Tuhan memanggil dengan nama yang benar
...

Tuhan memanggil dengan nama yang benar

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 19 Agustus 2025. Tuhan memanggil dengan nama yang benar (Hakim-Hakim 6:11-24a). 6:11 Kemudian datanglah Malaikat TUHAN dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian. 6:12 Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani. 6:13 Jawab Gideon kepada-Nya: Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian. 6:14 Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau! 6:15 Tetapi jawabnya kepada-Nya: Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan akupun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku. 5:16 Berfirmanlah TUHAN kepadanya: Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis. 6:17 Maka jawabnya kepada-Nya: Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku. 6:18 Janganlah kiranya pergi dari sini, sampai aku datang kepada-Mu membawa persembahanku dan meletakkannya di hadapan-Mu. Firman-Nya: Aku akan tinggal, sampai engkau kembali. 6:19 Masuklah Gideon ke dalam, lalu mengolah seekor anak kambing dan roti yang tidak beragi dari seefa tepung ditaruhnya daging itu ke dalam bakul dan kuahnya ke dalam periuk, dibawanya itu kepada-Nya ke bawah pohon tarbantin, lalu disuguhkannya. 6:20 Berfirmanlah Malaikat Allah kepadanya: Ambillah daging dan roti yang tidak beragi itu, letakkanlah ke atas batu ini, dan curahkan kuahnya. Maka diperbuatnya demikian. 6:21 Dan Malaikat TUHAN mengulurkan tongkat yang ada di tangan-Nya dengan ujungnya disinggung-Nya daging dan roti itu maka timbullah api dari batu itu dan memakan habis daging dan roti itu. Kemudian hilanglah Malaikat TUHAN dari pandangannya. 6:22 Maka tahulah Gideon, bahwa itulah Malaikat TUHAN, lalu katanya: Celakalah aku, Tuhanku ALLAH! sebab memang telah kulihat Malaikat TUHAN dengan berhadapan muka. 6:23 Tetapi berfirmanlah TUHAN kepadanya: Selamatlah engkau! Jangan takut, engkau tidak akan mati. 6:24 Lalu Gideon mendirikan mezbah di sana bagi TUHAN dan menamainya: TUHAN itu keselamatan. Mezbah itu masih ada sampai sekarang di Ofra, kota orang Abiezer.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Hakim-Hakim 6:11–24: Pertama, Tuhan memanggil dengan nama yang benar. Dalam ayat 12 malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Gideon dan menyapanya demikian: TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani. Gideon sedang mengirik gandum, suatu pekerjaan yang biasa, namun dilakukannya di tempat yang tidak biasa yaitu di tempat pemerasan anggur. Di tempat itu, Gideon bersembunyi karena takut pada penindasan oleh orang Midian. Namun justru di tempat persembunyiannya, Tuhan menyapanya dengan sebutan yang luar biasa: “Pahlawan yang gagah berani.” Gideon memberi alasan dan mempertanyakan penyertaan Tuhan. Dalam ketakutan yang menyelimuti Gideon, Tuhan memanggilnya dengan nama yang benar: Pahlawan yang gagah berani. Di sini ditunjukkan kepada setiap orang percaya bahwa Tuhan tidak menunggu kita menjadi sempurna sebelum Tuhan memanggil kita. Bahkan di tempat paling tersembunyi dan pada saat kita paling meragukan diri kita sendiri, Tuhan tetap melihat kita seperti siapa kita di mata-Nya: pribadi yang memiliki kekuatan yang belum kita sadari. Kedua, tanda adalah undangan untuk membangun relasi yang intim. Dalam ayat 17-18, Gideon meminta bukti: Jika sekiranya aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, maka berikanlah kepadaku tanda, bahwa Engkau sendirilah yang berfirman kepadaku. Janganlah kiranya pergi dari sini, sampai aku datang kepada-Mu membawa persembahanku dan meletakkannya di hadapan-Mu. Dalam kedua ayat ini Gideon meminta tanda, bukan karena Gideon tidak percaya, tetapi Gideon ingin mendapatkan kepastian: siapa yang memanggilnya. Tanda dari Tuhan datang dalam bentuk pertemuan pribadi: api dari batu, respons terhadap persembahan yang disiapkan Gideon, dan sapaan penuh damai. Tanda tersebut bukan hanya bukti kuasa Tuhan, tetapi meruakan momen di mana Gideon mengenal siapa Tuhan yang sesungguhnya dan saat Tuhan mengundang Gideon untuk berjalan lebih dekat dengan-Nya. Pengalaman Gideon ini menyakinkan setiap orang percaya akan kebenaran ini. Ketika kita orang percaya meminta tanda, yang seolah meragukan Tuhan, Tuhan tidak marah. Tuhan justru mengubah permintaan itu menjadi momen perjumpaan, agar kita tidak hanya tahu tentang-Nya, tapi mengalami-Nya. Tanda dari Tuhan sering merupakan jembatan menuju keintiman, dan tidak hanya sekadar bukti. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda