Kisah di Gerbang Indah
...

Kisah di Gerbang Indah

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 23 April 2025. Kisah di Gerbang Indah (Kisah Para Rasul 3:1-10). 3:1 Pada suatu hari menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah. 3:2 Di situ ada seorang laki-laki, yang lumpuh sejak lahirnya sehingga ia harus diusung. Tiap-tiap hari orang itu diletakkan dekat pintu gerbang Bait Allah, yang bernama Gerbang Indah, untuk meminta sedekah kepada orang yang masuk ke dalam Bait Allah. 3:3 Ketika orang itu melihat, bahwa Petrus dan Yohanes hendak masuk ke Bait Allah, ia meminta sedekah. 3:4 Mereka menatap dia dan Petrus berkata: Lihatlah kepada kami. 3:5 Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. 3:6 Tetapi Petrus berkata: Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah! 3:7 Lalu ia memegang tangan kanan orang itu dan membantu dia berdiri. Seketika itu juga kuatlah kaki dan mata kaki orang itu. 3:8 Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian ke mari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah. 3:9 Seluruh rakyat itu melihat dia berjalan sambil memuji Allah, 3:10 lalu mereka mengenal dia sebagai orang yang biasanya duduk meminta sedekah di Gerbang Indah Bait Allah, sehingga mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya.

Renungan :

Pada hari ini, Gereja mengundang umat beriman untuk merenungkan bacaan yang diambil dari Kisah Para Rasul 3:1-10. Dua pokok permenungan yang dapat diambil dari bacaan hari ini adalah: Pertama, menerima lebih dari yang diharapkan. Petrus dan Yohanes naik ke bait Allah pada saat menjelang waktu sembahyang, yaitu pukul tiga petang. Dalam tradisi Yahudi terdapat dua kali waktu resmi untuk sembahyang, yaitu pagi-pagi benar untuk korban pagi dan sore yakni untuk korban malam. Keduanya melewati pintu Gerbang Indah dan bertemu dengan seorang pengemis, seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahir. “Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka” (ayat 5). Harapannya dapat menerima sepeser uang buat makan hari ini demi menyambung hidup. Itu sudah sangat lumayan. Namun, si lumpuh mendapat lebih dari yang diharapkannya. Bukan uang, atauperak atau emas yang didapatinya, tetapi kesembuhan yang didapatnya. Ia pulih. Ia sembuh dari kelumpuhan. Statusnya berubah dari pengemis menjadi penyembah Tuhan yang penuh sukacita. Melalui Petrus dan Yohanes, Tuhan telah menjawab kebutuhan si lumpuh. Tuhan memberi lebih banyak dari yang diharapkannya. Kedua, memberi apa yang dimiliki. Ketika berhadapan dengan pengemis yang meminta uang, Petrus dan Yohanes tidak bingung. Keduanya tahu apa yang mereka miliki. Mereka memang tidak memiliki uang, perak ataupun emas. “Tetapi Petrus berkata: ‘Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!’” (ayat 6). Petrus memberi iman akan otoritas kemahakuasaan Yesus dari Nazaret untuk menyembuhkan orang lumpuh itu. Melalui iman dan kata-kata penuh wibawa mujizat penyembuhan itu terjadi. Tuhan telah memakai Petrus untuk menyatakan kebesaran-Nya. Dari kisah ini, dapat dipelajari bahwa pemberian terbesar bukanlah materi, tetapi kasih, perhatian, doa, penghiburan dan iman yang menghantar orang lain kepada Yesus. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda