Wajah yang bercahaya
...

Wajah yang bercahaya

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 30 Juli 2025. Wajah yang bercahaya (Keluaran 34:29-35). 34:29 Ketika Musa turun dari gunung Sinai--kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu--tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN. 34:30 Ketika Harun dan segala orang Israel melihat Musa, tampak kulit mukanya bercahaya, maka takutlah mereka mendekati dia. 34:31 Tetapi Musa memanggil mereka, maka Harun dan segala pemimpin jemaah itu berbalik kepadanya dan Musa berbicara kepada mereka. 34:32 Sesudah itu mendekatlah segala orang Israel, lalu disampaikannyalah kepada mereka segala perintah yang diucapkan TUHAN kepadanya di atas gunung Sinai. 34:33 Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya. 34:34 Tetapi apabila Musa masuk menghadap TUHAN untuk berbicara dengan Dia, ditanggalkannyalah selubung itu sampai ia keluar dan apabila ia keluar dikatakannyalah kepada orang Israel apa yang diperintahkan kepadanya. 34:35 Apabila orang Israel melihat muka Musa, bahwa kulit muka Musa bercahaya, maka Musa menyelubungi mukanya kembali sampai ia masuk menghadap untuk berbicara dengan TUHAN.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Keluaran 34:29–35: Pertama, wajah yang bercahaya. Dalam ayat 29 dilukiskan wajah Musa demikian: “Ketika Musa turun dari gunung Sinai--kedua loh hukum Allah ada di tangan Musa ketika ia turun dari gunung itu--tidaklah ia tahu, bahwa kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan TUHAN.” Ketika Musa turun dari gunung, ia tidak sadar bahwa wajahnya bercahaya. Wajah Musa yang bercahaya merupakan buah dari relasinya yang mendalam dengan Tuhan. Musa memantulkan kemuliaan Tuhan sebab Musa sungguh-sungguh berada dalam hadirat-Nya. Hal ini sesungguhnya menjelaskan bahwa perjumpaan yang otentik dengan Allah akan memancarkan buah yang nyata. Kemuliaan tidak dibuat, tetapi dipantulkan. Sebab hanya Tuhan yang mulia. Kedua, selubung wajah. Dalam ayat 33 dikatakan: “Setelah Musa selesai berbicara dengan mereka, diselubunginyalah mukanya.” Musa menyelubungi wajahnya setelah berbicara dengan bangsa Israel. Hal ini dilakukan Musa sebab mereka takut melihat cahaya kemuliaan Tuhan yang terpancar dari wajah Musa. Selubung itu menggambarkan bahwa sesungguhnya Allah ingin dekat dengan manusia, namun manusia sering takut pada kehadiran-Nya. Selubung tersebut menjadi tanda kerahiman: Allah menyampaikan firman-Nya dalam cara yang bisa diterima manusia. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda