Nyanyian ketiga Hamba Yahwe
...

Nyanyian ketiga Hamba Yahwe

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Rabu, 16 April 2025. Nyanyian ketiga Hamba Yahwe (Yesaya 50:4-9a). 50:4 Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. 50:5 Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. 50:6 Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. 50:7 Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu. 50:8 Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku berperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku! 50:9a Sesungguhnya, Tuhan ALLAH menolong aku siapakah yang berani menyatakan aku bersalah?

Renungan :

Pada hari ketiga dalam pekan suci ini, umat beriman diajak untuk merenungkan nyanyian ketiga Hamba Yahwe, Yesaya 50:4-9a. Bacaan ini sesungguhnya mengajak umat beriman untuk belajar pada Hamba Yahwe. Dua pokok permenungan dari bacaan hari ini. Pertama, kesetiaan seorang murid. Dalam ayat 4 digambarkan bagaimana Hamba itu belajar sebagai seorang murid. Ia yang telah diberi lidah seorang murid sedang belajar menerima pelajaran biasa dengan unsur pengulangan yang terus-menerus dilakukan setiap pagi. Frase “setiap pagi” mengungkapkan usaha pemusatan perhatian sepanjang hidup terhadap kehendak Tuhan yang berkembang dalam situasi yang konkrit, situasi nyata: “urusan hari ini pada hari ini”. Dengan terus belajar dalam kesetiaan maka wibawa dan ketepatan kata-katanya menempatkan Hamba menjadi nabi yang khas dan unggul, tunggal. Kedua, buah kesetiaan. Dalam ayat 5 dan 6 sesungguhnya telah dinyatakan buah dari kesetiaan Hamba yang belajar itu. Pada ayat 5, berhadapan dengan Tuhan atau terhadap Tuhan, Hamba itu tidak memberontak dan tidak berpaling ke belakang sebagai pengorbanan dari kesetiaannya. Pada ayat 6, terhadap manusia yang memukul dan mencabut janggutnya, yang menodai dan meludahi mukanya dilakukannya dengan sukarela sebagai sebuah pemberian diri yang amat mahal untuk menyelamatkan manusia. Kekuatan pemberian diri sang Hamba terletak pada pertolongan Tuhan, sehingga ia tidak mendapat noda. Dalam rangkulan kasih pertolongan Tuhan Hamba itu meneguhkan hatinya seperti gunung batu, untuk tetap tegar mengorbankan segalanya dalam Tuhan. Yesuslah Hamba itu. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda