terus dijalani dengan ketekunan dan keteguhan iman. Paulus sadar bahwa dunia akan selalu coba menggoyahkan pengharapan Injil, entah melalui penderitaan, godaan, ideologi sesat, atau ketidakpastian hidup. Secara psikologis dan spiritual, manusia cenderung mencari kestabilan, kenyamanan dan ketika hidup terguncang, ada godaan untuk mencari pegangan lain selain Kristus. Tetapi Paulus menegaskan bahwa pengharapan sejati hanya ada dalam Kristus, yang sudah menebus, bukan dalam kenyamanan dunia atau pencapaian pribadi. Kata “jangan mau digeser” menyiratkan bahwa iman bisa perlahan terkikis, bukan selalu karena krisis besar, tapi karena kelalaian kecil, kompromi sehari-hari, atau kehilangan fokus. Maka diperlukan iman yang berakar, bukan sekadar emosional, tetapi reflektif, kokoh, dan berpegang teguh pada kebenaran Injil. Permenungan ini mengingatkan kita bahwa kasih Kristus bukan hanya menyelamatkan kita dari masa lalu, tetapi juga memberi kekuatan untuk menapaki masa depan dengan iman yang teguh. Dari musuh menjadi kudus, dari rapuh menjadi teguh—semua karena kasih yang dinyatakan di salib. “Tetaplah bertekun, tetap teguh, dan jangan bergoncang—karena pengharapan Injil adalah jangkar jiwa yang tidak akan pernah mengecewakan.” Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda