Kasih sebagai transformasi batin
...

Kasih sebagai transformasi batin

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 28 Agustus 2025. Pesta St. Agustinus. Kasih sebagai transformasi batin (1Tesalonika 3:7-13). 3:7 maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu. 3:8 Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan. 3:9 Sebab ucapan syukur apakah yang dapat kami persembahkan kepada Allah atas segala sukacita, yang kami peroleh karena kamu, di hadapan Allah kita? 3:10 Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu. 3:11 Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu. 3:12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. 3:13 Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1 Tesalonika 3:7–13: Pertama, iman yang menghidupkan. Dalam ayat 8 Paulus berkata: “Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan.” Dalam ayat ini, Paulus menunjukkan bahwa penghiburan dan kehidupan kembali datang ketika kita melihat sesama saudara seiman tetap teguh berdiri dalam Tuhan. Melalui ayat ini, kita belajar bahwa komunitas iman merupakan sumber kehidupan rohani bersama, di mana keteguhan iman satu orang dapat menjadi bara api yang menyemangati bagi yang lain. Kedua, kasih yang berkembang. Dalam ayat 12-13 Paulus berdoa: “Kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih… supaya tak bercacat dan kudus di hadapan Allah…” Paulus memohon agar selain iman dan penghiburan, jemaat Tesalonika mengalami perkembangan dalam kasih. Paulus berdoa agar kasih jemaat Tesalonika tidak hanya sampai taraf cukup, tetapi berkelimpahan. Kasih yang berkelimpahan berkembang dalam hati yang tak bercacat dan kudus. Semuanya ini merupakan kondisi manusia yang pantas menjelang kedatangan Kristus. Melalui kedua ayat ini, kita diundang untuk melihat kasih sebagai proses transformasi batin yang menjadikan kita layak berdiri di hadapan Tuhan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda