Membawa ke rumah ibuku
...

Membawa ke rumah ibuku

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Selasa, 22 Juli 2025. Pesta Santa Maria Magdalena. Membawa ke rumah ibuku (Kidung Agung 3:1-4). 3:1 Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. 3:2 Aku hendak bangun dan berkeliling di kota di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. 3:3 Aku ditemui peronda-peronda kota. Apakah kamu melihat jantung hatiku? 3:4 Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung hatiku kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa dia ke rumah ibuku, ke kamar orang yang melahirkan aku.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kidung Agung 3:1–4: Pertama, cinta yang tak mau berhenti sebelum bertemu. Dalam ayat 1 dikatakan: “Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku…” Bacaan ini dibacakan saat Gereja memperingati pesta St. Maria Magdalena. Dalam kisah Santa Maria Magdalena, kita melihat gambaran paling nyata dari pencarian ini. Saat Yesus wafat, cintanya tidak sirna. Di pagi yang masih Maria Magdalena datang ke kubur, mencari “jantung hatinya”. Ia tak bisa berdiam diri di ranjang kesedihan ia bangun pagi-pagi benar dan pergi mencari Tuhan. Cinta sejati tidak terpuaskan hanya dengan kenangan. Seperti Maria Magdalena, cinta itu menuntun kita untuk terus mencari, bahkan di antara bayang-bayang kematian. Kadang kita mencari Tuhan di tempat yang salah di kenyamanan, dalam ritual yang rutin, atau di tengah keramaian dunia. Cinta yang sejati tidak akan pernah menyerah. Seperti dikatakan dalam ayat 4, jika kita meninggalkan semuanya itu, kita pun akan mengalami momen ini: “Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung hatiku.” Tuhan menampakkan diri-Nya kepada Magdalena secara pribadi di dalam relung cinta terdalamnya. Kedua, cinta yang menyatu dengan hidup yang baru. Dalam ayat 4b dikatakan: “Kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa dia ke rumah ibuku, ke kamar orang yang melahirkan aku.” Maria Magdalena, setelah bertemu Yesus yang bangkit, tidak mau melepaskan-Nya. Tapi Yesus berkata, “Jangan sentuh Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa” (Yohanes 20:17). Ini bukan penolakan, tetapi ajakan untuk membawa cinta itu lebih dalam yaitu dari sentuhan fisik menuju kesatuan rohani. Dalam Kidung Agung, “membawa ke rumah ibu” adalah simbol membawa cinta ke tempat asal kehidupan, tempat di mana cinta dan identitas menyatu. Bagi Maria Magdalena, pertemuan dengan Yesus yang bangkit meerupakan titik balik: dari duka menuju sukacita, dari keterikatan duniawi menuju perutusan. Kita pun dipanggil untuk tidak hanya “menemukan” Tuhan dan menahannya dalam bentuk sentimental, tetapi membawa-Nya masuk ke dalam kehidupan terdalam kita, ke “kamar ibu”, tempat di mana hidup baru dilahirkan. Dalam perjumpaan sejati dengan Kristus, kita pun dilahirkan kembali sebagai utusan cinta dan saksi kebangkitan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda