Keramahtamahan sebagai ruang kudus
...

Keramahtamahan sebagai ruang kudus

Memotivasi Diri, Minggu, 20 Juli 2025. Keramahtamahan sebagai ruang kudus (Kejadian 18:1-10a). 18:1 Kemudian TUHAN menampakkan diri kepada Abraham dekat pohon tarbantin di Mamre, sedang ia duduk di pintu kemahnya waktu hari panas terik. 18:2 Ketika ia mengangkat mukanya, ia melihat tiga orang berdiri di depannya. Sesudah dilihatnya mereka, ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah, 18:3 erta berkata: Tuanku, jika aku telah mendapat kasih tuanku, janganlah kiranya lampaui hambamu ini. 18:4 Biarlah diambil air sedikit, basuhlah kakimu dan duduklah beristirahat di bawah pohon ini 18:5 biarlah kuambil sepotong roti, supaya tuan-tuan segar kembali kemudian bolehlah tuan-tuan meneruskan perjalanannya sebab tuan-tuan telah datang ke tempat hambamu ini. Jawab mereka: Perbuatlah seperti yang kaukatakan itu. 18:6 Lalu Abraham segera pergi ke kemah mendapatkan Sara serta berkata: Segeralah! Ambil tiga sukat tepung yang terbaik! Remaslah itu dan buatlah roti bundar! 18:7 Lalu berlarilah Abraham kepada lembu sapinya, ia mengambil seekor anak lembu yang empuk dan baik dagingnya dan memberikannya kepada seorang bujangnya, lalu orang ini segera mengolahnya. 18:8 Kemudian diambilnya dadih dan susu serta anak lembu yang telah diolah itu, lalu dihidangkannya di depan orang-orang itu dan ia berdiri di dekat mereka di bawah pohon itu, sedang mereka makan. 18:9 Lalu kata mereka kepadanya: Di manakah Sara, isterimu? Jawabnya: Di sana, di dalam kemah. 18:10 Dan firman-Nya: Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki. Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan pertama hari ini, Kejadian 18:1–10: Pertama, keramahtamahan sebagai ruang kudus. Dalam ayat 2 dijelaskan sikap Abraham menyambut tamunya: “Ketika ia mengangkat mukanya, ia melihat tiga orang berdiri di depannya... ia berlari dari pintu kemahnya menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah.” Abraham hanya melihat tiga orang asing berdiri di tengah teriknya mentari. Dengan penuh keramahan Abraham berlari menyongsong, bersujud, dan segera menyediakan roti, air, dan daging bagi para tamu tersebut. Abraham menerima dan memperlakukan para tamunya dengan sopan, penuh kasih dan hormat. Abraham tidak tahu bahwa ia sedang menjamu Tuhan sendiri. Bagi saya, kehadiran Tuhan dalam kisah ini merupakan salah satu peristiwa paling misterius dalam Kitab Suci. Tuhan hadir dalam wujud yang biasa, dalam sosok tamu yang tidak dikenal. Tuhan tidak selalu kehadiran secara dramatis. Tuhan dapat hadir dalam percakapan sederhana, dalam permintaan bantuan yang tak terduga, dalam tamu yang tidak diharapkan, atau dalam diri orang asing. Hati yang terbuka penuh kasih dan sikap keramahtamahan merupakan ruang kudus, tempat perjumpaan dengan Tuhan sendiri. Kedua, hati yang terlatih selalu siap melayani. Dalam ayat 6-7 dikisahkan kesiapan Abraham melayani para tamunya. Abraham berkata kepada Sara: “Segeralah! Ambil tiga sukat tepung... buatlah roti bundar! ... ia mengambil seekor anak lembu... dan mengolahnya.” Perjumpaan Abraham dengan para tamu tersebut terjadi tanpa persiapan. Namun Abraham dan Sara melalukan semuanya dengan spontan, total, dan penuh semangat. Dalam situasi tanpa persiapan, Abraham dengan sigap menyediakan yang terbaik tepung terbaik, anak lembu pilihan, dan susu segar. Dan yang menarik, Abraham sendiri tidak ikut makan, melainkan berdiri melayani di dekat mereka. Dalam kisah ini, Abraham menunjukkan bahwa kesiapan untuk melayani lahir dari hati yang terlatih untuk memberi kapan pun diminta. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda