Air kehidupan di tengah ketidakpercayaan
...

Air kehidupan di tengah ketidakpercayaan

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 07 Agustus 2025. Air kehidupan di tengah ketidakpercayaan (Bilangan 20:1-13). 20:1 Kemudian sampailah orang Israel, yakni segenap umat itu, ke padang gurun Zin, dalam bulan pertama, lalu tinggallah bangsa itu di Kadesh. Matilah Miryam di situ dan dikuburkan di situ. 20:2 Pada suatu kali, ketika tidak ada air bagi umat itu, berkumpullah mereka mengerumuni Musa dan Harun, 20:3 dan bertengkarlah bangsa itu dengan Musa, katanya: Sekiranya kami mati binasa pada waktu saudara-saudara kami mati binasa di hadapan TUHAN! 20:4 Mengapa kamu membawa jemaah TUHAN ke padang gurun ini, supaya kami dan ternak kami mati di situ? 20:5 Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir, untuk membawa kami ke tempat celaka ini, yang bukan tempat menabur, tanpa pohon ara, anggur dan delima, bahkan air minumpun tidak ada? 20:6 Maka pergilah Musa dan Harun dari umat itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan TUHAN kepada mereka. 20:7 TUHAN berfirman kepada Musa: 20:8 Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya. 20:9 Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan TUHAN, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya. 20:10 Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini? 20:11 Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. 20:12 Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka. 20:13 Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan TUHAN dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di antara mereka.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Bilangan 20:1–13: Pertama, air kehidupan di tengah ketidakpercayaan. Dalam ayat 11 dan 12 dikatakan: “Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali [...] maka keluarlah banyak air. Namun TUHAN berfirman: Karena kamu tidak percaya kepada-Ku [...] kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka. Pada ayat 11 Musa memukul bukit batu dengan tongkat duka kali dan mengeluarkan air. Musa berhasil mengeluarkan air untuk memenuhi kebutuhan bangsa Israel dan ternak mereka. Tampaknya ada hasil yang luar biasa, namun tindakan Musa itu tidak sepenuhnya menunjukkan ketaatannya kepada Tuhan: Musa memukul batu, padahal Allah memintanya hanya berkata kepada batu itu untuk mengeluarkan air (ayat 8).Keberhasilan lahiriah tidak selalu berarti perkenanan Yang Ilahi. Sering dalam hidup, kita mengira bahwa hasil akhir membenarkan cara kita. Tuhan menuntut sesuatu yang lebih dalam yaitu ketaatan penuh dan penghormatan terhadap kekudusan-Nya. Kedua, keletihan pemimpin dapat berdampak pada komunitas. Pada ayat 10 Musa berkata kepada orang Israel: “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” Di tengah duka karena kematian Miryam (ayat 1) dan tekanan besar dari bangsa yang terus bersungut-sungut, Musa dan Harun tampak letih secara emosional dan rohani. Pada di titik kelelahan inilah mereka tergelincir bukan hanya dalam tindakan, tapi juga dalam sikap hati yaitu mereka mengambil kemuliaan bagi diri sendiri (kami harus mengeluarkan air) dan tidak memuliakan Tuhan di hadapan umat. Tuhan pun marah karena kekudusan-Nya diabaikan. Tuhan berkata: “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka (ayat 12). Musa dan Harun tidak diijinkan masuk ke dalam tanah terjanji. Kelelahan rohani sepemimpin rohani dapat berdampak pada seluruh komunitas. Di saat paling lemah, Musa lupa bahwa dia hanyalah alat di tangan Tuhan dan bukan sumber. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda