Hamba Yahwe
...

Hamba Yahwe

Selamat pagi dan salam jumpa dalam Sari Firman: Memotivasi Diri, Senin, 14 April 2025. Hamba Yahwe (Yesaya 42:1-7) 42:1 Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. 42:2 Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. 42:3 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. 42:4 Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi segala pulau mengharapkan pengajarannya. 42:5 Beginilah firman Allah, TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya: 42:6 Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, 42:7 untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.

Renungan :

Selamat memasuki pekan suci. Pada hari Senin dalam pekan suci, Gereja menyajikan bagi kita bacaan yang diambil dari Yesaya 42:1-7. Sebagian dari bacaan ini yaitu ayat 1-4 dikutip dalam Perjanjian Baru: Mateus 12:18-21, yang dimulai dengan kata-kata…supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya. Dengan demikian Gereja memahami bahwa bacaan Yesaya 42:1-7, sesungguhnya berbicara tentang Yesus Kristus, Hamba Yahwe. Dua pokok permenungan penting yang dapat diambil dari bacaan hari ini, Yesaya 421-7 adalah: Pertama, hamba itu adalah orang pilihan-Ku. Hamba Yahwe adalah orang pilihan Tuhan. Dia dipilih dan diurapi: “Aku telah menaruh roh-Ku ke atasnya”. Dengan demikian Hamba Yahwe ini memiliki kualitas istimewa untuk melaksanakan tugas penebusan dan pengudusan. Kedua, Kelemahlembutan Hamba Yahwe. Dalam ayat 2-7 digambarkan kelemahlembutan Hamba Yahwe. Ia menunjukkan keramahan kepada yang lemah dan yang tidak memadai: “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum” (ayat 3). Berhadapan dengan yang lemah, Ia menjadi tanda kesetiaan dalam menyampaikan hukum tanpa menyakitinya. Berhadapan dengan yang tidak berdaya, Ia tidak mengaburkan kemampuannya, tetapi menunjukkan kesetiaan dalam pendampingannya. Hukum yang setia dihayatinya adalah cinta kasih. Cinta yang dinyatakan dalam tindakan kasih menjadikan Hamba itu terang bagi bangsa-bangsa. Salam, doa dan berkat Allah Tritunggal Mahakudus menyertaimu semua (Norbert Labu, Pr).

Kembali ke Beranda