Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 30 Agustus 2025. Hidup tenang (1Tesalonika 4:9-11). 4:9 Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah. 4:10 Hal itu kamu lakukan juga terhadap semua saudara di seluruh wilayah Makedonia. Tetapi kami menasihati kamu, saudara-saudara, supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya. 4:11 Dan anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan, seperti yang telah kami pesankan kepadamu.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1 Tesalonika 4:9–12: Pertama, kasih yang dijalani dalam ketekunan. Dalam ayat 9–10 Paulus berkata: “Tentang kasih persaudaraan tidak perlu dituliskan kepadamu... kamu sendiri telah belajar kasih mengasihi dari Allah... Tetapi kami menasihati kamu... supaya kamu lebih bersungguh-sungguh lagi melakukannya.” Di sini Paulus memuji jemaat Tesalonika yang telah belajar kasih dari Allah dan bukan hanya dari pengajaran manusia. Walaupun kasih itu sudah nyata dalam tindakan mereka, Paulus tetap mendorong mereka untuk lebih bersungguh-sungguh lagi. Sebuah pesan amat mendalam yang harus terus disadari bahwa kasih sejati tidak pernah berhenti. Dalam kehidupan rohani, keberhasilan bukanlah titik akhir, melainkan pijakan untuk naik lebih tinggi. Kasih yang benar selalu bertumbuh, meluas, dan mendalam, karena sumbernya adalah Allah yang tidak terbatas. Setiap orang percaya dipanggil untuk mencintai tanpa batas seperti Tuhan yang mencintai tanpa batas. Kedua, hidup tenang. Dalam ayat 11 Paulus menulis: “Anggaplah sebagai suatu kehormatan untuk hidup tenang, untuk mengurus persoalan-persoalan sendiri dan bekerja dengan tangan......” Dalam ayat ini, Paulus mengajarkan nilai kehidupan: kehormatan justru terletak dalam hidup yang tenang, bertanggung jawab, dan mandiri. Paulus menekankan: bukan ketenaran, tapi karakter, bukan sorakan orang, tapi integritas di hadapan Allah dan sesama. Dengan demikian Paulus mengangkat martabat hidup yang sederhana, produktif, dan tidak bergantung pada orang lain sebagai kesaksian iman yang kuat di mata dunia. Hidup yang tampaknya “biasa” ini justru merupakan bentuk kasih nyata yaitu tidak membebani orang lain, tidak menuntut perhatian, tapi terus memberi melalui kerja nyata dan kebaikan yang konsisten. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda