Injil yang dihidupi
...

Injil yang dihidupi

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 27 Agustus 2025. Peringatan wajib. St. Monika. Injil yang dihidupi (1Tesalonika 2:9-13). 2:9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. 2:10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. 2:11 Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, 2:12 dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. 2:13 Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi? dan memang sungguh-sungguh demikian? sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 1 Tesalonika 2:9–13: pertama, Injil yang dihidupi. Dalam ayat 9 Paulus berkata: “Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu…” Paulus dan rekan-rekannya tidak hanya memberitakan Injil dengan mulut, tetapi dengan cara hidup yang penuh pengorbanan dan integritas. Mereka menolak menjadi beban bagi jemaat. Mereka bekerja keras siang dan malam menghidupi Injil yang mereka wartakan. Perkataan Paulus ini merupakan ajakan kepada setiap orang percaya untuk menyadari bahwa pewartaan Injil sejati tidak cukup hanya dengan kata-kata atau khotbah, tetapi harus disertai dengan teladan hidup yang nyata. Kedua, Firman Allah yang hidup dan bekerja di dalam diri setiap orang percaya. Dalam ayat 13 Paulus berkata: “...kamu telah menerima firman Allah... sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.” Bagi orang yang sungguh percaya, Firman itu hidup dan bekerja secara aktif dalam diri orang tersebut. Firman Allah itu mengubah hati, membentuk karakter, dan menuntun hidup. Paulus bersyukur karena jemaat di Tesalonika tidak menganggap firman itu sebagai perkataan manusia semata, melainkan menerima dan menghidupinya sebagai kebenaran ilahi. Paulus bersaksi bahwa jemaat Tesalonika mengalami perubahan dalam hidup mereka oleh Firman Allah. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda