Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 31 Agustus 2025. Minggu biasa ke-22. Pekerjaan yang sopan dan hati yang terbuka: wujud nyata kebijaksanaan sehari-hari (Sirakh 3:17-18,20,28-29). 3:17 Lakukanlah pekerjaanmu dengan sopan, ya anakku, maka engkau akan lebih disayangi dari pada orang yang ramah-tamah. 3:18 Makin besar engkau, makin patut kaurendahkan dirimu, supaya kaudapat karunia di hadapan Tuhan. 3:20 Sebab besarlah kekuasaan Tuhan, dan oleh yang hina-dina la dihormati. 3:28 Kemalangan tidak menyembuhkan orang sombong, sebab tumbuhan keburukan berakar di dalam dirinya. 3:29 Hati yang arif merenungkan amsal, dan telinga pendengar merupakan idaman orang bijak.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Sirakh 3:17–29: Pertama, kerendahan hati. Dalam ayat 18 dikatakan: “Makin besar engkau, makin patut kaurendahkan dirimu, supaya kaudapat karunia di hadapan Tuhan.” Pada ayat 20 diberikan pendasaran mengapa orang perlu rendah hati. “Sebab besarlah kekuasaan Tuhan, dan oleh yang hina-dina Ia dihormati.” Dalam logika dunia, semakin tinggi posisi seseorang, semakin tinggi pula ekspektasi akan pengaruh, pengakuan, dan kekuasaan yang ditunjukkan. Kitab Sirakh membalik logika itu: semakin besar, semakin rendah hati. Keagungan sejati terletak pada sejauh mana engkau rela menundukkan diri di hadapan Tuhan dan sesama. bukan pada berapa banyak yang tunduk kepadamu. Tuhan tidak mencari kebesaran yang bersinar di mata manusia, tetapi hati yang bersedia mengosongkan diri agar dipenuhi oleh kasih dan kehendak-Nya. Dalam kerendahan Tuhan menyatakan kehadiran dan karunia-Nya. Orang besar menurut dunia untuk menghormatinya karena jabatan, tapi orang rendah hati dihormati oleh Tuhan sendiri. Kerendahan hati: jalan sunyi yang mengangkat manusia ke hadapan Tuhan”. Kedua, pekerjaan yang sopan dan hati yang terbuka: wujud nyata kebijaksanaan sehari-hari. Dalm ayat 17 dikatakan: “Lakukanlah pekerjaanmu dengan sopan, ya anakku, maka engkau akan lebih disayangi dari pada orang yang ramah-tamah.” Selanjutnya dalam ayat 28-29 dikatakan: “Kemalangan tidak menyembuhkan orang sombong, sebab tumbuhan keburukan berakar di dalam dirinya. Hati yang arif merenungkan amsal, dan telinga pendengar merupakan idaman orang bijak.” Sikap sopan dalam bekerja mungkin tampak sepele atau biasa-biasa saja, tetapi dalam hikmat Sirakh, hal itu lebih bernilai daripada keramahan yang dangkal. Mengapa? Karena kesopanan dalam tindakan menunjukkan kedalaman karakter, bukan sekadar riasan luaran saja. Ini adalah bentuk hormat terhadap sesama, terhadap pekerjaan itu sendiri, dan terhadap Tuhan yang memberi tugas. Di sisi lain, Sirakh memperingatkan orang sombong dengan sangat keras: bahkan kemalangan tak mampu menyadarkan mereka karena akar keburukan sudah tumbuh atau mengakar di hati. Artinya, pembelajaran rohani tidak akan terjadi jika hati tertutup. Orang bijak bukan hanya membaca amsal, tapi juga merenungkannya dan membuka telinga terhadap kebenaran, walaupun hal itu mungkin sangat pahit. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda