Warisan iman di tengah kelimpahan
...

Warisan iman di tengah kelimpahan

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Sabtu, 09 Agustus 2025. Warisan iman di tengah kelimpahan (Ulangan 6:4-13). 6:4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! 6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. 6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, 6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. 6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, 6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. 6:10 Maka apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepadamu--kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudirikan 6:11 rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak kauisi sumur-sumur yang tidak kaugali kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun, yang tidak kautanami--dan apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, 6:12 maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan. 6:13 Engkau harus takut akan TUHAN, Allahmu kepada Dia haruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Ulangan 6:4–13, yang merupakan bagian penting dari Kitab Ulangan yang dikenal sebagai Shema, inti iman dan pengabdian umat Israel kepada Tuhan: Pertama, kasih yang total. Dalam ayat 5 dikatakan: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.” Musa memerintahkan untuk mencintai Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan. Hal ini merupakan komitmen total yang menuntut semua aspek kehidupan diarahkan kepada Tuhan. Dalam budaya zaman ini yang mengajarkan untuk membagi hati kepada banyak hal: pekerjaan, hobi, reputasi, media sosial, perintah Musa ini merupakan panggilan untuk memiliki integritas rohani: hidup yang tidak terpecah, di mana kasih kepada Allah menjiwai pikiran, emosi, tindakan, dan keputusan. Kasih kepada Allah secara total adalah suatu relasi dengan Allah sebagai pusat kehidupan. Kedua, warisan iman di tengah kelimpahan. Dalam ayat 11-12 dikatakan: “Apabila engkau sudah makan dan menjadi kenyang, maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN...” Kedua ayat ini menyentuh tantangan rohani yang sering diabaikan: bahaya kelumpuhan spiritual dari kenyamanan dan kemakmuran. Tuhan tahu bahwa saat kebutuhan terpenuhi, saat rumah sudah terisi, sumur tersedia, dan hidup tampak “berhasil”, godaan untuk melupakan Tuhan justru makin besar. Di sini, manusia diingatkan bahwa kekayaan dan kenyamanan sering menjauhkan manusia dari Tuhan, ketika manusia lupa bahwa semua yang didapatinya adalah pemberian Tuhan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda