Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 15 Juni 2025. Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Kasih yang kekal dan relasional (Amsal 8:22-31). 8:22 TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. 8:23 Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. 8:24 Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. 8:25 Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir 8:26 sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama. 8:27 Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, 8:28 ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, 8:29 ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titah-Nya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, 8:30 aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya 8:31 aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.
Renungan :
Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan I hari ini, Amsal 8:22–31 dan kaitannya dengan Hari Raya Tritunggal Mahakudus: Pertama, Hikmat yang kekal. Dalam ayat 22 dijelaskan bahwa Allah menciptakan hikmat atau kebijaksanaan sebagai pekerjaan pertama-Nya. Dalam Amsal 8, terutama perikope yang dibacakan hari ini, hikmat/kebijaksanaan digambarkan sebagai pribadi yang sudah ada sebelum penciptaan yang lain, hadir saat Allah membentuk langit, bumi, dan laut (ayat 22–30). Ia bukan hanya konsep, tapi ada bersama Allah sejak awal, menjadi kesenangan-Nya setiap hari. Kebijaksanaan itu jelas memiliki ciri-ciri ilahi, yang mengatasi segala ciptaan. Kebijaksanaan turut serta mengatur segalanya sehingga tidak kacau balau. Kebijaksanaan lebih tahu dari segala ciptaan, maka pantas dihargai dan dihormati. Kebijaksanaan merupakan kuat kuasa yang tampil dalam segala yang ada, semesta alam. Bagi kita, gambaran ini mengarah secara profetik pada Yesus Kristus, Sang Firman (Logos), yang menurut Yohanes 1:1–3, “Pada mulanya adalah Firman Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Firman ini adalah pribadi kedua dari Tritunggal, yang turut bekerja dalam penciptaan. Kedua, Kasih yang kekal dan relasional. Dalam ayat 30-31 digambarkan hubungan yang penuh kasih, sukacita dan kebersamaan antara kebijaksanaan dengan Allah: “aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan… setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya.” Kebijaksanaan adalah anak kesayangan Allah Sang Pencipta. Ucapan ini mencerminkan relasi kasih dan kesatuan dalam Allah Tritunggal: Bapa, Putra, dan Roh Kudus hidup dalam persekutuan yang kekal, penuh kasih dan sukacita. Hari Raya Tritunggal Mahakudus yang dirayakan hari ini merupakan ajakan untuk merenungkan relasi kasih di dalam diri Allah, yang menjadi teladan dan dasar bagi hidup orang beriman: Allah adalah Kasih, dan setiap orang beriman dipanggil untuk hidup dalam relasi kasih yang sama kasih terhadap Allah dan terhadap sesama. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).Kembali ke Beranda