Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Kamis, 31 Juli 2025. Ketaatan (Keluaran 40:16-21,34-38). 40:16 Dan Musa melakukan semuanya itu tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, demikianlah dilakukannya. 40:17 Dan terjadilah dalam bulan yang pertama tahun yang kedua, pada tanggal satu bulan itu, maka didirikanlah Kemah Suci. 40:18 Musa mendirikan Kemah Suci itu, dipasangnyalah alas-alasnya, ditaruhnya papan-papannya, dipasangnya kayu-kayu lintangnya dan didirikannya tiang-tiangnya. 40:19 Dikembangkannyalah atap kemah yang menudungi Kemah Suci dan diletakkannyalah tudung kemah di atasnya--seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 40:20 Diambilnyalah loh hukum Allah dan ditaruhnya ke dalam tabut, dikenakannyalah kayu pengusung pada tabut itu dan diletakkannya tutup pendamaian di atas tabut itu. 40:21 Dibawanyalah tabut itu ke dalam Kemah Suci, digantungkannyalah tabir penudung dan dipasangnya sebagai penudung di depan tabut hukum Allah--seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 40:34 Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, 40:35 sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci. 40:36 Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. 40:37 Tetapi jika awan itu tidak naik, maka merekapun tidak berangkat sampai hari awan itu naik. 40:38 Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Keluaran 40:16–38: ketaatan. Dalam ayat 16 dicatat: “Musa melakukan semuanya itu tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepadanya, demikianlah dilakukannya.” Kalimat ini tampaknya sangat biasa. Namun sesungguhnya di balik kalimat ini ada kekuatan yang luar biasa, yaitu ketaatan total. Musa bekerja tanpa komentar, tanpa diskusi, tanpa tawar-menawar kepada Tuhan. Ketaatan ini menghasilkan bangunan kemah suci dengan struktur tertentu sesuai yang disampaikan Tuhan dan di dalamnya kemuliaan Allah hadir secara nyata, seperti yang dikatakan dalam ayat 34–35: “Lalu awan itu menutupi Kemah Pertemuan, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci, sehingga Musa tidak dapat memasuki Kemah Pertemuan, sebab awan itu hinggap di atas kemah itu, dan kemuliaan TUHAN memenuhi Kemah Suci.” Kisah ini dapat dijadikan inspirasi dalam pengembangan hidup rohani. Sering kita berusaha mencari pengalaman spiritual yang ‘luar biasa’ tanpa terlebih dahulu berlatih setia dalam hal-hal kecil. Sesungguhnya dalam ketaatan harian yang tersembunyi, sederhana dan konsisten, Allah menyatakan diri-Nya. Kedua, diam dan mengikuti ritme Allah. Dalam ayat 36-38 dijelaskan: “Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah orang Israel dari setiap tempat mereka berkemah. Tetapi jika awan itu tidak naik, maka merekapun tidak berangkat sampai hari awan itu naik. Sebab awan TUHAN itu ada di atas Kemah Suci pada siang hari, dan pada malam hari ada api di dalamnya, di depan mata seluruh umat Israel pada setiap tempat mereka berkemah.” Awan menjadi tanda kehadiran Allah sekaligus petunjuk perjalanan bagi umat Israel. Mereka hanya boleh berjalan jika awan itu naik, dan harus tinggal jika awan itu diam. Ini adalah bentuk bimbingan ilahi yang tidak bisa dikendalikan atau diprediksi oleh manusia. Sebab Allah yang memimpin. Hidup bersama Allah berarti menerima dan hidup berdasarkan ritme-Nya, bukan memaksakan ritme kita untuk dihidupi. Kadang Allah tampak diam bukan karena Ia jauh, tapi karena Ia sedang menyuruh kita diam dan menunggu. Kadang Ia bergerak cepat, dan kita harus siap mengikuti-Nya. Orang percaya dapat hidup bersama dalam ritme Allah kalau cukup peka dan rendah hati menerima bimbingan Allah. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda