Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 10 Agustus 2025. Tabut perjanjian dan perempuan (Why. 11:19a 12:1,3-6a,10ab). 11:19 Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat. 12:1 Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. 12:3 Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. 12:4 Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. 12:5 Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. 12:6 Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya. 12:10 Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata: Sekarang telah tiba keselamatan dan kuasa dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya, karena telah dilemparkan ke bawah pendakwa saudara-saudara kita, yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan pertama hari Minggu ini, Wahyu 11:19–12:10: Pertama, tabut perjanjian dan perempuan. Dalam 11:19 dan 12:1 dikatakan: “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya... dan tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari...” Di tengah gambaran apokaliptik yang mengguncang langit dan bumi, satu hal menjadi pusat perhatian: tabut perjanjian Allah yang tampak di Bait Suci surgawi. Tabut perjanjian Allah adalah simbol kehadiran-Nya, kesetiaan-Nya terhadap janji, dan relasi-Nya yang tidak terputus dengan umat-Nya. Namun, tabut ini muncul bersamaan dengan kekacauan besar: guntur, gempa bumi, hujan es, yang menandakan bahwa manifestasi hadirat Allah sering datang justru dalam penderitaan dan pergolakan sejarah. Lalu tampak perempuan berselubungkan matahari, yang merupakan simbol kemuliaan, keagungan, dan mungkin juga gambaran Gereja atau Bunda Maria, atau bahkan Israel sebagai umat perjanjian. Ia adalah pribadi yang rapuh, karena sedang mengandung dan hendak melahirkan, namun pada saat yang sama ia diselubungi terang kemuliaan ilahi. Kedua, naga dan anak laki-laki. Dalam ayat 4-5 dikatakan: “Naga itu berdiri di hadapan perempuan... untuk menelan Anaknya... tetapi Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.” Di balik kisah kelahiran ini tersembunyi konflik kosmik yang abadi, yaitu konflik antara kehidupan dan kematian, antara keselamatan dan kehancuran. Sang naga, simbol kuasa jahat, tidak menyerang perempuan secara langsung, tetapi berusaha menghentikan rencana keselamatan dengan menelan Sang Anak sebelum Ia sempat hidup. Namun rencana Allah tidak pernah gagal. Anak itu diselamatkan, diangkat ke takhta Allah. Ini adalah gambaran misterius dari Inkarnasi, penebusan, dan kemenangan Kristus atas maut. Perempuan itu tidak ditinggalkan. Ia dipelihara di padang gurun—tempat pengasingan, tapi juga tempat perlindungan. Dalam masa yang ditentukan (1260 hari), Allah tetap memelihara Gereja-Nya, umat-Nya, bahkan ketika dunia tampak dikuasai oleh naga atau kejahatan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda