Bertekun di dalam iman
...

Bertekun di dalam iman

Selamat pagi, selamat hari Minggu dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Minggu, 18 Mei 2025. Bertekun di dalam iman (Kisah Para RAsul 14:21-28). 14:21 Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. 14:22 Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara. 14:23 Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka. 14:24 Mereka menjelajah seluruh Pisidia dan tiba di Pamfilia. 14:25 Di situ mereka memberitakan firman di Perga, lalu pergi ke Atalia, di pantai. 14:26 Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan. 14:27 Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman. 14:28 Di situ mereka lama tinggal bersama-sama dengan murid-murid itu.

Renungan :

Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Kisah Para Rasul 14:21-28 adalah sebagai berikut: Pertama, ketangguhan iman. Dalam ayat 22, Paulus dan Barnabas menasehati para murid supaya mereka bertekun di dalam iman, dan bahwa “untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara”. Paulus dan Barnabas ingin menegaskan bahwa keselamatan atau masuk Kerajaan Allah bukanlah sesuatu yang didapat dengan mudah atau gampang, tetapi butuh perjuangan, ketekunan, keberanian dan pengharapan. Orang yang bertekun di dalam iman adalah mereka terus berkanjang dalam pengharapan, berkorban penuh kasih dan percaya bahwa jalan penderitaan yang ditempuhnya bersama Yesus adalah jalan keselamatan. Ketangguhan iman terbentuk dalam ketekunan dan penderitaan. Kedua, memimpin berarti melayani. Paulus dan Barnabas menetapkan penatua-penatua pada setiap jemaat untuk melayani jemaat itu. Para penatua dilantik “dengan berdoa dan berpuasa, lalu menyerahkan mereka kepada Tuhan” (ayat 23). Mereka diundang agar dengan penuh kerendahan hati menjadi pemimpin yang melayani. Menjadi penatua berarti menjadi pelayanan. Seseorang yang mau menjadi pelayan harus menjalankan tugas dalam iman dan percaya pada penyelenggaraan Tuhan. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda