Tuhan tak pernah jenuh berbelas kasih
...

Tuhan tak pernah jenuh berbelas kasih

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 18 Agustus 2025. Tuhan tap pernah jenuh berbelas kasih (Hakim-Hakim 2:11-19). 2:11 Lalu orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan mereka beribadah kepada para Baal. 2:12 Mereka meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir, lalu mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya, sehingga mereka menyakiti hati TUHAN. 2:13 Demikianlah mereka meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada Baal dan para Asytoret. 2:14 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel. Ia menyerahkan mereka ke dalam tangan perampok dan menjual mereka kepada musuh di sekeliling mereka, sehingga mereka tidak sanggup lagi menghadapi musuh mereka. 2:15 Setiap kali mereka maju, tangan TUHAN melawan mereka dan mendatangkan malapetaka kepada mereka, sesuai dengan apa yang telah diperingatkan kepada mereka oleh TUHAN dengan sumpah, sehingga mereka sangat terdesak. 2:16 Maka TUHAN membangkitkan hakim-hakim, yang menyelamatkan mereka dari tangan perampok itu. 2:17 Tetapi juga para hakim itu tidak mereka hiraukan, karena mereka berzinah dengan mengikuti allah lain dan sujud menyembah kepadanya. Mereka segera menyimpang dari jalan yang ditempuh oleh nenek moyangnya yang mendengarkan perintah TUHAN mereka melakukan yang tidak patut. 2:18 Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka. 2:19 Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Hakim-Hakim 2:11–19: Pertama, bahaya menyembah allah yang popular. Dalam ayat 12 dikatakan: “Mereka mengikuti allah lain, dari antara allah bangsa-bangsa di sekeliling mereka, dan sujud menyembah kepadanya” Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Mereka menggantikan Allah nenek moyang mereka dengan ilah yang “terlihat lebih relevan dan menarik”, yaitu dewa-dewa bangsa sekitar yang menawarkan keberuntungan, kesuburan, dan kekuatan instan. Mereka memilih ilah yang cocok dengan selera mereka. Dalam dunia modern dewasa ini Baal atau Asytoret, nampak dalam bentuk: kesuksesan instan, pengakuan sosial, kenikmatan pribadi, dan algoritma yang membentuk hati manusia. Jika tidak waspada, orang percaya akan menyembah tanpa sadar—karena manusia menginginkan apa yang dijanjikan ilah-ilah itu. Kedua, Tuhan tak pernah jenuh berbelas kasih. Dalam ayat 18 dikatakan: “Setiap kali TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka.” Perikop ini menunjukkan siklus tragis dan ironis umat Israel: mereka meninggalkan Allah, dihukum, menjerit dalam penderitaan, lalu diselamatkan... kemudian jatuh kembali ke dalam dosa yang sama. Tetapi di tengah siklus yang menjengkelkan ini, ada satu hal yang tidak pernah jenuh yaitu belas kasihan Tuhan. Tuhan mendengar rintihan muncul dari mulut yang sama yang sebelumnya menghina-Nya, tetapi Tuhan tetap mengasihinya. Tuhan tetap menyelamatkan mereka walaupun Tuhan tahu bahwa mereka akan kembali jatuh dalam dosa yang sama. Ini bukanlah kisah umat Israel semata, tetapi ini kisah kita, umat manusia. Kita pun jatuh dalam dosa, dibebaskan, dan jatuh lagi dalam dosa yang sama. Tuhan pun tetap mengasihi kita tanpa batas. Kasih Tuhan tidak berbasis pada prestasi kita, tetapi pada karakter-Nya sendiri, yaitu Tuhan adalah kasih. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda