Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 18 Juni 2025. Memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:6-11). 9:6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. 9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. 9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. 9:9 Seperti ada tertulis: Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya. 9:10 Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu 9:11 kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, 2 Korintus 9:6–11: Pertama, memberi dengan sukacita. Dalam ayat 6 diktakan: “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” Dalam ayat ini Paulus mengambil prinsip hukum tabur-tuai: siapa yang menabur sedikit, akan menuai sedikit dan siapa yang menabur banyak, akan menuai banyak, untuk menegaskan bahwa pemberian itu harus dilakukan dengan kerelaan hati dan dengan penuh sukacita—bukan karena paksaan. Bukan soal jumlah pemberian, tetapi tentang hati si pemberi. Allah tidak hanya memperhatikan apa yang kita beri, tetapi juga bagaimana kita memberi. Memberi dengan sukacita mencerminkan hati yang mengenal dan percaya akan kebaikan Allah. “Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (ayat 7). Kedua, buah kemurahan hati. Orang yang memberi dengan sukacita adalah orang yang murah hati. Dalam ayat 8 dikatakan: “Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.” Allah tidak hanya menuntut kita memberi, tetapi juga menyediakan apa yang kita perlukan untuk memberi. Ia sanggup melimpahkan kasih karunia, mencukupkan kebutuhan kita, dan melipatgandakan hasil dari kemurahan kita, sehingga hidup kita menghasilkan buah-buah kebenaran dan mendatangkan rasa syukur berlimpah kepada Allah. Ketika kita bermurah hati, kita menjadi saluran berkat yang menumbuhkan rasa syukur, bukan hanya bagi penerima, tetapi juga bagi dunia yang menyaksikan kasih Allah yang bekerja melalui kita. Dengan demikian, orang percaya sesungguhnya tidak perlu takut kekurangan—karena Allah sendiri adalah sumber segala sesuatu, baik benih maupun buahnya. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda